Suasana bandara cukup ramai. Saya tidak menyangka ruang untuk check in begitu luas. Saya bergegas mencari tempat untuk membungkus tas punggung yang agak besar. Sudah saya rencanakan, tas punggung berisi pakaian kotor itu akan saya bagasikan. Agar terjamin keamanannya, perlu dibungkus (wrapping). Biaya ternyata sudah naik. Sekarang menjadi tujuh puluh ribu rupiah. Demi keamanan isi tas, keluar uang sebanyak itu tentu tidak keberatan.
Setelah tas punggung saya selesai dibungkus (di-wrapping), segera saya susulkan ke troli yang didorong Pak Jumio. Antrean untuk memasukkan barang ke bagasi dan meminta "tiket" masuk ke pesawat memerlukan perjuangan. Sementara Pak Jumio mengantrekan bagasi, saya melihat-lihat sekitar ruang yang begitu luas itu. Papan data penerbangan adalah salah satu tempat yang saya cari. Saya harus memastikan jadwal penerbangan ke Balikpapan tidak mengalami perubahan.
Untuk mengetahui sudah sampai urutan ke berapa antrean, saya ikut merangsek pada sisi antrean. Untuk bukti teman-teman yang menunggu di belakang, saya memotret posisi Pak Jumio yang sedang berdiri di belakang troli. Pada sisi kiri dan kanan serta belakangnya, cukup padat antrean. Tinggal beberapa orang di depan Pak Jumio yang antre.
Ibu-ibu pengawas dengan sabar menunggu Pak Jumio mengantre. Bu Paulina Sandri, Bu Hj. Sri Kamariah, dan Bu Saiful Khasanah tidak banyak bercerita. Kelelahan selama beberapa hari di Pulau Bali rupanya mulai menyergap. Waktu yang kian siang, membuat perut mulai terasa lapar.
Setelah Pak Jumio selesai melakukan check in, boarding pass segera dibagikan sesuai nama yang tertera. Pintu masuk keberangkatan pun segera kami cari. Berhubung sudah lama tidak ke Denpasar, kami sudah lupa posisi pintu masuk untuk menuju ruang tunggu.
Satu tas ada di punggung dan ada dua kardus kecil saya tenteng dengan tangan kiri dan kanan. Proses untuk memasuki ruang tunggu ternyata cukup lama. Pemeriksaan tiket (boarding pass) sangat teliti. Petugas melihat KTP (Kartu Tanda Penduduk), tiket, dan meminta calon penumpang untuk membuka masker. Sebenarnya saya merasa kurang nyaman dengan model pemeriksaan seperti itu. Namun, apa boleh  buat. Aturan yang diberlakukan seperti itu.
Setelah pemeriksaan barang melalui X-Ray, kami baru sedikit merasa lega karena bisa melenggang menuju ruang tunggu. Namun, kami harus berjalan kaki agak jauh karena koridor dibuat berbelok-belok sehingga menjadi panjang jalan yang kami lalui menuju ruang tunggu.
Tiba di ruang tunggu, saya segera mencari makanan untuk pengganjal perut. Dari sekian macam model makanan, saya tertarik untuk membeli satu bungkus nasi kuning. Bungkus nasi kuning terbuat dari mika sehingga tampak isi di dalamnya. Berapa harga? Kita tidak dapat membandingkan harga di warung sebelah rumah dengan harga makanan di bandara. Ketika saya naik kapal feri dari Pelabuhan Kariangau di Balikpapan menuju Pelabuhan Penajam, harga satu bungkus mika nasi goreng hanya Rp 15.000 (lima belas ribu rupiah).
Setelah membeli satu bungkus nasi kuning, saya segera mendekati pintu (gate) untuk masuk ke pesawat tujuan Balikpapan. Ruang tunggu cukup padat. Kami tidak dapat tempat duduk. Saya mendekati petugas yang berjaga di dekat pintu. Saya ingin memastikan apakah benar, penumpang pesawat tujuan Balikpapan menunggu di tempat itu.
Petugas belum bisa memastikan karena pesawat yang akan segera berangkat adalah tujuan Jakarta. Tidak lama kemudian ada pengumuman yang menginfokan bahwa penumpang pesawat jurusan Balikpaan diminta menuju Gate 3. Saat itu saya berada di Gate 4, sesuai tulisan dalam tiket. Tanpa menunggu lama, saya bergegas berjalan cepat menuju Gate 3. Keringat mulai bercucuran lagi. Pada saat antre masuk ruang tunggu sebelumnya, saya sudah berkeringat. Sekarang harus berjalan cepat dengan menggendong tas dan menenteng dua kardus, bukan main rasanya.
Setelah melalui proses antre pemeriksaan tiket, berjalan kaki menuju pesawat, akhirnya tempat duduk sesuai nomor kursi saya dapatkan. Kaki saya benar-benar letih. Badan masih mengeluarkan keringat. Biasanya saat berada di dalam pesawat saya perlu memakai jaket agar tidak kedinginan. Kali ini tidak butuh. Badan terasa hangat. Apalagi posisi duduk di dekat jendela.