Tiga ibu pengawas berada di kursi deretan tepat di belakang kami sehingga saya dapat memotret mereka. Pak Jumio yang berada di samping saya tengah menunduk karena memegang gawai yang aktif. Usai mengambil gambar (memotret), pandangan mata saya segera saya arahkan keluar jendela. Saya dapat melihat pesawat yang agak jauh dari posisi parkir pesawat kami. Petugas yang sedang bekerja di bawah juga dapat saya lihat dengan jelas. Tulisan nama bandara juga sempat saya abadikan (dipotret)
Meskipun dari jarak jauh, papan nama bandara dapat saya foto. Ada tulisan dengan huruf bahasa daerah di atas tulisan dengan huruf latin. Kesibukan di siang hari itu terlihat dari dalam pesawat. Saya mengamati sambil mengira-ngira, apa yang sedang dilakukan oleh para petugas di bawah.
Setelah pesawat meninggalkan landasan, tanpa malu-malu saya mulai menyantap nasi kuning yang saya beli dengan harga Rp 46.000 (empat puluh enam ribu rupiah) satu bungkus mika. Pak Jumio saya tawari tidak mau karena memang hanya satu bungkus. Meskipun sebelumnya saya sudah makan satu bungkus roti pemberian ibu-ibu pengawas yang duduk pada deret di belakang kami, perut saya benar-benar masih terasa lapar.
Penerbangan berlangsung sesuai jadwal. Petugas dalam pesawat mengumumkan saat pesawat hampir mendarat di bandara Sepinggan, Balikpapan. Rasa hati benar-benar bahagia saat pesawat mendarat dengan mulus. Kami bergegas mengemasi barang-barang bawaan.
Saat-saat cukup menegangkan adalah ketika menunggu barang yang dibagasikan. Rasa was-was hadir. Pertanyaan 'apakah barang saya masih aman, apakah pembungkus masih baik, apakah barang tidak tercecer', selalu muncul ketika satu per satu tas, koper, dan kardus berjalan di depan kami melalui alat yang berputar berkeliling.
Setelah tas punggung yang di-wrapping saya dapatkan, segera kami keluar dari bandara. Sebelum meninggalkan bandara, saya membeli tiket angkutan taksi dari bandara menuju pelabuhan kapal klotok di Kapung Baru Tengah. Mobil sudah antre menunggu penumpang. Dua kardus kecil segera dimasukkan dalam bagasi mobil. Demikian pula satu tas pungung yang di-wrapping. Satu tas punggung yang semula menempel di punggung saya segera saya letakkan pada kursi taksi bagian tengah.
Saya duduk seorang diri dalam taksi itu. Empat teman pengawas lain menuju arah berbeda. Mereka akan menuju Pelabuhan Semayang sedangkan saya menuju Pelabuhan Kampung Baru Tengah. Saya memilih menggunakan kapal klotok menuju pelabuhan Penajam.
Kapal klotok nomor 22 yang saya naiki setelah turun dari taksi bandara. Penumpang langsung penuh. Saya lihat ada anak-anak berjualan kue. Saya panggil anak itu dan saya wawancarai. Pertama-tama saya tanya apakah anak itu bersekolah. Ia jawab bahwa sudah bersekolah kelas satu.
"Satu bungkus berapa harganya?" saya tanya harga kue bingka mini yang dijualnya selain jagung rebus.
"Lima ribu!"
"Kalau uang saya sepuluh ribu dapat berapa?"