Mohon tunggu...
SUPRANIGTA MIRZAMUSTAQIEM
SUPRANIGTA MIRZAMUSTAQIEM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengayuh Untuk Melawan Tantangan Stereotip: Perempuan Dalam Profesi Tukang Becak

1 Juni 2024   00:15 Diperbarui: 1 Juni 2024   00:47 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengayuh Untuk Melawan Tantangan Stereotip : Perempuan Dalam Profesi Tukang Becak

Pernahkah kalian melihat pekerjaan tukang becak dikemudikan oleh perempuan? Jika kalian pernah melihat atau menemuinya di jalan itu mungkin 2:10 dari pekerjaan tukang becak dikemudikan oleh laki-laki. Pekerjaan menjadi tukang becak ini sudah banyak tersebar diberbagai daerah yang ada di Indonesia.  


Seiring berkembangnya zaman seperti sekarang ini banyak tukang becak yang awalnya menggunakan kendaraan berupa sepeda dengan dikayuh sekarang sudah berganti menjadi sepeda montor yang hanya dengan menyalakan lalu digas sepeda montor akan berjalan sendiri dengan dikemudikan olehnya. Banyak saya jumpai misalnya di Yogyakarta daerah Malioboro banyak tersebar pekerjaan tukang becak yang menggunakan kendaraan bermotor tetapi ada juga yang menggunakan sepeda. Kembali ke topik awal mengapa pekerjaan tukang becak tersebut banyak dilakukan oleh kaum laki-laki? Apakah kaum perempuan tidak boleh melakukan pekerjaan tersebut?

Pandangan banyak orang mengenai pekerjaan menjadi tukang becak yang biasanya mengangkut barang, orang, dan lain sebagainya merupakan pekerjaan yang berupa jasa, halal tentunya, dan lumrah jika pekerjaan tersebut dilakukan oleh kaum laki-laki. Tetapi disisi lain pandangan orang menjadi tidak lumrah apabila pekerjaan menjadi tukang becak dilakukan oleh perempuan. Mengapa persepsi masyarakat menjadi tidak lumrah? Karena pekerjaan fisik berat seperti mengayuh becak sering dianggap sebagai pekerjaan laki-laki. 

Perempuan yang memilih pekerjaan ini mungkin menghadapi stereotip bahwa mereka tidak cocok atau tidak mampu melakukan pekerjaan tersebut. Karena stereotip masyarakat mengatakan bahwa perempuan lebih cocok bekerja mengurus rumah daripada bekerja di luar, mengakibatkan kesempatannya untuk mengembangkan diri di luar terhambat. Pekerjaan menjadi tukang becak menggunakan sepeda membutuhkan tenaga 2kali lipat artinya membutuhkan tenaga yang besar dan tenaga tersebut hanya dilakukan oleh laki-laki. 

Disisi lain sekarang sudah banyak juga tersebar ojek online yang banyak juga kita jumpai dilakukan oleh perempuan. Mengapa masyarakat tidak berpikir bahwa ojek online tersebut hanya pantas untuk dilakukan kaum laki-laki saja? Tetapi malah menjadikan hal biasa atau lumrah saja apabila pekerjaan ojek online tersebut dilakukan oleh perempuan. Mengapa masyarakat berbeda pandangan mengenai hal tersebut? Jawabannya kalau perempuan melakukan pekerjaan tukang becak dengan mengayuh sepeda pasti harus menggunakan tenaga seperti laki-laki. Sedangkan apabila perempuan bekerja menjadi ojek online hanya mengadalkan sepeda montor yang diisi bahan bakar hanya menyalakan dan menjalankan kendaraannya tanpa mengayuh dan pastinya tidak memerlukan tenaga

Apakah tidak boleh perempuan melakukan profesi menjadi tukang becak dengan menggunakan sepeda yang di kayuh? Kalau menurut pendapat saya boleh-boleh saja asalkan sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki oleh perempuan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun