Mohon tunggu...
suprianto anto
suprianto anto Mohon Tunggu... -

saya seorang dosen di universitas 19 nopember Kolaka-sulawesi tenggara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Antara... Rakyat Berkomentar Selalu Negatif Terhadap Kinerja Pemerintah Tapi Menteri dan Para Pejabatnya Berpikir Positif Optimis Atas Kerjanya Sendiri

20 September 2010   07:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:06 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang-kadang saya termenung berpikir dalam-dalam ketika sedang duduk di meja kantor saya bagian humas dan protokol Universitas 19 Nopember Kolaka...didepan laptopku sambil buka-buka internet dengan kebiasaan membuka 2 atau 3 window sekaliguS agar semuanya bisa terbaca..dan yang pasti window kedua adalah Kompasiana... window pertama kompas untuk baca berita ekonomi bisnis dan window ketiga adalah berita militer dari berbagai blog dan link...

Sejak kemarin otakku ini udah berat seperti lemari yang dipaksakan masuk barang-barang yang kapasitasnya sudah nggak memungkinkan untuk disimpan lagi kecuali di keluarkan dulu yang lainnya untuk di pakai agar ada ruang yang kosong...begitulah kondisi yang aku rasakan hari ini..

bagaimana tidak saban hari otakku ini di jejali dengan berita-berita macam-macam dan yang nambah bikin pusing lagi kalau membaca pernyataan - pernyataan atau komentar para menteri - menteri kita, para kejaksaan kita, para anggota DPR kita bikin bingung aja mana yang benar-benar, yang benar sekali dan yang paling benar dan yang paling susah mencari mana yang berkata paling jujur... padahal kita ini rakyat biasa pingin dengar komentar yang hanya satu kali saja karena begitu benarnya apa yang dikatakatan para pejabat itu...

Seperti contohnya kemarin ada menteri yang nulis di kompas yang membahas mengenai berpikir negatif dan berpikir positif optimis dimana sang menteri mengatakan kita jangan hanya melihat kinerja pemerintahan ini dari sisi negatifnya saja tapi sebenarnya banyak kemajuan - kemajuan yang telah diperbuat oleh pemerintah SBY juga perlu diangkat dan patut di apresiasi dan sang menteri mengatakan bahwa telah 40% rakyat yang akan bahkan memiliki penghasilan 3000 US$ - 9000 US$ dan jika dibandingkan lebih banyak dari penduduk malaysia itu.

Saya mengakui sang menteri tersebut adalah anak bangsa yang cerdas juga mantan aktivis, akan tetapi rakyat juga punya hak untuk selalu berpikir dan berkomentar negatif atas sikap sangat pragmatisnya atas apa yang mereka rasakan sehari-hari berbeda dengan kondisi para pejabat - pejabat negara yang dapat mobil dinas, rumah bagus, gaji tinggi, dan berbagai fasilitas lainnya.

saya pikir adalah sangat wajarlah jika para analis,LSM dan elemen-elemen masyarakat lain utamanya rakyat biasa untuk selalu berkomentar negatif karena mereka juga adalah orang-orang cerdas yang lebih cerdas dari pejabat negara tatkala para menteri dan pejabat negara ini mengagung-agungkan dan membanggakan pertumbuhan ekonomi kita yang katanya akan bisa mencapai 6,3%-6,5%  tahun 2011, padahal negara malaysia yang tahun lalu pertumbuhan ekonominya minus, tahun ini mampu melesat hingga 9.5 % lebih, singapura melesat jauh 18%, belum lagi vietnam dan thailand (dan apanya yang mau dibangga-banggakan dengan nilai 6,5% itu..keterlaluan !!!), jadi benar apa yang dikatakan bapak JK mantan Wapres kita di sebuah media saat diwawancarai bahwa pertumbuhan itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura, kemudian kenaikan IHSG kita yang juga melesat sampai mendekati 3.400 namun ternyata rakyat yang tidak mengerti utamanya di kabupaten dan desa yang tidak terjangkau teknologi informasi sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana perkembangan negara-negara tetangga kita yang para pejabatnya terus berpacu dengan waktu disertai dengan program-program jangka pendek,jangka menengah dan jangka panjang yang jelas agar masyarakatnya bagaiman segera mendapatkan pekerjaan atau setidaknya pemerintah daerahnya yang mengusahakan mereka dengan memberi bantuan modal agar secepatnya membuka usaha - usaha legal yang bisa menghasilkan pendapatan dari segi finansial( kondisi ini sangat berbeda dengan di indonesia ) merasa diperbodohi dengan berusaha diberikan informasi - informasi kinerja pemerintahan ini yang seakan-akan lebih baik dari negara-negara tetangga lain di ASEAN.

cobalah kita membuka situs-situs berita tentang pertumbuhan ekonomi negara-negara tentangga kita sangat fantastis ini karena mereka monsisten dengan implemtasi program utamanya pejabat-pejabat lokal di daerah (kabupaten/kota, kecamatan) kedua para pemimpinnya konsisten dengan penanganan anti korupsi yang tidak sedikitpun memberikan rasa kasihan kepada para pelaku korupsi uang negara apalagi untuk bantuan kepada rakyat atau kepada dunia pendidikan walaupun itu adalah keluarga atau kolega mereka(siapa suruh mencuri uang negara"kata mereka")

Jadi sebaiknya para Menteri dan para pejabat lainnya sabaiknya juga secara jujur mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kita hari ini memang sudah baik tetapi masih kalah baik dan kalah tinggi dibandingkan negara tetangga kita seperti malaysia,singapura,thailand... padahal tahun lalu mereka tercatat pertumbuhannya minus -4%...

pertanyaannya sekarang adalah lha kok waktu itu kita mencatat pertumbuhan  positif 4% dan satu-satunya negara di asia tenggara yang positif pertumbuhan ekonominya...

berarti kita terkejar lagi yang seharusnya tidak terkejar karena kita udah positif duluan...

andaikan dalam perlombaan lari berarti kita tahun 2009 sudah berlari sejauh 10 km dan singapura, malaysia dan thailand malah belum menuju ke garis start karena masih minus dan belum nol tapi lha kok... sekarang kita malah paling belakang...mereka sudah melampaui kita lagi...

dan jangan-jangan para menteri dan para pejabat itu setelah membaca tulisan ini akan beralasan karena negara kita ini rakyatnya lebih banyak dari malaysia dan singapura serta thailand serta lauas wilayah kita lebih luas dari mereka.... jadi mengurusnya sangat susah...

lalu kenapa negara china dan india lebih banyak rakyatnya dan lebih luas wilayahnya mampu mencatat pertumbuhan diatas 10% dan diatas 7%?

sebaiknya para menteri - menteri kita dan para pejabat - pejabat kita juga harus membiasakan diri berkomentar negatif bagi kinerjanya sendiri dan bagi pemerintahannya sendiri yang kurang cepat, gesit, dan malas serta lambat bekerja, dengan mengambil perbandingan kemajuan negara tetangga  lainnya dan jangan takut rakyat patah semangat karena saya yakin rakyat pasti semakin terpacu dan bersemangat untuk melampaui negara tetangga itu karena karakter rakyat bangsa ininyang tidak mau di remehkan oleh rakyat bangsa lain sebab 13 juta rakyat miskin di indonesia belum mendapat pekerjaan layak.

Selanjutnya kenapa saya sangat senang membaca berita tentang perkembangan militer TNI dan mebandingkan dengan negara-negara tetangga  lain seperti Australia, Malaysia, Singapura, Thailand, Iran, dan lain-lain?

Oleh karena ketika saya merenungi jalan pikran atas kesenanganku ini aku tersadar ternyata saya sangat Nasionalis cinta negeri ini dan akan sangat bangga ketika saat aku baca berita - berita terbaru misalnya Indonesia mampu membeli lagi sejumlah senjata - senjata canggih dan modern dan bahkan dengan program revitalisasi industri strategis dalam negeri mampu memproduksi sejumlah peralatan alutsista yang kualitas teknologinya kategori menengah apalagi sedang mengembangkan rudal - rudal militer buatan dalam negeri serta proyek orbit satelit sendiri...

Tetapi menjadi sangat tidak percaya diri ketika menbaca lagi berita bahwa persenjataan atau alutsista kita masih kalah canggih dan modern serta kalah banyak dari singapura, kalah modern dari malaysia dan kalah segala - galanya dari australia.... ketika para pemimpin dan pemangku serta pengambil kebijakan negeri ini di wawancarai dengan entengnya mereka menjawab bahwa keuangan kita masih belum mampu memenuhi kebutuhan alutsista TNI dan menopang kesejahteraa  para prajurit TNI yang saban hari menjaga kita...

saya pernah mendengar bisik-bisik entah ini benar atau tidak, katanya sebenarnya negara ini mampu membeli dan memenuhi pengadaan alutsista sesuai kebutuhan luas wilayah kita termasuk mampu membuat sendiri dengan modal dalam negeri akan tetapi adanya tekanan dan lobi-lobi dari negara-negara besar kepada para pejabat mulai dari menteri-menteri terkait anggaran hingga para anggota parlemen kita yang di didik di luar negeri agar tidak menggelontorkan dana dan mengalokasikan anggaran sesuai permintaan TNI karena mereka takut jika TNI kuat maka Indonesia akan kuat dan akan menjadi kekuatan utama di kawasan asia yang disegani sehingga pemimpin kita akan tidak takut dan segan lagi terhadap tekanan negara-negara besar seperti Amerika,Jepang,Australia, Inggris dan lain-lain sebab mereka takut jika haln tersebut tercapai maka indonesia akan berani menolak perpanjangan kontrak pengelolaan sumber daya alam indonesia PT.Freeport, Exxon Oil, dan perusahaan-perusahaan asing lainnya dan memberikannya kepada perusahaan PERTAMINA, ANTAM dan lainnya untuk di kelola sendiri.

Dan juga mereka tidak akan berani lagi mencampuri urusan dalam negeri indonesia karena mereka ngeri melihat kekuatan Angkatan Bersenjata kita... mungkin saja juga ada benarnya mungkin saja juga tidak benar...

namun yang jelas ketika ekonomi bangsa ini bagus dan berjalan dengan baik serta pertumbuhan ekonominya semakin tinggi maka negara akan banyak uang (kata saya dengan bahasa dan pikiran rakyat awam) dengan kata lainnya devisa Indonesia akan bertambah yang saat ini telah mencapai USD 78.8 Milyar kali kurs Rp 9.000,- (Rp 709.200.000.000.000,-)  kalau negara ini sudah banyak uang maka tidak ada alasan lagi bagi para menteri dan pejabat-pejabat terkait beralasan bahwa anggaran untuk pembelian alutsista sangat minim... akibatnya karena TNI kita lemah sangat jelas terlihat rakyat bangsa ini pula merasa rendah diri karena merasa lemah dari segi kekuatan militer....

Satu hal lagi berantas korupsi berlakukan Hukum Pembuktian Terbalik...jika ingin melihat bangsa ini maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun