Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gorengan Pagi

22 September 2022   09:48 Diperbarui: 22 September 2022   10:00 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gorengan Pagi

Aktivitas pada hari Kamis tanggal dua puluh dua September 2022 saya lakukan di Ruang Pengawas 2 kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. 

Sebagai pengawas sekolah, kami tidak harus selalu berkunjung ke sekolah-sekolah binaan. Ada waktu-waktu tertentu kami perlu menyelesaikan administrasi kepengawasan.

Sambil mengetik di laptop, saya makan camilan berupa gorengan. Ada beberapa macam gorengan yang saya beli, di antaranya pisang goreng, tempe goreng, ubi kuning/merah goreng, ceker ayam goreng, dan tahu isi goreng. 

Tidak ketinggalan ada sambal kacang sebagai teman gorengan itu. 

Kebiasaan makan gorengan sambil dicelupkan di dalam sambal kacang atau sambal lain baru saya dapatkan sejak tinggal di Kalimantan Timur. Sebelumnya, di Jawa, kalau kami makan gorengan tanpa ada sambal. Kalau ingin pedas, biasanya memakai lombok kecil atau lombok rawit.

Berbagai macam gorengan yang saya beli itu ada yang masih hangat dan ada yang sudah dingin. Penjual gorengan ada di kantin depan (seberang) Ruang Pengawas 2. Sewaktu-waktu kami butuh, bisa langsung menyeberang ke kantin itu.

Sejak beberapa hari terakhir pembeli gorengan bukan hanya pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan. Ada beberapa pegawai dari kantor dan dinas lain juga membeli gorengan ke kantin itu. Umumnya pembeli dari luar membeli dalam jumlah banyak. Hal itu sering kami lihat. 

Harga gorengan tiga biji lima ribu rupiah. Kalau hanya membeli sembilan biji (Rp 15.000) terlihat sedikit saja.

Saya perhatikan, pembeli dari luar rata-rata membawa dua tas kresek (tas plastik) hampir penuh. Bisa seratusan ribu lebih mereka beli. Kondisi itu tentu membuat kami yang dekat dengan kantin sering kehabisan saat mau membeli gorengan.

Menurut dokter, makan gorengan (terlalu banyak) itu tidak baik. Hal itu sudah diketahui banyak orang. Namun, penjual gorengan ada di mana-mana. Masyarakat juga suka makanan yang hangat dan enak di lidah. 

Kalau sekali-sekali makan gorengan, menurut saya bolehlah. Bukan setiap hari dan dalam jumlah sedikit. 

Apakah Anda juga suka makan gorengan?

Penajam Paser Utara, 22 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun