Pak Jumio menginfokan bahwa dia sudah mencetakkan tiket masuk (boarding pass). Tidak lama berselang, pengawas SD yang istrinya pengawas TK di Dinas Pendidikan kabupaten kami itu muncul di depan saya.
Kami pun bergegas menuju ke petugas loket Loin Air untuk mencetakkan tiket saya (boarding pass). Dengan menunjukkan KTP asli, petugas segera memproses dengan cekatan. Pada kiri dan kanan kami banyak calon penumpang yang antre untuk melakukan hal serupa.
Setelah lembar boarding pass saya dicetak, kami segera mencari tempat duduk sambil menunggu tiga teman pengawas yang masih dalam perjalanan. Pak Jumio berkomunikasi dengan Bu Hj. Sri Kamariah untuk menginfokan posisi masing-masing.
Tidak lama berselang, tiga pengawas wanita yang sudah siap terbang ke Pulau Bali, muncul di hadapan kami. Pak Jumio segera menguruskan boarding pass-nya. Tiga KTP asli pengawas wanita itu pun dikumpulkan. Barang-barang bawaan mereka yang berada dalam troli didekatkan ke loket untuk dimasukkan bagasi.
Pak Jumio cukup cekatan dalam memperlancar urusan boarding tersebut. Sementara Pak Jumio mengantre ke loket, kami berempat menyempatkan waktu untuk berfoto bersama.
Pengawas Sekolah Indonesia) perlu kami perlihatkan. Selanjutnya, makanan yang dibawa para pengawas wanita itu pun sebagian dikeluarkan. Saya cukup semangat untuk menyantap kudapan yang masih hangat.
Sebagai rasa syukur karena sudah dapat berkumpul untuk berangkat bersama menghadiri munas V APSI (Asosiasi
Setelah boarding pass kami lengkap, pintu masuk ke ruang tunggu pun kami datangi. Ada antrean di depan pintu masuk. Saya sudah bersiap-siap melepas ikat pinggang, memindahkan dompet dari saku celana ke dalam tas punggung, dan melepas jaket hitam yang setia menemani ke mana-mana itu.
Barang tentengan kami cukup banyak. Sebagian berupa makanan yang disiapkan oleh para pengawas wanita itu. Saya dan Pak Jumio cukup membawa diri, tidak membawa makanan.
Suasana di ruang tunggu cukup padat. Kami harus mencari kursi kosong di antara tempat duduk calon penumpang yang lain. Saya minta izin untuk buang air kecil begitu tas punggung saya letakkan. Pak Jumio siap menunggui barang-barang kami karena Bu Hj. Khasanah dan Bu Hj. Sri Kamariah sudah lebih dahulu ke toilet.
Pada saat saya kembali dari buang air kecil, kursi di dekat tas punggung saya sudah ada yang menduduki. Pak Puji Syamsuri pengawas dari Kota Samarinda sudah bergabung dengan kami. Ada pula pengawas dari Kota Balikpapan yang datang kemudian.
Pak Jumio cukup akrab dengan mereka karena sudah sering berkomunikasi. Sebagai pengawas Angkatan Lama, Pak Jumio banyak mengenal pengawas-pengawas dari kabupaten dan kota lain di Kalimantan Tmur.