Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Ahad Sudah Lewat

6 November 2022   23:04 Diperbarui: 6 November 2022   23:07 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Ahad sudah Lewat

Tanggal enam November 2022 bertepatan dengan hari Ahad. Cuaca cerah membuat hidup lebih bergairah. Aktivitas hari libur kerja berbeda dengan hari-hari biasa. Pagi hari saya masih asyik di depan laptop. Menjelang pukul delapan saya mengantarkan istri tercinta ke pasar induk Penajam.

Sejak semalam istri tercinta sudah merencanakan untuk membeli ini dan itu. Tadi pagi sebelum berangkat juga berbicara lagi terkait keperluan dapur yang akan dibelinya. Salah satu benda atau barang yang akan dibeli adalah kertas yang mengandung lem untuk menangkap lalat.

Beberapa hari terakhir cukup banyak lalat yang beterbangan di sekitar meja dapur. Tentu ada rasa jijik atau kurang nyaman saat makan dikerubuti lalat yang bersayap hitam itu. Bukan hanya hinggap pada makanan, lalat-lalat nakal itu juga hinggap pada anggota badan. Hal ini tentu membuat risih.

Sepeda motor saya jalankan dengan kecepatan sedang. Tiba di dekat parkiran sepeda motor, istri turun dari boncengan. Saya jalankan sepeda motor lagi untuk menyusuri jalan pulang. Sebelum meninggalkan lokasi pasar induk Penajam yang cukup luas, saya sempat melihat orang berjualan dengan mobil yang berada di antara dua jalur jalan. Mereka memanfaatkan lahan yang agak lebar untuk memarkir mobil dan menggelar dagangannya. Ada beberapa pedagang buah dan penjual minuman semacam cendol dengan mobil itu.

dok. pribadi
dok. pribadi
Beberapa pembeli tampak memarkir kendaraan semaunya di dekat pedagang yang "memakan" jalan umum itu. Saya kurang paham mengapa ada orang berjualan menggunakan lahan yang seharusnya untuk lalu lintas pengunjung pasar. 

Sepeda motor saya parkir agak jauh dari lokasi pedagang bermobil itu. Posisi agak di tepi. Saya sedang menunggu pedagang burjo (bubur kacang ijo)  yang biasa mangkal di pinggir jalan dekat trotoar. Baru beberapa menit saya menunggu, terlihat sang pedagang dari Petung itu muncul dengan senyum.

dok. pribadi
dok. pribadi
Ia mengenakan kaos berwarna merah dan celana panjang hitam. Dengan cekatan ia standarkan sepeda motornya dan menyiapkan barang dagangannya. Perlahan saya mendekati tempat ia berjualan.

"Dua bungkus, Pak Lik!"

dok. pribadi
dok. pribadi
Tangan terampil pedagang itu segera beraksi. Plastik tempat menampung burjo disiapkan. Alat untuk memasukkan racikan burjo dipasang agar burjo tidak tumpah atau berhamburan saat dimasukkan ke dalam plastik putih seukuran plastik gula satu kilogram.

dok. pribadi
dok. pribadi
Ada dua orang calon pembeli yang mendekat. Keduanya merupakan pengemudi dan kernet truk yang berhenti di belakang sepeda motor penjual burjo itu. Setelah dua bungkus burjo selesai diracik, saya mengulurkan satu lembar uang berwarna hijau. Uang kembalian dua lembar dua ribuan segera saya terima.

Perjalanan pulang pun segera saya lakukan. Dalam perjalanan saya berpikir untuk merancang aktivitas selanjutnya, yaitu membeli air minum isi ulang. Tadi pagi saya melihat satu galon sudah kosong. Itu berarti harus segera diisi (dibelikan). Sebenarnya kami memiliki empat galon air minum. Namun, ada dua galon yang bocor. Ada lubang kecil tetapi bisa menghabiskan air jika dibiarkan.

Tinggal dua galon yang masih dalam kondisi bagus. Jika satu galon kosong, saya harus segera membeli air isi ulang. Dalam waktu sekitar empat hari, satu galon akan habis terpakai. Saya tidak tahu apakah itu termasuk hemat atau boros. Kami di rumah hanya bertiga.

Menjelang pukul sepuluh istri tercinta sudah pulang dari pasar. Ia naik ojek. Barang-barang yang dibelinya ia sebutkan satu per satu. Tentu barang yang tidak biasa dibeli yang disebutkan. Ada piring makan ukuran kecil yang disebutkan jumlahnya. Ada pula barang penting yang sudah direncanakan untuk dibeli, yaitu kertas yang mengandung lem untuk menangkap atau menjebak lalat.

dok. pribadi
dok. pribadi
Sudah beberapa kali istri tercinta membeli dan memasang kertas yang mengandung lem untuk menangkap atau menjerat lalat itu. 

Namun, baru hari Ahad itu, saya menyiapkan perangkap lalat sendiri. Membuka perekat harus hati-hari agar keetas tidak sobek.

dok. pribadi
dok. pribadi
Pada saat saya makan di siang hari, perangkap itu saya pasang. Saat itu saya merasa risih dengan adanya lalat yang terbang di sekitar badan saya. Entah kenapa, lalat-lalat justru pergi saat perangkap itu saya letakkan di atas meja makan.

Pada sore hari Ahad tanggal enam November 2022 itu, hanya ada satu lalat yang terperangkap hingga pukul 16.18 wita. Saya kurang tahu, lalat-lalat itu bersembunyi di mana. Kemarin, saat belum dipasang perangkap, lalat begitu banyak beterbangan di dapur. Hari Ahad itu seperti lenyap ditelan bumi. Apakah pengaruh cuaca yang membuat demikian?

Penajam Paser Utara, 7  November 2022

*Tantangan Omjay Menulis di Blog

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun