Perjalanan dari Penajam, Kalimantan Timur ke Pulau Bali (4)
Pesawat dari Balikpapan menuju Surabaya ditempuh dalam waktu tidak begitu lama. Turun dari pesawat kami memasuki koridor yang cukup panjang menuju tempat transit.Â
 Hari Kamis tanggal 13 Oktober 2022 itu menjadi sejarah penting bagi kami karena melakukan perjalanan panjang untuk dapat menghadiri munas V APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) di Bali 13-16 Oktober 2022.
Kami harus melewati tangga turun kemudian berjalan beberapa puluh meter, baru kemudian naik tangga lagi menuju ruang tunggu di Gate 13. Begitu kami duduk, para ibu pengawas sibuk mengeluarkan makanan dari dalam tas.
Ada buras (beras yang dibungkus daun pisang setelah diberi santan dan dibumbui). Saya agak lupa cara memasak buras. Hal yang saya ketahui, makanan itu diolah dari beras yang diberi santan.
Ada kemungkinan beras dimasak dulu dengan santan dan diberi bumbu. Kemudian setelah setengah masak dibungkus dengan daun pisang sesuai selera ukurannya. Untuk menguatkan bungkusan, ada tali rafia untuk mengikat daun pisang itu.
Ada lauk teman makan buras. Namun, saya lebih suka makan buras tanpa lauk. Saya katakan kepada Bu Hj. Sri Kamariah yang menawari lauk untuk teman buras sebagai berikut.
"Kalau pakai lauk, rasa gurih buras akan hilang!"
Saya memang suka makanan gurih seperti nasi uduk, nasi kuning, dan sejenisnya. Ada sensasi kenikmatan khusus saat makan nasi yang berasa gurih.
Saya makan dua pasang buras yang berukuran sedang. Dalam memasak buras memang dibuat berpasang-pasangan. Artinya, dua bungkus buras diikat dalam satu kesatuan utuh dengan tali rafia.
Selesai makan buras, saya menanyakan air minum kepada Bu Hj. Khasanah. Rupanya stok air minum sudah habis. Saya dan Pak Jumio mencari air mineral dalam botol ke tempat penjualan minuman air.
Sambil berjalan menuju tempat penjual minuman air mineral dalam lokasi ruang tunggu bandara di Surabaya itu, saya "cuci mata" untuk melihat-lihat kemegahan bandara internasional yang cukup sibuk tersebut. Para calon penumpang pesawat terus berdatangan.
Pada saat saya berjalan-jalan bertemu Bu Paulina Sandri yang baru keluar dari toilet wanita. Saya tanyakan musala. Bu Sandri mengatakan bahwa lokasi musala tidak jauh dari tempat kami bertemu itu.
Saya pun penasaran ingin mengetahui lokasi musala. Pada setiap bandara, di ruang tunggu pasti disediakan musala. Untuk itu, saya ingin mengetahui kondisi musala di bandara Surabaya itu.
Kaki saya melangkah cukup jauh tetapi belum saya temukan tulisan atau penunjuk arah ke musala. Ketika saya bertemu dengan seorang petugas bandara, saya bertanya musala. Kemudian saya ditunjukkan tempat itu.
Pada saat saya berjalan menuju musala itu, sang petugas bertanya kepada saya, gate berapa tempat saya menunggu pesawat.
"Gate 12, Pak!"
"Lho. Di sana dekat Gate 12 ada musala. Dekat AW!"
Saya pun berjalan menuju lokasi yang ditunjukkan. Saya benar-benar kaget, ternyata tadi saya melewatkan lokasi itu. Tulisan penunjuk arah musala terlalu tinggi, hampir menyentuh plafon atau atap. Saya tidak sempat melihat saat berjalan-jalan tadi. Â Â
Ada lorong cukup panjang menuju musala. Tiba di musala saya merasa kagum karena tempatnya sangat bagus. Tempat berwudu cukup nyaman. Tempat salat juga cukup luas. Hal berbeda dengan tempat salat pada beberapa bandara yang pernah saya datangi.
Pada pukul 13.00 wib ada pengumuman untuk penumpang pesawat jurusan Denpasar agar segera memasuki pesawat melalui Gate 12. Kami pun bergegas menuju pintu yang dimaksud. Barang-barang bawaan kami angkat dengan hati-hati. Tentu saja ada sedikit berkurang karena sebagian makanan sudah berpindah "lokasi".
Saya mendapatkan kursi bernomor 8F, dekat jendela. Sementara itu, para pengawas wanita mendapatkan kursi 8A, 8B, dan 8C. Dengan begitu, saya dapat memotret mereka bertiga dari tempat duduk saya. Kebetulan kursi di samping saya masih kosong (penumpang belum datang).
Kami harus menunggu agak lama. Saya melihat dari jendela, ada petugas sedang mengisi air ke dalam pesawat. Proses itu memelukan waktu beberapa puluh menit mengingat harus ada tahap pemasangan selang, pengaliran air, dan pelepasan selang air.
Dengan perlahan, akhirnya pesawat mulai meninggalkan bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo menuju bandara Denpasar. Saya merasa bersyukur, tahap perjalanan menuju tempat munas V APSI sudah semakin dekat.
Baca juga: Perjalanan dari Penajam, Kalimantan Timur ke Pulau Bali (1)Â
Baca juga: Perjalanan dari Penajam, Kalimantan Timur ke Pulau Bali (2)Â
Baca juga: Perjalanan dari Penajam, Kalimantan Timur ke Pulau Bali (3)
Penajam Paser Utara, 14 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H