Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menikmati Sarapan Soto DPR

24 Februari 2023   20:41 Diperbarui: 24 Februari 2023   20:51 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombong Soto DPR (dokpri)

Menikmati Sarapan Soto DPR

Hari Kamis tanggal 23 Februari 2023 kami berkunjung ke SMP 21 PPU pada pagi hari. Agak siang sedikit kami diajak Pak Mokhamad Syafii ke warung Soto DPR (Di bawah Pohon Rindang). 

Dalam pekan ini pengawas mapel IPA jenjang SMP tersebut sedang berbahagia. Putri pertamanya sudah lulus sarjana kedokteran gigi dan sudah diambil sumpah sebagai dokter gigi. Pada hari Ahad, 26 Februari 2023 acara wisuda. Hari Sabtu, 25 Februari 2023 Pak Mokhamad Syafii terbang ke Surabaya untuk menghadiri acara wisuda itu. Mumpung belum berangkat, kami diajak "syukuran" dengan menikmati masakan soto.

Warung Soto DPR agak sepi pada pagi menjelang siang. Kami hanya melihat ada tiga pengunjung yang duduk agak di pinggir warung. Mereka duduk agak jauh dari tempat kami.  Jumlah kami pun tidak banyak. 

Hanya delapan orang. Info keberadaan kami pun sudah disebarkan di WAG Pengawas Penting. Ada 35 pengawas dan penilik sekolah. Hanya ada sedikit komentar atas info acara makan-makan di warung Soto DPR itu. Rata-rata tidak dapat bergabung di warung yang berada di dekat kemenag kabupaten itu. Undangan makan-makan memang jarang dapat dihadiri banyak orang.

Setiap pengawas sekolah memiliki agenda khusus. Sekolah binaan mereka tersebar. Undangan untuk mengikuti acara di sekolah binaan sangat sering. Selain itu, kami terbagi dalam empat kecamatan di Kabupaten Penajam Paser Utara. Jarak tempat tinggal dengan kantor disdikpora ada yang cukup jauh, mendekati seratus kilometer. Ada pula yang sekitar 25 km. Ada juga yang sekitar lima puluhan kilometer. Paling dekat satu kilometer hingga delapan kilometer.

Setiap kami ke warung soto itu selalu ada semacam "olok-olok" tentang jumlah lombok. Pemilik warung selalu menanyakan berapa jumlah lombok yang diminta setiap pembeli.

"Nasi dipisahkan, mbak. Lombok satu saja!" Begitu saya memesan soto yang akan saya santap. Kawan-kawan yang lain memiliki selera berbeda. Ada yang minta dua lombok, empat lombok, dan paling banyak lima lombok. 

Pramusaji warung Soto DPR mengantarkan pesanan yang paling awal menyebutkan jumlah lombok yang dimintanya. Pesanan saya sangat mudah ditandai. Ada satu mangkok berisi nasi dan satu mangkok berisi racikan soto dengan satu lombok yang sudah dilumatkan.

Warung Soto DPR tidak menyiapkan sambal seperti warung soto pada umumnya (seperti warung soto lamongan atau coto makassar). Pemilik warung Soto DPR selalu menanyakan jumlah lombok untuk masing-masing pembeli. Lombok atau cabai itu dilumatkan dalam mangkok. Kemudian pernak-pernik soto dimasukkan di atas lombok tersebut. Soto putih atau soto jawa bahan yang diracik.

Saya duduk satu deret dengan Pak Mokhamad Syafii. Pak M. Arsyad duduk di samping Pak Anas Baenana. Kemudian Pak Habel Hewi duduk berseberangan dengan Pak Sukma Widjaya. Pada meja lain, duduk dua staf ruang pengawas, yaitu mbak Vivi dan mbak Dwi.

Pak M. Syafii sang
Pak M. Syafii sang "bos", Vivi dan Dwi (dokpri)
Kami berdelapan menikmati soto yang hangat dengan santai. Saking santainya, saya lupa mengambil foto saat sedang makan. Sebelum hidangan datang, saya sempat memotret. Namun, dua kawan pengawas terlupa dijepret, yaitu Pak Habel Hewi dan Pak Sukma Widjaya.

Saat menunggu soto diracik (dokpri)
Saat menunggu soto diracik (dokpri)
Sebelum pukul setengah sebelas kami sudah meninggalkan warung Soto DPR. Sebagai "bos", Pak Mokhamad Syafii membayarkan semua hidangan yang kami santap. Selain menu utama berupa soto, kami juga minum, makan sate hati ayam plus ampela. Ada juga kerupuk. 

Pak M. Syafii sang
Pak M. Syafii sang "bos" (dokpri)
Kami pun kembali ke kantor disdikpora. Ada dua mobil yang membawa kami. Satu mobil pribadi Pak Anas Baenana dan satu mobil pribadi Pak Sukma Widjaya. Rutinitas sebagai pengawas sekolah pun kami jalankan lagi.

Diskusi, merancang agenda, dan membahas hal-hal yang urgen merupakan aktivitas kami selaku pengawas sekolah saat berkumpul di ruang pengawas disdikpora. Persoalan-persoalan krusial yang dihadapi oleh satu atau dua orang pengawas sering dibahas bersama.

Agenda yang akan dilakukan bersama oleh semua pengawas juga selalu didiskusikan. Ada pengawas TK, pengawas SD, dan pengawas SMP. Selain itu, ada pula penilik sekolah. Semua jenjang sekolah ada pengawas atau peniliknya. Dengan demikian, persoalan-persoalan yang ada pada jeenjang sekolah lain, sering kami dengar. Diskusi pun sering lintas jenjang. 

Kami tidak pernah membuat kotak-kotak atau sekat antarjenjang kepengawasan. Setiap persoalan yang berada pada satu jenjang sekolah tidak jarang didiskusikan bersama pengawas jenjang lain.  Masukan dan saran dapat menjadi pertimbangan.

Penajam Paser Utara, 24 Februari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun