Perjalanan Serasa Mimpi
Perjalanan menuju suatu tempat terkadang tanpa diduga. Pada hari Sabtu tanggal empat belas Januari 2023 saya melakukan perjalanan serasa mimpi. Pagi hari masih berada di Penajam, Kalimantan Timur.
Saya dan istri tercinta naik kapal klotok dari Pelabuhan Penajam menuju Pelabuhan Kampung Baru, Balikpapan. Cuaca pagi cerah. Sinar matahari sangat hangat. Selanjutnya, kami naik mobil menuju bandara Balikpapan. Sebelum pukul satu siang kami sudah terbang.
Penumpang pesawat tidak banyak. Kami tidak menghadapi hambatan saat naik dan turun dari pesawat. Keluarga kami di Jawa menjemput. Ibu kandung, kakak nomor dua, dan adik ragil dengan wajah ceria menyambut kami. Mobil carter yang kami gunakan. Hal itu untuk memudahkan koordinasi.
Saya dapat memilih spot atau lokasi untuk dikunjungi setiba di Kabupaten Klaten. Adik bungsu juga membuat usulan untuk menuju spot yang cukup ramai pengunjung.
Mobil carter memang harus dimanfaatkan. Kalau hanya untuk menjemput kami di bandara New Yogyakarta (Kulon Progo) terus pulang ke rumah ibu kandung saya, tentu kurang maksimal. Saya menginginkan, sebelum pulang ke Dukuh Ketinggen, Desa Karanglo, Klaten Selatan, ada spot yang dikunjungi.Â
Spot menarik cukup banyak. Kami memilih spot yang ada tulisannya. Taman Nyi Ageng Rakit. Sinar surya masih cukup terik. Kami harus mencari cara agar foto yang dihasilkan tidak terlalu terang. Pada lokasi sekitar taman itu banyak tempat yang digunakan untuk berfoto dan bermain.
Mula-mula kami mengunjungi Jimbung.Istri tercinta tertarik penjual lesehan. Seorang nenek menjual dagangan yang tidak biasa ditemui, yaitu rempeyek wader. Ikan kecil-kecil yang mudah ditemukan pada aliran sungai itu jarang dibudidayakan. Masyarakat menangkap atau menjaring pada sungai-sungai yang tidak jauh dari rumah mereka.
Rempeyek wader atau cethol (ethul) memang tidak dijual di sembarang tempat. Hanya tempat tertentu yang menjual rempeyek itu. Saking senang ada barang yang cukup langka, istri membeli empat bungkus. Selain itu, ia juga membeli buah pisang dan kacang tanah rebus.
Hanya sebentar kami berada di lokasi wisata air (Rawa Jimbung) tersebut. Kami sengaja segera meninggalkan tempat itu untuk menghindari jalanan macet. Semakin sore semakin banyak kendaraan yang masuk lokasi. Umumnya mereka sudah memiliki tempat tujuan (warung/rumah makan) khusus. Spot yang dipilih sesuai selera masing-masing.
Taman Lampion merupakan lokasi yang kami datangi selanjutnya. Masih sore. Lampion-lampion belum dinyalakan. Namun, keramaian sudah mulai terasa. Banyak anak kecil memadati lokasi permainan anak-anak yang cukup banyak variasinya. Tidak jauh berbeda dengan pasar malam jenis permainan yang ada di Taman Lampion tersebut.
Alun-alun Klaten merupakan spot berikutnya yang kami kunjungi. Area yang lebih luas daripada Taman Lampion membuat pengunjung lebih banyak di alun-alun yang cukup terkenal itu. Saya sempat berfoto pada beberapa spot. Adik bungsu, Tarti lebih banyak berperan sebagai fotografer. Saya pun mengikuti arahan sang fotografer agar didapatkan gambar yang menarik.
orang-orang yang lalu lalang di sekitar kami saat pemotretan. Semua mempunyai hak yang sama untuk menggunakan spot. Namun, sebagian orang mau bertoleransi. Mereka menghentikan langkah atau agak minggir saat kami sedang melakukan pemotretan.
Saya tidak terganggu denganbakmi Jawa. Setiap mudik ke Klaten, saya selalu menginginkan makanan bakmi Jawa.
Puas berada di Alun-Alun Klaten, kami segera menuju warung makan. Saya sudah meminta agar dipilihkan warung makanAda keistimewaan warung yang kami kunjungi. Untuk memasak bakmi masih menggunakan tungku. Bukan memakai kompor gas. Bara arang menjadi sarana untuk memanaskan masakan.
Sambil menunggu pesanan bakmi diolah, saya menyempatkan waktu untuk berswafoto bersama ibu kandung. Hanya berdua. Istri saya yang berada di depan kami tidak saya ajak. Kakak kedua dan adik bungsu juga tidak saya ajak berswafoto. Hal itu mengingat posisi duduk ibu kandung cukup mepet dinding. Lokasi kurang cocok untuk berfoto beramai-ramai.
Pesanan bakmi Jawa, bakmi goreng pun tiba. Kakak kedua juga memesan bakmi goreng. Istri tercinta memesan bakmi berkuah. Kami menikmati bakmi dengan tambahan kerupuk atau rempeyek. Saya merasakan masakan cukup cocok di lidah. Bumbu sangat pas dengan selera.
Kesimpulan
Perjalanan yang kami lakukan pada hari Sabtu tanggal empat belas Januari 2023 serasa mimpi. Saya tidak menyangka dapat mengunjungi spot begitu banyak. Orang-orang yang saya cintai dapat bergabung dalam suasana ceria.
Memang untuk memutuskan sesuatu diperlukan keberanian. Saya rela mengambil cuti demi dapat berkumpul dengan keluarga dan menikmati spot yang menarik yang sering saya lihat di media sosial.
Masyarakat pada umumnya menyukai berada pada tempat-tempat umum yang menyenangkan. Tempat terbuka dengan suasana yang ceria akan dikunjungi banyak orang. Hal itu merupakan peluang bagi orang yang ingin mengembangkan usaha atau memulai usaha yang menjanjikan keuntungan.
Ada berapa banyak spot baru yang dibuat orang akhir-akhir ini. Begitu mudah orang mempromosikan tempat untuk "nongkrong" atau sekadar berfoto-foto. Berapa banyak warung baru atau tempat makan minum yang dibuka pada lokasi-lokasi wisata yang menjanjikan sebagai tempat untuk "healing", jalan-jalan, cuci mata, atau apa pun istilah lainnya.
Seseorang yang jeli melihat peluang seperti itu pasti akan mengambil peran. Ia akan segera melakukan riset. Ia akan berburu lokasi-lokasi menarik yang belum "dijamah" banyak orang. Peluang di depan mata harus segera diambil. Urusan modal dapat dipikirkan kemudian. Niat dan semangat harus diutamakan. Orang yang memiliki tekad kuat akan dapat mengatasi banyak rintangan. Semangat yang menyala-nyala akan dapat membakar segala aral yang melintang.
Bagaimana dengan Anda?
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, 14 Januari 2023 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H