Pak Nuzuludin Susanto memilih tempat duduk di samping ketua MGMP, Pak Hayun. Kemudian Bu Yaleswati (ketua MKKS) duduk di samping Bu Pedie Dawid. Saat kami sedang menunggu kedatangan pejabat dari disdikpora, Pak Yopie, guru dari SMP 27 PPU saya mintai tolong untuk memotret kami. Saya perhatikan Pak Yopie bertugas sebagai operator komputer acara pembukaan.
Acara demi acara pun dimulai sambil menunggu pejabat disdikpora. Pembawa acara, Pak Agus (guru SMP 5 PPU) membuka acara dengan nada suara yang tenang. Ada beberapa agenda rutin dalam seremoni itu. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dipimpin oleh Bu Nirwana (guru SMP 7 PPU). Pembacaan doa dipimpin oleh Pak Suparli (guru SMP 5 PPU). Berhubung bukan guru agama Islam, Pak Suparli memimpin doa dengan membaca teks yang ada di tangannya.
Sambutan pertama disampaikan oleh ketua panitia, Bu Desy (guru SMP 9 PPU). Seperti dalam acara-acara serupa, Bu Desy menyampaikan jumlah peserta lomba dan hal-hal terkait teknis pelaksanaan Lomba Bulan Bahasa Tahun 2022.
Setelah Bu Desy selesai memberikan sambutan. Giliran selanjutnya adalah kepala sekolah tuan rumah. Pak Nuzuludin Susanto dapat berdiri dengan tegak meskipun kondisi fisiknya belum sehat benar. Ia sampaikan banyak hal terkait pelaksanaan lomba yang "agak dipaksakan" dilaksanakan di SMP 25 PPU. Alasan tempat parkir yang sempit menjadi satu bahasan yang dikemukakan.
Setelah pak Nuzuludin kembali duduk, sambutan berikutnya disampaikan oleh Bu Yaleswati, ketua MKKS.Tidak lama kemudian Bu Sripeni yang mewakili kadisdikpora hadir dengan wajah ceria. Baru beberapa menit duduk, Bu Sripeni langsung diminta untuk memberikan sambutan.
Banyak harapan disampaikan oleh Bu Sripeni terhadap para peserta lomba menulis cerpen dan baca puisi. Selaku pejabat disdikpora, Bu Sripeni menyampaikan bahwa lomba yang dilaksanan itu sebagai upaya untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Pada akhir sambutan, Bu Sripeni pun menyampaikan ingin menyaksikan jalannya lomba.
Acara seremoni pembukaan pun berakhir. Panitia lomba segera meminta peserta lomba menulis cerpen untuk memasuki ruang yang sudah disipkan untuk tempat lomba. Kemudian, untuk peserta lomba baca puisi tetap berada pada ruang pembukaan. Tempat lomba di ruang tersebut. Sebagai juri lomba baca pusisi, saya pun segera menempati kursi yang disediakan panitia.
Mengingat waktu sudah cukup siang, lomba pun segera dimulai. Nomor urut peserta pertama segera dipanggil untuk tampil. Ada tiga judul puisi yang boleh dipilih peserta. Hal itu tentu sudah diinformasikan dalam surat edaran atau surat undangan tentang lomba itu. Satu judul puisi yang agak panjang berjudul "Ayo" karya Sutardji Calzoum Bachri, tidak banyak dipilih peserta. Â
Juri lomba baca puisi harus benar-benar jeli karena jumlah peserta cukup banyak, yaitu 52 (lima puluh dua) peserta putra dan putri. Banyak peserta yang bagus teknik pembacaannya. Titik-titik kelebihan dan kelemahan perlu diperhatikan agar dapat membedakan penilaiannya.
Setelah semua peserta tampil, tiba saat untuk melakukan rekapitulasi nilai. Nilai dari tiga juri digabungkan. Nilai yang saya catat total per peserta digabungkan dengan nilai total per peserta dari dua juri yang lain, yaitu Bu Sulfiana (guru SMA 5 PPU) dan Bu Saryuti (guru SMP 10 PPU).
Setelah melakukan penjumlahan nilai dari ketiga juri, akhirnya didapatkan nama-nama para pemenangnya. Bu Sulfiana diminta untuk membacakan hasil penjurian. Tiga peserta dipanggil untuk maju ke area di dekat spanduk untuk menerima piala.