Kunjungan Fasilitator Program Sekolah Penggerak, 23 November 2022
Program Sekolah Penggerak (PSP) Angkatan Pertama Tahun Kedua agak disamakan dengan PSP Angkatan Kedua Tahun pertama. Program baru itu adalah kunjungan fasilitator ke lokasi sekolah penggerak. Satu fasilitator memiliki "binaan" beberapa sekolah. Rata-rata tiga sekolah yang "wajib" dikunjungi sesuai jadwal yang sudah mereka sepakati.
Hari Selasa tanggal dua puluh dua November 2022 Pak Budi Lestarianto, kepsek SMP 1 PPU mengirimkan pesan WA. Pesan itu masuk ke gawai pada pukul 18.03 Wita.
"Besok hadir lho, ada kunjungan dari fasilitator. Agak pagi."
Untuk memastikan hal itu, pada pukul 18.36 Wita, Â saya menghubungi Drs. Suprijadi, M.Pd. fasilitator yang dimaksud Pak Budi itu. Hal ini perlu saya lakukan karena pada saat acara Refleksi Coaching, Pak Suprijadi menyampaikan bahwa rute pertama akan berkunjung ke SMP 13 PPU, kemudian ke SMP 3 PPU. Menginap semalam. Baru pada hari Kamis dalam perjalanan pulang ke Balikpapan, singgah ke SMP 1 PPU.
Baca juga: "Coaching" Pengawas Pembina kepada Kepala Sekolah PenggerakÂ
"Assalamualaikum, kunjungan ke SMP 1 jadi hari apa, Pak?"
"Besok!" Â
Berarti undangan (informasi) Pak Budi benar. Rute kunjungan fasilitator berubah. Tujuan pertama di SMP 1 PPU pada hari Rabu dan tujuan berikutnya akan dilaksanakan pada hari Kamis, yaitu ke SMP 13 PPU dan ke SMP 3 PPU.
Hari Rabu tanggal dua puluh tiga November 2022 saya berangkat menuju SMP 1 PPU sebelum pukul setengah delapan pagi, sesuai pesan Pak Budi Lestarianto. Untuk memberitahukan keberadaan saya melalui WAG Pengawas, saya melakukan swafoto dengan latar belakang tulisan "SMPN 1 PPU" yang terdapat pada dinding lantai dua. Foto itupun saya kirimkan ke WAG Pengawas.
"Tolong temani Pak Pri, sudah datang beliau!"
Saya merasa kaget sekaligus senang mendengar informasi dari kepsek SMP 1 PPU saat akan menuju lantai dua. Pak Budi sedang ada keperluan di lantai satu sehingga saya diminta ke ruang tamu kepsek di lantai dua.
Untuk menginformasikan bahwa fasilitator sudah datang di SMP 1 PPU, saya pun melakukan swafoto dengan Drs. Suprijadi, M.Pd. yang sedang sibuk mengisi instrumen untuk bahan laporan. Selanjutnya, kami terlibat perbincangan ringan sambil menunggu acara dimulai.
Tidak lama berselang, Pak Budi Lestarianto bergabung dengan kami. Juru potret sekolah saya mintai tolong untuk mengambil gambar kami bertiga. Percakapan semakin hangat seiring berjalannya waktu. Bu Nurmi yang semula berada di ruang itu dan sudah membuatkan kami minuman hangat berpamitan untuk melaksanakan tugas, mendampingi peserta didik belajar.
Pada pukul 09.05 Wita acara dimulai. Sebelumnya kami menunggu beberapa saat. Ada pegawai dari BGP (Balai Guru Penggerak) yang sedang dihubungi. Pegawai itu, M. Ridwan Helmy, M.Pd. akan melakukan monev (monitoring dan evaluasi). Setelah kami mengetahui posisinya masih dalam perjalanan (naik kapal feri), acara pun dimulai. Tidak menunggu Pak Helmy tiba. Kalau harus menunggu, jam berapa akan dimulai?
Acara pertemuan diisi dialog antara fasilitator dengan perwakilan peserta didik, staf tata usaha, guru, dan komite sekolah. Pak M. Agus, guru bahasa Inggris SMP 1 PPU bertindak selaku pembawa acara. Suasana cukup akrab dan "cair". Para guru dapat menyampaikan permasalahan sejak PSP digulirkan. Demikian pula staf tata usaha dan perwakilan peserta didik.
Guru BK (Bimbingan dan Konseling) menyampaikan permasalahan terkait sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB). Kondisi sekolah ada perubahan "agak menurun" sejak sistem zonasi diberlakukan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Keluhan serupa pasti dialami oleh sebagian besar sekolah yang pada masa lalu melakukan PPDB melalui seleksi khusus.
Pada pukul 09.45 Wita, Pak Helmy sudah bergabung dengan kami. Pegawai BGP (Balai Guru Penggerak) tersebut datang dengan seseorang yang "ditugaskan" sebagai "juru foto". Untuk dokumentasi sebuah tugas, sangat perlu "menyiapkan" orang khusus untuk mengambil gambar (memotret). Jika tidak mengajak orang khusus, bisa meminta tolong orang lain yang berada pada tempat tujuan untuk mengambilkan gambarnya.
Kunjungan fasilitator pada hari Rabu tersebut dapat memberikan sedikit pencerahan kepada para guru, staf tata usaha, dan perwakilan peserta didik.
Sekolah Penggerak memang program pemerintah yang "akan berakhir/akan dicanangkan" pada tahun 2024. Saat ini baru beberapa ribu sekolah di Indonesia yang dapat "mencicipi" pahit manisnya Kurikulum Merdeka. Sebagian besar sekolah masih menerapkan Kurikulum 2013 (K-13). Untuk beberapa sekolah pada kelas awal sudah "belajar" menerapkan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) dengan "tertatih-tatih" karena jalur daring yang harus ditempuh.
Untuk melakukan kegiatan daring diperlukan biaya "tidak murah" untuk sebagian sekolah di Indonesia yang berlokasi di wilayah 3T (terdepan, terluar, terisolasi).
Semoga pemerintah Republik Indonesia, melalui kemendikbudristek mulai memikirkan untuk mencarikan jalan terbaik agar semua sekolah dapat menerima layanan maksimal dalam mengikuti perubahan kurikulum. Banyak sistem atau program yang tidak harus menggunakan internet. Program pertukaran guru perlu dicoba. Guru-guru dari "kota" yang sudah "pandai" menerapkan kurikulum baru dapat "diterjunkan" ke sekolah-sekolah yang termasuk daerah 3T. Kemudian guru-guru dari daerah 3T tersebut dapat melakukan "magang' ke sekolah-sekolah di "kota" yang sudah lebih baik dalam penerapan kurikulum baru itu. Â Â Â
Penajam Paser Utara, 24 November 2022
*Tantangan Omjay Menulis di Blog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H