"Tolong temani Pak Pri, sudah datang beliau!"
Saya merasa kaget sekaligus senang mendengar informasi dari kepsek SMP 1 PPU saat akan menuju lantai dua. Pak Budi sedang ada keperluan di lantai satu sehingga saya diminta ke ruang tamu kepsek di lantai dua.
Untuk menginformasikan bahwa fasilitator sudah datang di SMP 1 PPU, saya pun melakukan swafoto dengan Drs. Suprijadi, M.Pd. yang sedang sibuk mengisi instrumen untuk bahan laporan. Selanjutnya, kami terlibat perbincangan ringan sambil menunggu acara dimulai.
Tidak lama berselang, Pak Budi Lestarianto bergabung dengan kami. Juru potret sekolah saya mintai tolong untuk mengambil gambar kami bertiga. Percakapan semakin hangat seiring berjalannya waktu. Bu Nurmi yang semula berada di ruang itu dan sudah membuatkan kami minuman hangat berpamitan untuk melaksanakan tugas, mendampingi peserta didik belajar.
Pada pukul 09.05 Wita acara dimulai. Sebelumnya kami menunggu beberapa saat. Ada pegawai dari BGP (Balai Guru Penggerak) yang sedang dihubungi. Pegawai itu, M. Ridwan Helmy, M.Pd. akan melakukan monev (monitoring dan evaluasi). Setelah kami mengetahui posisinya masih dalam perjalanan (naik kapal feri), acara pun dimulai. Tidak menunggu Pak Helmy tiba. Kalau harus menunggu, jam berapa akan dimulai?
Acara pertemuan diisi dialog antara fasilitator dengan perwakilan peserta didik, staf tata usaha, guru, dan komite sekolah. Pak M. Agus, guru bahasa Inggris SMP 1 PPU bertindak selaku pembawa acara. Suasana cukup akrab dan "cair". Para guru dapat menyampaikan permasalahan sejak PSP digulirkan. Demikian pula staf tata usaha dan perwakilan peserta didik.
Guru BK (Bimbingan dan Konseling) menyampaikan permasalahan terkait sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB). Kondisi sekolah ada perubahan "agak menurun" sejak sistem zonasi diberlakukan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Keluhan serupa pasti dialami oleh sebagian besar sekolah yang pada masa lalu melakukan PPDB melalui seleksi khusus.
Pada pukul 09.45 Wita, Pak Helmy sudah bergabung dengan kami. Pegawai BGP (Balai Guru Penggerak) tersebut datang dengan seseorang yang "ditugaskan" sebagai "juru foto". Untuk dokumentasi sebuah tugas, sangat perlu "menyiapkan" orang khusus untuk mengambil gambar (memotret). Jika tidak mengajak orang khusus, bisa meminta tolong orang lain yang berada pada tempat tujuan untuk mengambilkan gambarnya.
Kunjungan fasilitator pada hari Rabu tersebut dapat memberikan sedikit pencerahan kepada para guru, staf tata usaha, dan perwakilan peserta didik.
Sekolah Penggerak memang program pemerintah yang "akan berakhir/akan dicanangkan" pada tahun 2024. Saat ini baru beberapa ribu sekolah di Indonesia yang dapat "mencicipi" pahit manisnya Kurikulum Merdeka. Sebagian besar sekolah masih menerapkan Kurikulum 2013 (K-13). Untuk beberapa sekolah pada kelas awal sudah "belajar" menerapkan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) dengan "tertatih-tatih" karena jalur daring yang harus ditempuh.