Penggunaan kata ulang atau reduplikasi sering kurang tepat dilakukan oleh masyarakat. Kata dasar yang sudah diulang tidak perlu lagi diberi kata-kata penegas yang maksudnya sama.
Ada lima kata ulang (reduplikasi) yang sering dijadikan materi pelajaran di sekolah, yaitu:
Kata ulang utuh (dwilingga), contoh: loncat-loncat, lari-lari, malam-malam, sore-sore.
Kata ulang berubah bunyi, contoh: sayur-mayur, lauk-pauk, serta-merta, serba-serbi, gerak-gerik
Kata ulang suku kata awal (dwipurwa), contoh: lelaki, bebatuan, rerumputan, pepohonan
Kata ulang berimbuhan, contoh: bermain-main, tarik-menarik, dorong-mendorong
Kata ulang semu = kata dasar/ bukan kata ulang: kupu-kupu, cumi-cumi, kunang-kunang
Reduplikasi yang Tidak Tepat
Mari kita perhatikan kalimat berikut ini.
Mereka pukul-memukul di pinggir jalan. (kalimat yang benar)
Mereka saling pukul-memukul di pinggir jalan. (Kalimat salah. Penambahan saling tidak tepat karena makna reduplikasi pukul-memukul adalah saling memukul).
Anak itu memukul-mukul meja. (kalimat yang benar)
Anak itu memukul-mukul meja berulang-ulang. (Kalimat salah. Penambahan berulang-ulang tidak tepat karena makna reduplikasi memukul-mukul adalah memukul berkali-kali/berulang-ulang).
Anton dan Deni dorong-mendorong di depan pintu. (kalimat yang benar)
Anton dan Deni saling dorong-mendorong di depan pintu. (Kalimat salah. Alasannya?)
Demikian sekilas ulasan terkait reduplikasi. Semoga kita selalu dapat menggunakan bentuk reduplikasi yang tepat. Selamat belajar dan berselancar di dunia maya untuk mencari referensi topik terkait.
Penajam Paser Utara, 9 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H