Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Penampungan Air Hujan

9 Oktober 2022   16:10 Diperbarui: 9 Oktober 2022   16:14 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penampungan Air Hujan

Hujan adalah anugerah. Air datang melimpah pada saat hujan turun. Banyak orang bersyukur dengan kedatangan rezeki yang sangat besar itu. Kondisi daerah yang semula tandus, gersang, atau kering kerontang akan cepat berubah menjadi daerah yang subur saat hujan turun dengan intensitas tinggi.

Air adalah salah satu kebutuhan utama makhluk hidup. Dengan air banyak hal dapat dilakukan. Hampir semua aktivitas manusia membutuhkan keberadaan air.  

Baca juga: Bahasa Ibu Bahasa Indonesia 

Air yang kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari dua tempat yang berlawanan, yaitu dari atas (air hujan) dan dari bawah (sumber air tanah). Kedua sumber itu sangat kita butuhkan.

Pada saat hujan turun, sebaiknya kita menampung sesuai kebutuhan. Mungkin kita punya drum, bak air yang terbuka, atau tempat-tempat yang dapat untuk menampung air hujan. Tampunglah semampu bisa menampung. Air cucuran atap yang mengalir melalui talang air sebaiknya ditampung secukupnya (sesuai daya tampung alat penampung air).

Baca juga: Kupas Kapas Buat Kipas 

 

Air hujan perlu dikumpulkan dalam suatu tempat untuk cadangan sewaktu-waktu dibutuhkan. Jangan lupa diberi tutup agar kondisi air tidak terkontaminasi berbagai zat yang berbahaya. Binatang atau hewan yang akan merusak komposisi air wajib dihalau.

Selain itu, siapkan pula tempat air yang terbuka khusus untuk tempat minum kucing, atau binatang lain yang memerlukan. Ukuran tempat air ini tentu disesuaikan dengan kebutuhan. Jika kucing yang akan meminum sedikit, cukup disiapkan kaleng bekas tempat cat dinding yang berukuran sedang. Jangan terlalu kecil dan jangan pula terlalu besar.

 

Baca juga: Kata "Lepas" Tolong "Dilepaskan"! 

 

Apabila memiliki lahan tanah yang terbuka, buatlah biopori. Proses pembuatan biopori tidak sulit. Kita hanya melubangi tanah yang akan dijadikan daerah resapan air. Setelah lubang dibuat, tentu diisi atau dijejali dengan daun-daun yang kering atau agak basah. Pada intinya, lubang biopori tidak dibiarkan menganga, perlu ada penutup dari daun-daunan. Buatlah biopori sebanyak yang diinginkan. Tentu, semakin banyak semakin baik karena dapat menghimpun air lebih banyak.

Baca juga: "Terlepas" Bukan "Melepaskan" 

Kita memang perlu menabung atau menyimpan air agar tidak terjadi banjir atau genangan pada tempat yang tidak seharusnya. Apabila setiap keluarga atau rumah tangga membuat penampungan air yang maksimal (semua air hujan yang jatuh ke area sekitar rumahnya dapat ditampung semua), air tidak akan ke mana-mana. Rezeki air hujan dapat menjadi tabungan.

Baca juga: Menghadiri IHT di SMP 22 Penajam Paser Utara, Kaltim 

Untuk itu, perlu ada gerakan melalui pengurus RT (Rukun Tetangga) agar setiap rumah tangga menyediakan tempat penampungan air hujan yang memadai. Kebijakan di tingkat desa atau kelurahan perlu dibuat agar para ketua RT dapat mengimplementasikan di wilayahnya dengan lebih efektif. Kita memang harus menjaga karunia berupa air hujan denga bijak. Jika kita selalu membiarkan air hujan yang "bertamu" ke wilayah sekitar rumah kita, tentu sangat disayangkan. Persilakan air untuk "masuk" ke dalam bak-bak penampungan air. Angap saja air hujan adalah tamu yang membawa rezeki. Untuk itu perlu kita sambut dengan gembira.

Baca juga: Persiapan Menuju BPMP Samarinda 

 

Saat ini mungkin kita merasa tidak kekurangan air. Kita begitu mudah mendapatkan air dari perusahaan air minum (PDAM) atau begitu mudah mendapatkan air dari sumber air tanah (melalui sumur bor). Kita tinggal putar kran, air sudah mengalir. Tidak perlu susah-susah untuk mendapatkannya.

Kalau mau mandi, mencuci, atau melakukan penyiraman tanaman, tinggal memutar kran air. Kita mungkin belum berpikir, bagaimana jika sewaktu-waktu air dari PDAM macet (tidak mengalir), atau sumur bor tidak lagi mengeluarkan air.  

 

Baca juga: Hujan Lokal  

Pengalaman air PDAM macet atau tidak mengalir dalam jangka waktu beberapa hari mungkin pernah dialami sebagian keluarga. Bagaimana jika kita tidak mempunyai persediaan air yang cukup? Tentu, kita akan membeli air melalui jasa penjualan air yang harganya tidak murah. Berapa ratus ribu harus kita keluarkan bila air PDAM tidak mengalir selama satu bulan?

Atas kejadian itu, kita baru akan menyadari bahwa harga air memang cukup mahal. Barulah kita akan berpikir untuk menampung air hujan.

 

Baca juga: Agenda Munas V APSI 2022 

Air yang "terbuang" harus disimpan. Jangan biarkan air hujan begitu saja lewat di depan mata kita, turun dari atap, jatuh lewat saluran paralon, langsung mengalir ke selokan atau parit. Dari parit air menuju sungai dan akhirnya ke laut! Sangat disayangkan kalau semua air hujan yang jatuh di depan mata, kita biarkan terus-menerus. Sudah saatnya kita menyimpan air hujan. Kita harus menganggap air hujan adalah harta cadangan yang akan berguna pada saatnya tiba.

Baca juga: Dalam Keadaan Genting, Gunting Harus Digantung 

 

Langkah mudah sudah diuraikan di atas, yaitu membuat sumur resapan atau biopori. Kemudian menyiapkan drum atau sarana penampungan air yang sederhana. Kalau sempat mengalokasikan dana, bisa membuat bak penampungan dengan cor beton (seperti membuat bak kolam ikan).

Model seperti kolam ini sangat dianjurkan agar lebih banyak air hujan yang dapat ditampung. Dalam pembuatan model kolam harus dipikirkan kebersihan dan pembuangan airnya. Jangan sampai, penampungan air menjadi sarang atau sumber penyakit.

Baca juga: Perjalanan Naik Kapal Feri 

Teknologi penampungan air hujan harus diupayakan lebih modern. Pompa air, filter, dan saluran pembuangan harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah pengoperasiannya. Ini merupakan peluang bagi para perancang mesin yang praktis dan ekonomis. Semakin praktis dan murah harganya, pasti banyak rumah tangga yang akan membeli.

Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengeluh atau menyalahkan pihak ini dan itu karena adanya banjir atau air menggenang.

Baca juga: Hari Pertama di BPMP Kaltim, 6 Oktober 2022 

 

Kita harus berpikir ke depan bahwa air hujan pasti akan datang dan akan datang lagi. Kalau kita hanya mengeluh dan sibuk menyalahkan berbagai pihak, masalah tidak akan cepat teratasi. Sebagai warga Indonesia yang baik, solusi dalam lingkup terbatas perlu dilakukan.

Jika satu keluarga atau satu rumah tangga keberatan dalam pembuatan penampungan air, di wilayah perumahan yang sempit, misalnya, bisa dilakukan musyawarah dengan tetangga sekitar. Empat atau lima rumah yang berdekatan dapat berunding untuk membahas strategi penyimpanan air hujan.

Perlu dilakukan survei kecil-kecilan. Pada saat turun hujan, air mengalir ke mana saja. Bisakah dibuat saluran menuju suatu tempat penampungan yang aman.

Setelah ada data-data yang diperlukan, barulah dibuat perencanaan untuk pembuatan "waduk" sederhana. Mungkin ada sepetak tanah kosong di ujung gang. Mungkin ada sedikit lahan yang siap menjadi tempat "tabungan air".

 

Baca juga: Hari Kedua di BPMP Kalimantan Timur, 7 Oktober 2022  

Dengan melakukan musyawarah, solusi akan diperoleh. Masalah biaya dapat dirundingkan dengan kepala dingin. Syukur-syukur ada satu kepala rumah tangga yang siap menjadi donatur. Hal itu akan meringankan warga yang lain. Air memang harus ditampung. Jangan biarkan air hujan begitu saja lewat di depan mata kita.

Kita harus yakin bahwa menabung air hujan pasti sangat berguna. Referensi atau bahan bacaan terkait penampungan air hujan harus disosialisasikan kepada seluruh warga. Jika semua warga sudah paham manfaat menabung air hujan, pasti dukungan akan diberikan. Untuk itu perlu upaya yang maksimal agar semua warga segera dapat memahami hal itu

 

Baca juga: Perjalanan Malam dari Samarinda  

Rumah-rumah di perkotaan rata-rata sudah padat. Sementara itu, air hujan pasti akan turun di halaman rumah mereka. Talang air dari atap harus dibuat dan pipa pembuangan harus diarahkan pada bak, kolam, atau "waduk" penyimpanan air, bukan diarahkan pada parit! Dengan melakukan penyimpanan air manfaat yang luar biasa akan didapatkan.

Pada saat air PDAM atau air dari sumur bor macet, kita masih dapat leluasa menggunakan "tabungan" air yang kita simpan. Apalagi kolam penyimanan air yang kita buat cukup luas, tentu tidak khawatir akan kehabisan cadangan.   

Baca juga: Kumbang Isap Kembang Bisa Kembung?

Kita dapat pula memanfaatkan air hujan yang kita tampung untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, membersihkan lantai, atau mencuci kain-kain "gombal" yang sangat kotor yang tidak mungkin dicuci menggunakan mesin cuci.

Satu lagi, kita dapat menyumbangkan air kepada tetangga yang membutuhkan. Tidak perlu modal besar untuk berbaik hati kepada tetangga, cukup menyimpan air hujan!

Penajam Paser Utara, 9 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun