Mohon tunggu...
Supri Alvin
Supri Alvin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pimpinan Umum Pers Mahasiswa Suarausu 2019, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2017, Editor, Freelance Wedding Videographer.

Pimpinan Umum Pers Mahasiswa Suarausu 2019, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2017, Editor, Freelance Wedding Videographer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Mengenal Diri, Menemukan Bakat

26 Juni 2020   01:18 Diperbarui: 26 Juni 2020   09:07 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah merasa hidup begitu monoton, lesu, dan tidak semangat menjalani aktivitas tanpa tahu alasannya? Apalagi saat #dirumahaja membuat kita banyak waktu. Tapi, waktu yang dimiliki tidak produktif. Bisa jadi kita mungkin tidak benar-benar mengenal diri sendiri.

Lalu muncul pertanyaan. Siapa yang yang paling mengenal diri ini? Jawaban yang selalu kita dengar. “yang paling mengenal dirimu adalah dirimu sendiri.” Apakah benar demikian?

Dilansir dari Republika.co.id, berdasar penelitian Indonesia Career Center Network (ICCN) tahun 2017, diketahui sebanyak 87 persen mahasiswa Indonesia mengakui bahwa jurusan yang diambil tidak sesuai dengan minatnya. Dan 71,7 persen pekerja memiliki profesi yang tidak sesuai dengan pendidikannya.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa anggapan “yang paling mengenal dirimu adalah dirimu sendiri” Adalah salah. karena riset menunjukan mereka tidak berhasil mengenal diri mereka sendiri. Sehingga salah memilih jurusan dan memiliki profesi yang tidak sesuai dengan pendidikannya.

Mengenal bakat

Mengenali diri ialah mengenali bakat yang ada dalam diri ini. Sehingga setiap usaha yang dilakukan menghasilkan produktivitas.

Bakat mengandung makna kemampuan bawaan yang masih bersifat potensial atau laten dan memerlukan pengembangan lebih lanjut. (Moh.Ali 2004:78).

Bakat adalah sebuah anugerah keahlian dan keterampilan seseorang (talenta) dari Tuhan dalam melakukan suatu hal dalam bidang tertentu yang biasanya dibawa sejak Iahir dan dapat diasah dan hingga berguna bagi dirinya maupun orang lain (Sinta, 2012).

Secara sederhana disimpulkan bahwa bakat adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk produktivitas.

Menuju sukses

Mana yang lebih penting bakat atau kerja keras? Jawabannya macam-macam, Ada yang bilang keduanya penting. Yah memang penting tapi yang kita minta satu saja, bakat atau kerja keras? Sebelum kesitu, kita bahas tentang sukses terdahulu.

Semua orang tanpa terkecuali pingin sukses. Masalahnya adalah definisi tentang sukses tidak jelas. Karena kaya raya belum tentu sukses, pangkat tinggi belum tentu sukses. Kaya raya dan pangkat tinggi juga belum tentu sukses.

Sebagai contoh kita punya 7 presiden yang sudah jelas pangkat tinggi (RI-1) dan kaya raya. Diantara 7 ini yang kita katakan sukses yang mana? maka jawabannya 1 atau 2. Ada yang bilang soekarno atau habibie. Terus sisanya kemana? kenapa tidak kita sebut sukses?

Ada juga orang yang kita bilang sukses tapi tidak kaya dan tidak punya pangkat tinggi. Seperti, Mahatma Gandhi seorang pengacara India yang memimpin gerakan kemerdekaan India dari kekuasaan Inggris. Dia memang punya pangkat tapi tidak kaya raya, miskin raya malah. atau Bunda Teresa seorang Biarawati Katolik Roma yang melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat.

Dari tanda-tanda diatas yang kita sebut sukses adalah seberapa besar manfaatnya kita bagi orang lain.

Jalan atau cara sukses?

Untuk mencapai kesuksesan ada dua dimensi yaitu jalan sukses atau cara sukses. Jika kita buat dalam kalimat tanya maka; Caranya sukses bagaimana? Dan jalannya sukses yang mana atau ke mana?

Kembali kepertanyaan sebelumnya, kerja keras itu cara atau jalan? Carakan? Kalau begitu penting jalan atau jalan sukses?

Banyak orang beranggapan yang penting itu cara karena kerja keras itu cara sukses. Tapi kalau caranya benar, sedangkan jalannya salah maka kita bisa salah mencapai tujuan. Sedangkan kalau jalannya benar dan caranya salah maka kita masih bisa mencapai tujuan walaupun lambat.

Jadi kalau jalannya salah dan caranya benar kita akan tersesat. Sebagai perumpamaan kita sudah berusaha mencapai sesuatu. tapi hasil tidak kunjung maksimal dan tidak enjoy mengerjakannya. Sedangkan kalau jalannya benar dan caranya salah kita masih bisa sampai walau lambat. Berusahaa sedikit sudah bisa produktif, semakin berusaha semakin maksimal.

Artinya jalan sukses lebih penting daripada cara sukses. Dengan kata lain bakat lebih penting dari kerja keras. Bukan berarti kita tidak bisa mencapai sesuatu karena tidak ada bakat. Bisa, hanya saja kita harus “berdarah-darah” dalam berjuang.

Selanjutnya percaya atau tidak, Jalan ini adalah urusan manusia dengan Tuhan. Sedangkan cara, benar-benar urusan manusia.

Sekarang coba pikirkan atau bayangkan ketika kita berdoa, kita memohon jalan atau memohon cara? Jalankan?

“ ya Allah, tunjukanlah hamba jalan yang lurus.”

Menemukan jalan sukses kita masing-masing

Lalu muncul pertanyaan siapa yang paling tahu jalan suksesnya masing-masing? Jawaban kebanyakan adalah “masing-masing orang.” Tapi hal ini tidak mungkin karena saat ini justru banyak orang yang salah memilih jalan (Riset ICCN 2017). Kebanyakan orang hanya tahu bekerja keras dan bekerja keras.

Jadi yang paling tahu jalan sukses kita adalah yang menciptakan kita yaitu Allah SWT. Hal paling sederhana yang dapat kita lakukan untuk menemukan jalan sukses adalah berdoa dan berdoa. Oleh karena itu, mulai saat ini berdoalah dengan khusyuk dan diulang-ulang.

Masalahnya saat ini kita kadang percaya dan kadang tidak. Kita percaya bahwa doa itu ada kaitan dengan nasib kita tapi kadang kita ragu-ragu. “masa’ doa bisa buat kita sukses?”

Ada pendekatan kedua. Untuk apa sih kita diciptakan? Apa hanya untuk memenuhi bumi saja? Atau ada sesuatu? Atau ada tugas? Lalu pertanyaannya, kita punya tugas hidup ga’? Jawabannya pasti punya karena kita ada (hidup).

 Menurut KBBI, Tugas adalah Yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan. Atau bisa kita sederhanakan tugas adalah alasan keberadaan.

Sebagai contoh; anda membaca tulisan ini karna ada tugas yaitu mengetahui cara mengenal diri. Anda pergi ke kampus juga karena punya tugas, anda pulang kerumah juga karena ada tugas. Sehingga, ketika kita dilahirkan ke Bumi ini kita punya tugas. Itu sebabnya jangan perna ingin bebas tugas selama hidup. Bisa kita lihat banyak orang yang bunuh diri karena dia merasa sudah tidak memiliki alasan keberadaan atau tidak punya tugas.

Setiap orang punya tugasnya masing-masing dan untuk melakukan tugas ini diperlukan perangkatnya (bakat) tersendiri. Sebagai perumpamaan; seekor kuda dilatih kecepatannya dalam berlari jangan dilatih berenang. Dan seekor kura-kura dilatih kecepatannya berenang jangan dilatih berlari.

Jadi dalam menemukan jalan sukses ada 2 hal yaitu; doa, dan menemukan fitur unik diri kita.

Fitur unik merupakan perangkat unik yang tuhan berikan kepada manusia untuk mengerjakan tugasnya yang unik. Meluputi dua hal; Pertama, keistimewaaan fisik/panca indera yang bisa dimanfaatkan utuk produktivitas. Kedua, sifat yang dapat dimanfaatkan untuk produktivitas (Rama, Penemu Talent Mapping).

Allah Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 84.

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا

Katakanlah (Muhammad),“Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.”Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (Q.S Al-Isra ayat 84)

Video diatas adalah penjelasan atau tafsir Q.S Al-Israa ayat 83-85

Pembawaan diri ini adalah syaakilah yang Allah SWT instal ke setiap manusia. 

Syaakillah dalam bahasa arab artinya bentuk. Syaakillah adalah tampilan dari bentuk sesuatu atau cetakan dari sesuatu. Sebagai gambaran melalui pendekatan psikologi; kecendrungan kuat diri seseorang.

Kita tahu ada sebagian orang dikenal humoris, ada yang terlalu serius, sebagian orang berminat pada sains, sebagian lagi senang dengan seni. Dan sebagian orang masih bingung mengenal dirinya tapi masih tahu cara bersenang-senang.

Setiap orang punya kepribadian yang berbeda, punya syaakillah yang berbeda. Dengan kata lain syaakillah sesuatu yang sangat unik, sesuatu yang ada satu-satunya. Allah menciptakan tiap tiap kepribadian benar-benar berbeda dan setiap orang harus mencari tahu.

Selanjutnya dikatakan “….Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya” oleh karea itu kita disuruh untuk selalu memohon jalan kepada Allah SWT untuk memberi petunjuk terhadap jalan kita masing-masing.

Kenapa harus bekerja sesuai dengan personality (syaakillah)? Sebagai contoh, ada orang yag keras kepala. Personality seperti ini dinilai kurang baik bagi sebagian orang. Tapi ini bagus untuk pekerjaan tertentu seperti pengacara atau debt collector.

Menemukan Diri 

sebagian orang berkata “Saya tidak tahu apa yang harus saya kerjakan, Katakanlah yang harus saya kerjakan” lalu mereka diam dan tidak mengerjakan apapun.

Sampai diri ini menempatkan pada aktivitas kerjaan, maka kita akan mengenal diri. Menemukan kekuatan serta kelemahan yang ada. jadi jangan takut dalam terus bekerja, beraktivitas. Terjun, rasakan kegagalan karena kegagalan itu baik untuk kita.

4 kuadran aktivitas
4 kuadran aktivitas

dari table di atas bisa kita pahami bahwa setiap aktivitas kita selama ini termasuk kategori atau kuadran yang mana.

Kuadran 1. Di kuadran ini erat kaitannya dengan kekuatan. Tanpa disuruh akan melakukannya dengan bahagia, mengulang-ulang tanpa bosan, setiap kali ada tantangan, diselesaikan dengan baik dan selalu mencari sumber ilmunya ada dimana. kita menjadi pembelajar mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Hal ini menyebabkan portofolio terbangun dengan baik sehingga makin produktif.

Kuadran 2. Di kuadran ini erat kaitannya dengan hobi .Aktivitas yang hanya dikerjakan sesuka hatinya. bergantung pada mood. Tidak mau dikaitkan dengan produktivitas, hanya untuk kesenangan dan refreshing. Sehingga tidak akan menjadi aktivitas utama. kita merasa tidak asyik lagi kalau sudah jadi aktivitas yang harus dilakukan sehari-sehari.

Kuadran 3. Di kuadran ini erat kaitannya dengan kompetensi. Sebenarnya kita tidak suka, tapi karena tidak ada pilihan lain, maka mau tidak mau kita akan mempelajarinya, menambah ketrampilan dan keahlian di bidang itu. Hal inilah yang membuat bisa produktif. Kalau ada pilihan lain yang lebih disenangi pasti kita akan pindah aktivitas tersebut. Sering merasa penat melakukannya sehingga perlu aktivitas yang menyenangkan di waktu senggang.

Kuadran 4. Kegiatan yang tidak kita sukai dan tidak produktif. Sebaiknya segera pindah aktivitas.

Jadi setelah hidup yang kita lalui sampai saat ini apa saja yang sudah dilakukan? Dan yang mana telah memasuki kuadran 1? Jika ada, maka itulah minat & bakat. Dan kalau belum ada perbanyaklah aktivitas agar kita semakin mengenal diri ini.

“Setiap individu adalah ‘Limited Edition’ selalu memiliki fitur uniknya sendiri. Berkerjalah dengan konfigurasi bakat yang dibawa sejak lahir.” Rama Royhani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun