Undangan Menjadi Juri Lomba Bulan Bahasa
Oktober 2022 ada seorang kepala SD menelepon pada pagi hari. Pada intinya, saya diundang untuk menjadi salah satu juri dalam lomba dengan peserta guru SD. Pada tahun 2021 saya juga diminta untuk menjadi juri dalam lomba yang sama.
Pada tanggal delapanWaktu itu (tahun 2021) kami dikumpulkan di SD 013 Penajam untuk membicarakan proses penjurian lomba yang diadakan oleh K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Waktu itu saya menyambut baik lomba yang diperuntukkan para guru itu.
Naskah yang harus kami beri nilai berupa naskah yang diketik rapi. Dengan demikian, mata saya tidak akan terasa sakit saat membaca naskah tersebut. Hal itu berbeda saat menjadi juri lomba bagi siswa SMP. Naskah ditulis dengan tangan. Sebagian besar tulisan siswa sangat kecil ukuran hurufnya. Dengan begitu, mata saya terasa pedih saat harus membaca kalimat demi kalimat dalam naskah lomba itu.
Pada tanggal sepuluh Oktober 2022 ada undangan digital yang menginfokan bahwa pada hari Selasa tanggal sebelas Oktober 2022 diadakan pertemuan para juri dengan koordinator setiap lomba dalam rangka Bulan Bahasa 2022 itu.
Saya tidak tahu siapa-siapa yang diminta untuk menjadi juri dan diundang dalam pertemuan di SD 003 Penajam tersebut. Kondisi badan yang kurang fit membuat saya harus memberitahukan kepada koordinator lomba bahwa saya akan datang setelah juri yang lain hadir.
Undangan pukul 13.00 wita tetapi saya baru hadir setengah jam kemudian. Saat saya tiba di tempat acara, Bu Rusmilawati, ketua K3S Kecamatan Penajam sudah memulai acara. Saya pun segera mencari tempat duduk yang kosong.
Baca juga: Bahasa Ibu Bahasa IndonesiaÂ
Untung saya tidak terlalu terlambat. Hal yang sedang dibahas kebetulan terkait lomba yang menunjuk saya sebagai jurinya. Ada tiga juri yang seharusnya hadir. Namun, hanya dua yang bisa datang karena satu juri tidak dapat hadir karena anaknya sedang sakit.
Saya sudah mengenal dua juri yang besama-sama saya menjadi satu tim. Keduanya guru jenjang SMP. Selain itu, ada juga juri dari jenjang SMA tetapi ia menjadi juri lomba lain. Saya juga melihat ada tiga guru jenjang SMP yang mengenal saya dan saya pun mengenal ketiganya karena mereka guru bahasa Indonesia. Kami sering bertemu dalam kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
Ada pengawas yang sama seperti saya juga hadir. Sama jenjangnya, yaitu pengawas jenjang SMP dan sama mata pelajarannya, yaitu bahasa Indonesia. Namun, kami berbeda dalam tugas. Artinya, jenis lomba yang harus kami nilai tidak sama.