Mohon tunggu...
Suprapti
Suprapti Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Mengajar matematika di Kota Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19, The Real Destroyer

9 April 2020   11:46 Diperbarui: 9 April 2020   11:53 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Lumpuhkan hampir semua sektor.

Makhluk nano yang satu ini adalah sejenis virus yang hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Sungguhpun demikian, kehadiran Covid-19 (Corona Virus Disease 19) sampai saat ini telah menggemparkan masyarakat dunia.

Tidak hanya dalam skala kecil pribadi ataupun keluarga, tapi sudah berhasil pula memporak-porandakan berbagai lapisan kelompok masyarakat. 

Dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan virus ini telah berhasil menginvasi hampir ke seluruh negara, baik Asia yang disinyalir sebagai asal penyebaran virus, negara-negara Eropa, Amerika, Australia bahkan sampai pula ke benua Afrika.

Berbagai sektor seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, pekerjaan, ekonomi mikro maupun makro, sosial masyarakat, keagamaan, transportasi, semua sudah terdampak negatif oleh kehadiran Covid-19 ini. Bukan hanya melemahnya aktivitas sosial dan kegiatan ekonomi, perasaan was-was dan ketakutan terjangkit Covid-19 ini juga menghantui sebagian besar masyarakat.

Hampir semua rantai penghubung kelangsungan semua sektor tersebut sengaja atau tidak sengaja harus terputus. Sehingga tak bisa lagi dipungkiri, bahwa kehidupan masyarakat di berbagai sektor saat ini mengalami kelumpuhan, meski tak bisa dikatakan lumpuh total.

Hal itu disebabkan adanya berbagai reaksi dari kalangan masyarakat, terutama kalangan masyarakat di sektor industri ringan maupun berat, sektor jasa dan pariwisata termasuk hotel dan restoran. Tidak sedikit dari mereka yang meliburkan karyawannya.

Keputusan seperti ini adalah pilihan terakhir yang terlahir karena keterpaksaan. Hanya situasi dan kondisilah yang menyebabkan para pengusaha mengambil kebijakan seperti ini, meski mereka juga merasa iba terhadap karyawannya yang terpaksa libur sementara waktu tanpa upah.

Dunia pendidikanpun mewajibkan peserta didiknya belajar di rumah. Para pendidik dituntut mengajar anak didiknya dari rumah. Dari jenjang pendidikan terendah sampai jenjang tertinggi, tak ada pengecualian.

Mereka yang biasa di rumah harus tetap di dalam rumah. Mereka yang sedang off kerja atau sengaja diliburkan oleh juga disarankan untuk tetap berada di rumah.

Tak boleh lagi ada keramaian untuk sementara waktu. Baik itu pertemuan resmi organisasi yang melibatkan orang banyak maupun sekedar pertemuan tak resmi di warung-warung kopi. Bahkan yang paling membuat sebagian masyarakat sedih adalah dilarangnya semua bentuk pesta, termasuk resepsi pernikahan.

Sehingga tak berlebihan bila dikatakan bahwa Covid-19 ini adalah penghancur tatanan kehidupan normal yang selama ini telah terbangun dengan susah payah.

Bagaimana tidak?

Hanya dalam jangka waktu relatif pendek, Covid-19 telah banyak menelan korban yang tidak sedikit. Sudah ribuan, bahkan sudah puluhan ribu mereka yang terjangkiti virus ini tak dapat bertahan hidup karena belum ditemukannya vaksin penangkal dari virus jenis baru ini.

Kenyataan tersebut membuat masyarakat dunia tak lagi bisa menyembunyikan rasa takutnya terhadap penyebaran Covid-19 hingga mereka cenderung untuk mematuhi instruksi dari pihak-pihak terkait, terutama dari institusi kesehatan dan media resmi pemerintah.

Mengapa sampai terjadi situasi dan kondisi yang demikian ?

Hampir semua masyarakat sudah mengetahui penyebab terjadinya situasi dan kondisi tersebut. Media resmi pemerintah hingga jejaring sosial hampir tak pernah putus menyampaikan pemberitaan Covid-19, mulai bentuk fisik virus, masa kehidupannya, hingga penyebaran virus ini di berbagai belahan dunia, termasuk tingkat kematian yang diakibatkan.

Situasi dan kondisi seperti ini membuat masyarakat secara sukarela atau terpaksa haus mengikuti segala perintah dan imbauan dari berbagai pihak jika tidak ingin menjadi korban Covid-19.

Imbauan untuk hidup bersih dengan menghindari tempat-tempat yang kemungkinan menjadi tempat penyebaran virus, menggunakan masker jika dirasa perlu, selalu mencuci tangan setelah mengunjungi tempat-tempat keramaian seperti bandara, terminal bus atau kereta api, pasar, mal, supermarket dan lain sebagainya.

Hindari memegang bagian dari bangunan yang biasa dipegang oleh banyak orang, seperti pegangan ekskalator, handrailing pada tangga stainless atau kayu karena disinyalir penyebaran virus Covid-19 dapat terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan mereka yang telah terjangkit sebelumnya, tetapi bisa juga terjadi melalui benda-benda yang pernah dipegang oleh seseorang yang terinfeksi virus ini.

Karena itu, imbauan mencuci tangan semakin digalakkan untuk melindungi diri dari penularan. Semakin tingginya angka pasien positif Covid-19 juga membuat pemerintah meminta semua orang yang keluar rumah untuk menggunakan masker demi meminimalisir kemungkinan penularan.

Disamping segala imbauan diatas, petugas yang telah ditunjuk juga menjalankan pekerjaan penyemprotan cairan disinfektan di lingkungan yang biasanya menjadi spot kerumunan warga, juga di lingkungan tempat tinggal warga, sehingga situasi yang demikian ini sudah cukup membuat masyarakat ketakutan atau was-was.

Ditambah lagi dengan adanya kewajiban untuk menerapkan Social Distancing dengan jarak minimal 1 meter sampai 3 meter antar individu. Terakhir, anjuran untuk tetap berada di dalam rumah apabila tidak ada keperluan yang mendesak!

Masih belum cukup imbauan dan pembatasan jarak personal tersebut, kemudian muncul lagi imbauan untuk tidak melakukan sholat jamaah di masjid bagi umat islam untuk sementara waktu.

Yang terakhir ini banyak menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat. Sebagian mengikuti imbauan, sebagian yang lain tetap mengikuti keyakinan mereka untuk datang ke masjid dan melaksanakan sholat berjamaah.

Meski terasa ada yang hilang akibat imbauan dan perintah dari pihak-pihak terkait, aktifitas-aktifitas utama harus tetap berlangsung. Hampir sempurna sudah pemutusan interaksi sosial secara verbal tiga dimensi di masyarakat.

Apa yang harus kita lakukan?

Sebagai warga negara dan masyarakat yang memiliki panutan, baik itu pemuka agama maupun pemimpin pemerintahan, tak ada lagi yang harus kita lakukan kecuali mengikuti imbauan mereka. Taati anjuran pemerintah dan para pemuka masyarakat dalam upaya meredam penyebaran virus Covid-19 ini.

Jalani dengan ikhlas dan besar hati. Semua ini demi terhentinya penyebaran virus jahat tersebut. Jika memang vaksin pembunuh virus Covid-19 belum ditemukan, tak ada lagi cara kecuali mengindahkan semua usaha pihak-pihak terkait untuk mengurangi dan menghentikan penyebaran virus tersebut.

Dan jangan lupa, untuk tetap berdoa dan menjalankan ritual ibadah wajib bagi semua pemeluk agama karena kekuatan doa juga akan bisa memberi kita kekuatan diluar kekuatan-kekuatan yang telah kita miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun