Jawaban Pak Supardi diawali dengan emoji senyum. Kemudian ada kalimat di bawahnya.
"Kenapa nggak."
"Masak jauh2 nggak singgah"
Dengan jawaban seperti itu kami mantap untuk mampir ke SMP 2 PPU yang akan kami lewati saat perjalanan pulang. Kebetulan Pak Sugeng Mardisantoso ada perlu dengan seorang guru di sekolah itu.
"Guru itu mau memberi tanaman anggrek!" kata Pak Sugeng Mardisantoso.
Bertambahlah alasan untuk singgah ke sekolah yang dipimpin oleh Pak Supardi tersebut. Kami pun sudah menghubungi Pak M. Hanafi. Sesuai kesepakatan, kami berkumpul di SMP 2 PPU setelah Pak M. Hanafi melaksankan tugas sidak di SMP 27 PPU dan SMP Muhammadiyah 1 PPU.
Tiba di SMP 2 PPU kami langsung menuju ruang kepala sekolah. Sebelumnya saya bertanya kepada petugas jaga di dekat pintu gerbang. Bertanya tentang keberadaan kepsek.
Pak Supardi sedang memeriksa SKP (Sasaran Kerja Pegawai) para guru dan staf. Batas waktu untuk meminta tanda tangan semakin dekat. Aturan baru membuat semua kepsek harus berhati-hati dalam beradaptasi. Setiap awal tahun, selalu SKP menjadi persoalan. Tata cara penulisan sering berubah.
Pak Amin Susilo mengantarkan Pak M. Hanafi ke SMP 2 PPU. Kami pun terlibat diskusi terkait SKP yang sering berubah. Saya agak kesulitan memotret atau mengambil gambar. Ruang kerja kepsek agak longgar. Pak Amin Susilo dan Pak Sugeng Mardisantoso duduk di kursi sofa dengan santai.
Di sebelah ruang kerja kepsek ada ruang tamu. Ruang tamu  itu cukup luas. Kami dapat duduk dengan leluasa pada sofa yang cukup empuk. Obrolan kami berlima sangat variatif. Banyak hal kami perbincangkan pada tengah hari itu.
Untuk meyakinkan hal yang diobrolkan, Pak M. Hanafi memperlihatkan bukti berupa video dari ponselnya. Pak Supardi dan Pak Amin Susilo tertarik untuk menyaksikan video tersebut. Mereka cukup serius membahas topik yang sangat menarik. Apakah itu? Biarlah mereka bertiga yang menceritakannya sendiri!