Mohon tunggu...
Supri Yadi
Supri Yadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Azzahra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memanusiakan Manusia vs Membinatangkan Manusia yang Telah Berjalan dan Dibenarkan!

17 September 2013   08:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:47 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PANCASILAISME vs ZIONISME: "MEMANUSIAKAN MANUSIA" DARI PROSES "MEMBINATANGKAN MANUSIA" YANG TELAH BERJALAN DAN DIBENARKAN!

Perbedaan yang sangat jelas antara para pemimpin yang terlahir dari Pancasila (Ilmu Kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia) diperbandingkan dengan pemimpin yang terlahir dari zionisme (Ilmu Kekuasaan yang dibangun oleh kaum Jewish untuk diterapkan oleh manusia seluruh dunia, tetapi tidak digunakankan oleh kaum Jewish) adalah bahwa pemimpin pancasilais harus memiliki ilmu kehidupan agar mampu "MEMANUSIAKAN MANUSIA" dan "MEMBAWA RAKYATNYA YANG DIPIMPIN UNTUK MENGHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DALAM KONDISI YANG BAIK".

Sementara, pemimpin zionist harus memiliki ilmu kekuasaan dengan membangun proses yang 'tricky' menghalalkan segala cara (machiavellian sarat dengan despotisme) untuk membentuk manusia hidup 'seakan-akan' dengan 'memanjangkan angan-angan' mereka yang semakin meningkatkan 'nafsu'-nya, sehingga mampu "MEMBINATANGKAN MANUSIA" untuk lebih mudah diatur hidup mereka sesuai dengan skenario yang dirancangnya, yang akan berujung pada "MEMBAWA MANUSIA YANG DIPIMPIN HIDUP BERPECAH BELAH MELALUI KONFLIK HORIZONTAL DAN VERTIKAL YANG DIBANGUN, YANG AKAN MEMBAWA HIDUP MEREKA, SECARA IMPLISIT, SEMAKIN MENJAUH DARI TUHAN YANG MAHA ESA". Oleh karena itu, kebohongan, pengingkaran, dan pengkhianatan baik dalam bentuk nyata (misalnya korupsi, penyelewengan kekuasaan, dan kebohongan masa kampanye) maupun bentuk yang tidak nyata (kecurangan penghitungan suara di dalam pemilu) dibangun dirancang baik secara konsep dan prakteknya.

Secara proses, pemimpin pancasilais diangkat melalui proses yang sebenar-benarnya 'bottom up approach' dari hasil karya seseorang terhadap lingkungan dimana dia hidup secara bertahap melalui proses "MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT BERJENJANG KEATAS".

Sedangkan pemimpin zionist diangkat melalui penetapan calon yang bersifat 'top down approach' yang diskenariokan dalam apa yang disebut "pemilihan umum" (general election) dengan menghitung "jumlah suara" yang akan menegasikan akal sehat manusia (inilah sedikit contoh proses "MEMBINATANGKAN MANUSIA") yang dikemas dalam sampul "DEMOKRASI".

Disinilah Aristoteles menyatakan bahwa pelaksanaan demokrasi yang ditentukan dengan jumlah suara adalah buruk.

Oleh karena itu, DIMENSI PANCASILA (PANCASILAISME) yang "membangun KEPEMIMPINAN melalui proses MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT yang dikerjakan secara GOTONG ROYONG melalui instalasi ekonomi rakyat yang disebut LUMBUNG yang mengakar kepada budaya setempat, DESA/SISTEM TANAH ADAT, oleh para keluarga yang hidup dan berpenghidupan, yang menetap, dan yang beranak pinak di wilayah yang bersangkutan" adalah suatu usaha "MEMANUSIAKAN MANUSIA DARI PROSES MEMBINATANGKAN MANUSIA YANG TELAH, SEDANG BERJALAN DAN TELAH DITERIMA SEBAGAI SUATU KEBENARAN." ASHK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun