Untuk menghindari rasa jenuh, saya pun membawa laptop untuk bekerja. Tempat di bengkel resmi memang dilengkapi ruang tunggu yang luas. Tersedia meja dan kursi yang nyaman. Kita bisa menunggu dengan santai. Ada kipas angin. Ada colokan listrik untuk mengisi baterai dan minuman air mineral gratis.
Fasilitas seperti itu tentu harus dibayar mahal. Ongkos di bengkel resmi lebih mahal daripada bengkel di pinggir jalan. Namun, saya harus rela membayar sesuai perhitungan pihak bengkel. Ban dalam yang baru pun dibongkar. Lapisan ban dalam bekas dibuang. Saya tidak perlu protes. Mungkin ada alasan lain mengapa ban dalam bekas yang melapisi ban baru itu harus dibuang.
Satu hal lagi yang membuat bengkel resmi terasa nyaman adalah soal komunikasi. Sebelum melakukan tindakan (servis), saya selalu ditanya apa saja keluhan pada sepeda motor itu.
"Servis rutin. Ganti oli. Periksa saja semua. Kalau ada yang perlu diganti, tolong diganti saja!" Begitu jawaban saat  ditanya petugas di bengkel resmi.
Berhubung saya sudah melakakukan servis secara rutin, biasanya, tidak banyak onderdil yang perlu diganti. Paling-paling busi yang sudah sekian bulan terpasang yang disarankan untuk diganti.
Kesimpulan
Pengalaman adalah guru terbaik. Jika Anda selalu mengalami hal yang positif selama menggunakan jasa bengkel pinggir jalan, lanjutkan. Itu pilihan Anda dan suatu keberuntungan.Â
Jika Anda merasa lebih nyaman menggunakan jasa bengkel di tempat resmi, lanjutkan pula. Namun, bila ingin mencoba-coba menggunakan jasa bengkel pinggir jalan, silakan dicoba saja.Â
Rasa penasaran dan kebutuhan yang mendesak memang tidak bisa dihindari.
Penajam Paser Utara, 7 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H