Mumpung Belum Ramadan, Makan Soto DPR!
soto DPR (Di bawah Pohon Rindang). Kebetulan hujan turun rintik-rintik. Kami berenam meninggalkan kantor disdikpora menuju warung soto DPR yang berlokasi tidak jauh dari kantor kemenag kabupaten.
Edisi kangen makan"Nanti kalau Warung Soto DPRÂ tutup, kita bisa cari makan bakso!" Demikian ucap saya kepada Pak Imam Mudin yang membawa saya dengan mobil pribadinya.
Sebelumnya, kami berada di Ruang Pengawas 1 dan Ruang Pengawas 2. Cukup banyak sebenarnya pengawas dan penilik pada pagi hari.
Kami sempat menikmati kue-kue basah, gorengan, dan kopi istimewa yang dibawa oleh Pak Mokhamad Syafii. Bahkan, kami sempat menemui dua kepala SMP, yaitu Pak Edy Prayitno dan Bu Dwi Astutik. Seperti biasa, kami bersenda gurau dengan santai.
Pak Mokhamad Syafii membawa termos dari rumah yang diisi kopi khusus. Kopi itu dibagikan gratis kepada semua pengawas, penilik, dan tamu kepala sekolah yang hadir di sana.
Pada Ruang Pengawas 2 tersaji kue-kue basah yang cukup menggoda. Ada tiga macam kue basah yang diletakkan di atas meja.
Pak Imam Mudin tampak sumringah dengan segelas kopi di tangan. Suasana cukup riuh di Ruang Pengawas 1. Foto-foto mereka diposting dalam WAG Pengawas Penting. Dengan begitu, komentar bermunculan. Pak Sugeng Mardisantoso yang sedang melaksanakan tugas dinas luar bersama Hj. S. Khasanah ikut mengomentari postingan foto-foto di WAG tersebut.
Pada Ruang Pengawas 2 Hj. Sri Kamriah tampak sedang serius mengikuti G-meet dalam rangka pembekalan sebagai Fasilitator Program Sekolah Penggerak Angkatan 3. Kegiatan itu masih akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan.
Kopi sangat nikmat jika diseruput dalam kondisi masih hangat. Untuk itu, para pengawas, penilik, dan tamu kepsek cepat-cepat menghabiskan kopi khusus tersebut.
Pak Mokhamad Syafii begitu ceria membawa gelas-gelas kosong habis tempat minuman kopi. Tidak sia-sia ia membawa kopi itu dari rumahnya.
Soto DPR Masih Nikmat
Ada beberapa pembeli yang masih asyik di Warung Soto DPR saat kami datang. Melihat rombongan kami muncul, mereka bergegas membayar dan meninggalkan warung. Meja dan kursi memang terbatas. Para pembeli yang sudah selesai makan harus tahu diri. Kami berenam menempati kursi yang sudah ditinggalkan pembeli sebelumnya.
Pesanan soto saya seperti biasa. Nasi dipisahkan dengan mangkok soto. Ada mangkok kecil tempat nasi putih. Mangkok agak besar untuk kuah soto dan kelengkapannya (suwiran ayam goreng, irisan kol. seledri, dan bawang goreng). Lombok yang saya minta cukup satu biji. Lombok itu dilumatkan dalam mangkok kuah soto.
Selain soto yang membuat kangen, ada tambahan lauk berupa sate jeroan ayam (hati ayam dan ampela goreng). Ada tusuk sate. Hati ayam dan ampela goreng dirangkai dalam satu tusukan sate. Tidak semua suka makan sate jeroan itu. dari enam orang, dua di antaranya tidak mengambil sate jeroan ayam itu. Mungkin khawatir kolesterol akan meningkat!
Untuk menambah semangat makan soto, kami juga mengambil kerupuk. Namun, tidak semua mau makan kerupuk. Khawatir batuk atau malu-malu.Â
Minuman pun tidak sama. Ada yang minta minuman jeruk hangat, jeruk panas, es jeruk, dan teh panas. Pramusaji warung sampai harus bertanya ulang tentang jenis minuman yang kami minta.
Untuk mengabadikan atau merekan keberadaan kami di Warung Soto DPR itu agak kesulitan karena tempat duduk kami agak menyebar. Tidak ada yang duduk merapat.Â
Posisi duduk yang satu garis dapat saya jepret dengan enak. Tentu saja saya mencoba menampilkan latar belakang yang menarik. saya usahakan latar belakang dapat menggambarkan lokasi yang mudah dikenali oleh orang yang pernah ke sana.
Pak M. Arsyad duduk agak terpisah sehingga harus difoto seorang diri. Saya pun berusaha mengambil latar belakang yang jelas. Bukan pas foto yang hanya mengenai wajah.
Pak Machmud sempat saya foto saat belum datang hidangan. ia sedang asyik dengan gawai di tangan sehingga tidak mengetahui saat saya jepret.
Pada saat menghabiskan minuman yang tersisa, Pak Machmud minta difoto karena ia merasa belum dijepret. Dengan senang hari, saya pun menjepret Fasilitator Guru Penggerak tersebut. Â
Dalam perjalanan kembali ke kantor disdikpora, saya masih merasakan kenikmatan Soto DPR. Ada sesuatu yang khas dari soto putih yang cocok di lidah kami. Racikan cukup pas meskipun porsinya minimalis. Untuk kaum wanita, porsi Soto DPR mungkin cukup pas. namun, untuk para pria, porsi soto baru setengah atau tiga perempatnya. Masih kurang cukup. Namun, untuk sekadar mengisi perut atau sebagai selingan di kala jenuh kerja di kantor, bolehlah porsi seperti itu.
Rasa kangen telah terobati. Sebelum Ramadan 2023, kami sudah memenuhi keinginan untuk menyantap hidangan sederhana tetapi cocok di lidah.
Penajam Paser Utara, 21 Maret 2023Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H