Mohon tunggu...
Supriyadi A Dasuki
Supriyadi A Dasuki Mohon Tunggu... -

Dosen Fisika FMIPA UNJ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wisata Edukasi Bahari

1 Desember 2014   03:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:24 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1.Latar Belakang

Kalau benar potensi kekayaan laut kita bisa menyumbangkan pendapatan negara sampai 3.000 triliun/th, dapat dipastikan kehidupan masyarakat akan segera “bergeser ke arah laut”—ada gula ada semut.

Bagaimana kira-kira kondisinya? Marilah kita bermimpi—membangun visi.

[caption id="attachment_357029" align="alignnone" width="650" caption="Gambar 1. Kota Pelabuhan Perikanan"][/caption]

Lima tahun ke depan, di daerah pesisir akan dibangun “pelabuhan-pelabuhan baru” sebagai parasarana bisnis perikanan. “Pasar-pasar pelelangan ikan baru” akan dibangun di sekitarnya. “Industri pengolahan ikan baru” juga akan berdiri di sana, Gambar 1.

"Lapangan kerja baru" akan tersedia secara besar-besaran.

Perputaran uang dalam jumlah besar akan terjadi di daerah itu. Cepat atau lambat “kota baru” akan tumbuh dengan “jalan-jalan baru” mengakses ke sana—dari kota lama. “Perumahan-perumahan baru” pun akan tumbuh menjamur—mengikuti.

“Kapal-kapal penangkap ikan baru” yang cukup besar akan datang dan pergi silih berganti dengan nelayannya yang energik dan penuh harapan. Di sela-selanya pastinya ada “kapal-kapal penumpang baru” baik umum maupun pribadi—tidak ketinggalan “kapal-kapal wisata baru”.

Demikianlah hiruk pikuk kehidupan masyarakat akan bergeser ke arah laut--yang penuh harapan.

Sementara itu berita-berita tentang guru honor yang incomenya 150 ribu/bl—langsung dari Mendikbut di Hari Guru Nasional 25 November 2014--sungguh mengusik rasa kemanusiaan, Gambar 2. Kita bersyukur hal itu telah menjadi prioritas utama Mendikbud—menentukan UMR bagi para guru honor.

[caption id="attachment_357032" align="alignnone" width="300" caption="Gambar 2. Guru Honorer yang Ter-marjinal-kan secara Tidak Manusiawi"]

1417352161483569566
1417352161483569566
[/caption]

Wahai teman-teman guru honorer yang selama ini ter-marginal-kan, mari kita keluar dari “zona nyaman honor 150 rb” dengan menyongsong era kebangkitan kembali Bangsa Bahari. Ada hari esok yang lebih menjanjikan di daerah pesisir nanti—tanpa meninggalkan tugas pokok dan fungsi guru.

"Wisata Edukasi Bahari" dipastikan akan bisa tumbuh subur sebagai konteks pembelajaran tematik dan saintifik yang sesungguhnya—harus sama-sama kita terjadikan.

"Pulau-pulau Terdepan yang Memiliki Nilai Strategis"--ada 92 buah—sangat bagus untuk kita jadikan obyek Wisata Edukasi Bahari, Gambar 3. Persinggahannya adalah kota-kota pelabuhan perikanan baru, dengan nuansa pertumbuhan yang penuh harapan--dahsyat! https://kskbiogama.wordpress.com/…/daftar-pulau-terdepan-d…/.

[caption id="attachment_357038" align="alignnone" width="1024" caption="Gambar 3. Pulau-pulau Terdepan yang Memiliki Nilai Strategis--Ada 92 Buah di Indonesia"]

14173525001413508504
14173525001413508504
[/caption]

Pasti banyak sekali yang bisa kita pelajari. Lulusan LPTK--para guru honorer dan ribuan guru yang belum memperoleh pekerjaan--bisa menjadi perancang kegiatan dan pengorganisasi wisata yang prospektif itu.

2.Konsep Wisata Edukasi Bahari

Berbeda dengan "Wisata Bahari"-biasa yang hanya berorientasi pada 3S--sea, sand, sun, "Wisata Edukasi Bahari" punya tambahan 1S lagi, yaitu “study”, Gambar 4. Laut kita mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar; sudah selayaknya kalangan akademisi tertarik untuk melakukan berbagai study di sana.

[caption id="attachment_357043" align="alignnone" width="628" caption="Gambar 4. Unsur S = Study dalam Wisata Edukasi Bahari"]

1417353117581210112
1417353117581210112
[/caption]

Walaupun ada kata "Edukasi" di dalamnya, Wisata Edukasi Bahari adalah "Wisata"; aspek fun-nya menikmat 3S--sea, sand, sun—harus tetap ada dan dominan.

Hanya saja di sela-sela kegiatan fun itu ada kegiatan yang agak serius dalam arti menggunakan metode ilmiah. Itulah kesempatan mereka untuk belajar langsung dari alam secara saintifik.

Inilah pembelajaran tematik yang sesungguhnya sesuai dengan tuntutan kurikulum, yang merupakan bidang garapan guru profesional.

Gabungan antara "Pulau-pulau Terdepan yang Memiliki Nilai Strategis" dan “Kota-kota Pelabuhan Perikanan Baru, dengan nuansa pertumbuhan yang penuh harapan” sangat subur untuk pengembangan kegiatan belajar tematik—menuju wawasan kebangsaan!

Sebagai Bangsa Bahari, sudah waktunya keberanian nenek moyang kita mengarungi laut luas kita wariskan kepada generasi muda--para siswa dan mahasiswa--melalui Wisata Edukasi Bahari.

Pada saat yang sama kita perbaiki wisata bahari yang selama ini menggunakan kapal kayu--dengan kebiasaan over capacity--yang membahayakan.

3.Pasar Wisata Edukasi Bahari dan Peran Guru

Pasar Wisata Edukasi Bahari adalah siswa, guru, mahasiswa, dan dosen yang jumlahnya sangat besar--dan selalu bertambah dengan yang baru tiap tahun, Gambar 5.

[caption id="attachment_357044" align="alignnone" width="628" caption="Gambar 5. Pasar Wisata Edukasi Bahari: Siswa dan Mahasiswa"]

1417353567615755149
1417353567615755149
[/caption]

Inilah bidang garapan lulusan LPTK yang prospeknya sangat bagus. Jangan sampai ladang ini--lagi-lagi--dicuri orang.

Sekarang ini wisata bahari masih dianggap berbahaya oleh para orang tua siswa. Di samping itu biayanya juga relatif lebih mahal. Melalui Wisata Edukasi Bahari yang profesional kekhawatiran itu akan kita hilangkan.

Bagaimana mungkin sebuah Bangsa Bahari pemudanya takut pergi ke laut? Ini merupakan tugas para lulusan LPTK untuk melakukan edukasi secara sunguh-sungguh--melalui Wisata Edukasi Bahari.

Wisata Edukasi Bahari akan kita jadikan "tema baru" pekerjaan guru yang dilaksanakan secara tematik—bukan hanya siswa yang belajar secara tematik.

4.Snorkeling

Snorkeling merupakan kegiatan wajib Wisata Edukasi Bahari. Keberanian, keterampilan, dan kepedulian thd. lingkungan semua dikembangkan dalam kegiatan snorkeling.

Snorkeling dengan sendirinya harus dilakukan di laut dangkal agar ybs bisa melihat pemandangan dasar laut yang indah--biasanya terumbu karang dan ikan yang berwarna-warni, Gambar 6.

Begitu muka terbenam di bawah permukaan air dan melihat pemandangan terumbu karang yang indah, perasaan orang menjadi takjub. Berbagai kesulitan menggunakan snorkeling dan rasa takut terhadap air laut terkalahkan oleh rasa takjub itu.

[caption id="attachment_357045" align="alignnone" width="826" caption="Gambar 6. Snorkeling, Kegiatan Wajib dalam Wisata Edukasi Bahari"]

14173538301256776637
14173538301256776637
[/caption]

Hasilnya adalah perubahan sikap terhadap laut dari menghindar ke mendekat. Kegiatan snorkeing inilah yang akan menjadi kenangan dominan dari para peserta wisata bahari pemula.

Jangan meng-klaim sudah melakukan Wisata Edukasi Bahari sebelum melakukan snorkeling.

5. Tema-tema Study--Penelitian

Melihat begitu besarnya potensi laut kita bagi pendapatan negara—yang selama ini belum dimanfaatkan secara memadai—banyak sekali tema yang dapat dipelajari oleh peserta Wisata Edukasi Bahari.

Pada saat yang sama belum diperlakukannya “Pulau-pulau Terdepan yang Memiliki Nilai Strategis" sebagai etalase bangsa menimbulkan banyak masalah untuk siselidiki. Selama ini pulau-pulau itu termaginalkan dengan sarana dan prasarana kehidupan masyarakat yang sangat memprihatinkan.

Berikut ini adalah beberapa tema yang dapat dipelajari oleh peserta Wisata Edukasi Bahari.

a. Potensi laut Indonesia

b. Keekayaan biota laut Indonesia

c. Jenis-jenis ikan yang berpotensi ekonomi tinggi

d. Jenis-jenis kapal penangkap ikan

e. Kehidupan para nelayan

f. Industri pengolahan ikan

g. Kondisi pulau-pulau terdepan Indonesia

h. Peranan TNI dalam kehidupan di pula terdepan

i. Kehidupan masyarakat di pulau terdepan

j. Peranan TNI dalam mengamankan laut Indonesia

Dalam kegiatan Wisata Edukasi Bahari masing-masing kelompok bebas untuk menentukan tema yang akan diteliti. Hasilnya disajikan dalam presentasi hasil penelitian yang diikuti dengan diskusi.

6. Penyamaan Visi

Mengingat pentingnya Wisata Edukasi Bahari untuk menumbuhkan kembali “semangat bahari” di kalangan para pelajar, penyamaan visi perlu dilakukan di kalangan Organisasi Profesi Guru. Organisasi itu bertanggung jawab atas pembinaan keterampilan guru dalam menyelenggarakan Wisata Edukasi Bahari secara profesional.

Wisata Edukasi Bahari merupakan wahana yang sangat tepat untuk menciptakan kegiatan pembelajaran tematik dan kontekstual--dan sekaligus menantang dan menyenangkan--dalam rangka mengembangkan rasa cinta terhadap tanah air.

Wisata Edukasi Bahari perlu dikaitkan dengan kurikulum yang berlaku sehingga para pejabat di lingkungan Kemendikbud memberikan restu. Teknis pelaksanaannya harus dijamin aman agar para urang tua tidak merasa khawatir.

Pekerjaan besar ini perlu dukungan dari berbagai pihak—terutama Organisasi Profesi Guru.

7. Peran Pemerintah

Peran pemerintah dalam memberdayakan “Pulau-pulau Terdepan yang Memiliki Nilai Strategis” tidak terkait langsung dengan Wisata Edukasi Bahari—kita bisa nebeng. Dari kata “strategis” sudah sangat jelas bahwa pulau-pulau itu akan segera dibangun Pemerintah.

“Dermaga” adalah infrastruktur pertama harus dibangun di pulu-pulau itu—kita bisa nebeng untuk menambatkan kapal-kapal Wisata Edukasi Bahari. Infrastruktur lainnya, seperti “jalan dan listrik”, adalah target berikutnya agar penghuni pulau itu hidup secara layak.

Setelah Mendikbud tune-in dengan program Wisata Edukasi Bahari—masukan dari Organisasi Profesi Guru—beliau akan mengusulkan pembangunan “Produk Pendidikan” di pulau itu.

Produk Pendidikan adalah produk di pulau itu yang “menarik untuk dipelajari/diselidiki” oleh para peserta Wisata Edukasi Bahari. Misalnya penangkaran penyu, penyulingan air minum, dan penanaman mangrove. Dalam hal penangkaran penyu misalnya, perlu diusahakan agar jumlah “penyu-penyu kecil” yang akan dilepaskan oleh peserta wisata cukup banyak.

8. Lingkaran Konsentrik

Dalam lingkaran-lingkaran konsentrik, Produk Pendidikan itu ada di “Lingkaran-1”—yang terdalam. Fungsinya adalah menarik para wisatawan datang ke pulau itu—seperti diuraikan di atas. Setelah wisatawan datang secara rutin, Lingkaran-2 dan Lingkaran-3 akan menyusul berkembang, membuat ekonomi masyarakat pulau itu tumbuh menjadi kuat.

“Lingkaran-2” adalah bisnis kuliner, home stay, dan penginapan yang akan mendatangkan rejeki bagi masyarakat pulau. “Lingkaran-3” adalah produk ekonomi kreatif seperti souvenir, makanan khas pulau, dan kesenian asli pulau itu.

Kalau ketiga lingkaran itu berkembang secara konsisten—seiring dengan bertambahnya peserta Wisata Edukasi Bahari yang berkunjung ke pulau itu—impian menjadikan pulau-pulau terdepan sebagai etalase bangsa bukan sekedar impian.

9. Penutup


Wisata Edukasi Bahari merupakan bidang garapan guru yang bersifat tematik dan saintifik. Alih-alih berangkat dari depan kelas yang marginal, guru tampil ikut menyongsong era baru kejayaan laut yang penuh harapan—dengan potensi pendapatan negara 3.000 triliun/th.


Guru tidak hanya akan membangun diri sendiri, tetapi juga—terutama--menumbuhkan kembali “semangat bahari” di kalangan generasi muda, yaitu para siswa dan mahasiswa.


Dengan perkataan lain guru akan menghidupkan kembali julukan “bangsa bahari” yang lekat dengan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia—melalui Wisata Edukasi Bahari.


Pekerjaan besar itu tentu saja tidak terlepas dari peran Organisasi Profesi Guru, yang bertanggung jawab pada peningkatan kompetensi guru—terlebih-lebih di era baru yang penuh tantangan dan harapan.


Organisasi itulah yang akan menggaungkan Wisata Edukasi Bahari ke tataran nasional dan memberikan masukan kepada pemerintah—terutama Kemendikbud. Sesuai dengan sifatnya yang tematik, ide itu akan menyangkut banyak kementerian, seperti Kelautan, Pariwisata, dan Sosial.


Jika Wisata Edukasi Bahari berhasil guru akan mempunyai nilai tawar yang tinggi; tidak akan ada lagi pihak yang berani memperlakukan semena-mena dengan imbalan yang tidak manusiawi.


Mau bergabung untuk mengembangkan Wisata Edukasi Bahari? Atau masih merasa nyaman di "zona 150 rb/bl”?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun