Mohon tunggu...
Supriatin Za
Supriatin Za Mohon Tunggu... -

merangkai huruf yang tercecer,teruntai dari imajinasi dan inspirasi,setidaknya punya arti

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dalam Deru Hujan

21 November 2011   13:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:23 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Deru gemuruh hujan

Patahkan sepi sore menjelang senja

Seraut wajah melintas sekilas

Diurai dingin dalam angin

Menautkan rasa dinding jiwa hampa

Deru itu makin gemuruh

Rindu itu bergelora di cakrawala rasa

Pendar asa terkulum di muara jiwa

Hujan belum lagi gerimis

Serpih-serpih hati kian teriris

Tiada kata dapat kuangkap

Hanya desahnafas membias

Hati kian memelas

Dimana kau kini

Tiada berahirkah aku menunggu

Menunggu kamu, ya kamu

Tiada habis kurindu kamu

Masih tersisakah rindumu untukku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun