Mohon tunggu...
suprapto prapto
suprapto prapto Mohon Tunggu... -

suprapto kelas C

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artikel

10 Oktober 2010   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajarlah secara Terpadu

Hari ini saya merasa terhibur, ada sebuah balapan motor kelas dunia yang disiarkan langsung ditelevisi yang memang enak untuk ditonton ( bagi yang suka lo..). tidak mudah untuk menjadi pemenangnya, perlu strategi yang jitu agar berada didepan. Kebetulan saya menonton dengan sepupu saya yang masih duduk di kelas v SD. Saya bertanya kepada sepupu saya "siapa jagoanmu?" lalu dia menjawab "Rossi". Menurutnya jagoannya itu pintar (dalam tanda kutip ) balapan.

Dari sedikit cerita diatas, saya berpikir ternyata anak memang lebih suka dengan apa yang langsung dilihat dan menyenangkan. Apakah dengan melihat balap motor anak bisa dikatakan belajar?

Belajar bisa juga dari apa yang dilihat, didengar dan juga apa yang dilakukan. Dengan belajar anak jadi tau apa yang sebelumnya tidak tau. Hasil dari belajarpun tidak hanya pada aspek kognitif saja, tetapi aspek yang lain juga diperhatikan seperti kognitif, psiko-motor, social, emosional. Belajar juga tidak hanya terbatas pada tempat tapi juga pada minat, bakat dan juga kesadaran diri anak tersebut sehingga dapat memaknai apa yang ada disekitarnya. Sebagai contoh seorang anak yang nakal dan dinasehati oleh gurunya supaya tidak mengulanginya, maka anak akan belajar memperbaiki diri apa yang dilakukannya.

Nah, sekarang bagaiman proses belajar anak yang ada di Sekolah Dasar? Menurut apa yang saya lihat, belajar di Sekolah Dasar pada umumnya hanya perolehan informasi saja, kurang memperhatikan bagaimana proses memperolehnya dan bagaimana menggunakannya.

Proses pembelajaran yang dilakukan saat ini cenderung hanya satu arah saja, guru berbicara didepan kelas, murid sebagai pendengarnya. Seolah- olah guru sebagai tontonan murid- muridnya. Jarang sekali terjadi interaksi antara siswa dengan guru ( sesekali guru member pertanyaan dan siswa menjawabnya). Apalagi siswa diberi kesempatan untuk mencari jawaban dengan cara praktek atau menemukan sendiri. Atau juga guru berbicara didepan kelas, siswa juga ikut berbicara dengan teman sebelahnya. Sebenarnya jika terjadi hal demikian, yang salah muridnya atau gurunya?

Sebagai calon guru hendaknya kita memikirkan hal tersebut, pembelajaran yang ada saat ini...Boleh juga kalau ada yang sudah memikirkan strategi atau metode seperti apa yang akan dilakukan kedepannya. Sebagai contoh jika kita mendengarkan suatu ceramah pengajian, kita kadang merasa jenuh atau ngantuk saat mengikutinya. Bagaimana dengan anak- anak yang hampir setiap hari dikelas bertemu seseorang yang itu- itu saja dan dengan gaya mengajar yang sama, mungkin akan merasa jenuh dan kurang bisa "menikmati".

Jika kita melewati jalan yang sedang macet, maka kita akan mencari jalur alternatifnya supaya tidak terjebak dalam kemacetan. Begitu juga pembelajaran, perlu mencari alternatifnya. Mungkin anak akan merasa bosan dan jenuh jika hanya guru, guru dan guru saja yang berbicara didepan kelas. Bagaimana anak tersebut bisa berkembang sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya?

Salah satu alternatifnya dengan pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang bisa menghubungkan berbagai kajian, mata pelajaran dan dari apa yang ada disekitarnya. Dalam hal ini siswa diberi kebebasan untuk memilih suatu tema yang akan dipelajari atas kesepakatan bersama, sehingga siswa tidak akan merasa terpaksa dalam melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajarannyapun dilakukan dengan pengalaman secara langsung dan alamiah. Hal ini sesuai dengan perkembangan holistic anak pada masa usia SD, yakni belajar dari hal abstrak ke konkret. Juga pembelajarannya tidak terpiasah- pisah, pada saat anak belajar menghitung, anak juga belajar membaca dan menulis. Dengan begitu akan lebih berkesan dan lebih bermakna bagi siswa sehingga tidak mudah untuk dilupakan.

Ada beberapa alssan mengapa Pembelajaran Terpadu cocok digunakan di Sekolah Dasar kelas awal, antara lain:


  1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah- misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
  2. Disamping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga harus memperhatikan dampak dari fenomena ini, diantaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir fragmentasi.


Perlu dingat yang kita ajar adalah anak-anak bukan orang dewasa, yang tentu saja mempunyai karakteristik perkembangannya sendiri. Pada saat inilah anak lebih teringat apa yang dilakukan, bukan apa yang mereka dengar saja. Mereka lebih paham pada benda- benda konkret/ nyata yang adaatau pada pengalaman dalam kehidupan sehari- hari. Dengan begitu anak diharapkan akan memiliki cakrawala pandang yang luas dan integrative. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti dimasyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun