Soto di warung bandara yang saya kunjungi menyajikan porsi jumbo. Pernak-pernik soto cukup lengkap. Ada bihun, kubis, telur ayam, kerupuk belinjo (emping), perkedel, suwiran ayam, bawang goreng, seledri, dan kuah yang lezat.
Saya cukup puas dengan sarapan soto porsi jumbo itu. Lebih lengkap lagi, saya minum kopi hitam hangat. Mata yang semula agak redup, dapat terbuka lebar.
Rasa kenyang wajar benar-benar membuat tenaga penuh. Bukan kekenyangan, lho. Nasi yang disajikan terpisah dengan mangkok soto tidak saya habiskan. Perkedel yang agak besar ukurannya tidak saya makan.
Kebetulan saya membawa tempat nasi. Perkedel itu saya simpan dalam tempat nasi. Tidak perlu malu untuk menyimpan makanan yang sudah dibayar lunas.
Para pembeli memang harus membayar sebelum makanan disajikan. Saya tidak kaget saat kasir warung makan itu menyebutkan angka rupiah yang harus saya bayarkan.Â
Dalam aktivitas selanjutnya, banyak waktu yang terlewati. Saya harus antre masuk ke tempat pemeriksaan barang. Tas punggung harus masuk dalam kotak X-Ray.
Demikian pula barang bawaan lain. Setelah itu, saya harus berjalan menuju lantai atas. Untung tangga berjalan (eskalator) tidak macet.
Ruang tunggu 1a masih agak sepi saat saya masuk. Bandara Soekarno Hatta (Soeta) mulai ramai begitu saya mulai duduk. Para calon penumpang pesawat berbagai tujuan tampak tergesa-gesa memasuki ruang tunggu.
Sebagian dari mereka tampak khawatir ketinggalan pesawat. Setiap ada informasi yang mengumandang, mereka mendengarkan dengan baik-baik.
"Pesawat tujuan Balikpapan, silakan masuk melalui pintu lima!"
Spontan, para calon penumpang beranjak dari tempat duduk ruang tunggu 1a. Kami berjalan dengan langkah lebar-lebar menuju pintu (gate) lima. Agak jauh tetapi kami tidak mengeluh.