Tiba di dekat jembatan penyeberangan, saya turun. Satu lembar uang kertas sepuluh ribuan saya ulurkan. Sang sopir angkot memberikan uang kembalian tiga ribu rupiah. Saya pun mengucapkan terima kasih. Sebelum naik ke atas jembatan penyeberangan, saya sempatkan untuk memotret papan nama Plaza Balikpapan. Â
Pada masanya waktu itu, Plaza Balikpapan menjadi pusat keramaian saat menjelang lebaran. Pada hari-hari terakhir Ramadan, masyarakat memadati plaza yang cukup megah dan memiliki banyak toko, mulai toko pakaian, mainan anak-anak, kacamata, toko buku, restoran, toko roti, dan tentunya arena bermain.
Setelah menyeberangi jembatan orang (JPO), saya masuk ke toko buku Gramedia. Sudah cukup lama saya tidak mengunjungi toko buku. Untuk itu, saya ingin melihat-lihat koleksi buku terbaru. Pramuniaga saya lihat cukup banyak. Mereka mengenakan seragam yang rapi.
Saya melintasi beberapa rak buku. Pada saat melihat deretan buku pada suatu rak, saya tertarik pada buku kumpulan cerita pendek. Nama penulisnya Helvy Tiana Rosa. Tanpa banyak pertimbangan, saya segera mengambil dua eksemplar buku berjudul Juragan Haji tersebut.
Segera saya berjalan menuju kasir. Dalam perjalanan menuju ke sana, saya ditanya oleh pramuniaga, apakah saya sudah "member" Gramedia. Saya jawab dengan jujur bahwa saya belum menjadi member. Pramuniaga itu pun menginfokan bahwa ada diskon harga buku sepuluh persen jika masuk menjadi member.
Pramuniaga itu pun meminta gawai saya untuk didaftarkan menggunakan aplikasi. Saya harus sabar menanti. Cukup cekatan sang pramuniaga mengoperasikan aplikasi yang diunduhnya.
"Mari ke kasir!" ajak sang pramuniaga.
Saya pun menyodorkan dua buku yang saya beli. Dengan cekatan petugas kasir melakukan tugasnya. Pramuniaga yang memegang gawai saya segera melakukan scan barcode. Harga buku pun sudah dipotong sepuluh persen.
Tidak ada kantong plastik yang diberikan untuk membungkus dua eksemplar buku yang saya beli. Untung, saya membawa tas punggung yang setia menemani saya bepergian.
Selanjutnya saya meninggalkan Gramedia dan meninggalkan Plaza Balikpapan. Saya harus menunggu angkot nomor lima untuk saya naiki menuju Pasar Pandansari.
Perjalanan dengan angkot terasa begitu cepat. Stokis yang saya kunjungi terlihat masih sepi. Belum banyak pembeli produk herbal. Pesanan yang saya minta sudah disiapkan. Saya pun minta pesanan lima kotak kopi ginseng plus satu kotak bonusnya segera dibungkus dengan kardus.