Mohon tunggu...
bambang haryanto
bambang haryanto Mohon Tunggu... -

Penulis dan blogger, pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli (2000)tercatat di Museum Rekor Indonesia. Impiannya untuk mengubah paradigma suporter sepakbola Indonesia yang anarkhis menjadi suporter yang atraktif memenangkan Honda The Power of Dreams Award 2002.Buku humor politiknya, Komedikus Erektus : Dagelan Republik Kacau Balau (Etera Imania,2010) baru saja terbit. Blog Suporter Indonesia : http://suporter.blogspot.com. Tinggal di Wonogiri.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Chappy Hakim, Budaya Instan dan Atmosfir Busuk Sepakbola Kita

28 Desember 2010   23:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Penyakit kronis persepakbolaan kita lainnya, kita bisa belajar dari Freek Colombijn, antropolog lulusan Leiden, mantan pemain Harlemsche Football Club Belanda,  mengungkap bahwa posisi sepak bola Indonesia dalam percaturan dunia kini berada dalam posisi periferi,  pinggiran.

Dalam artikel "View from the Periphery : Football in Indonesia" dalam buku Garry Armstrong dan Richard Giulianotti (ed.),  Football Cultures and Identities (1999), ia  menggarisbawahi keterpurukan prestasi sepakbola Indonesia sebagai akibat masih meruyaknya budaya kekerasan di teater sepak bola kita dan belum kokohnya budaya demokrasi di negeri ini. Seolah memberi garis bawah realitas itu, seorang Emil Salim baru-baru ini menyebutkan bahwa  demokrasi di Indonesia ibarat anak-anak yang masih berusia 2-3 tahun.

Tanggal 8/1/2005 dan 16/1/2005, sebagai warga Wonogiri saya ikut mendukung timnas di final Piala Tiger 2004. Baik di Senayan mau pun di Kallang, Singapura. Saat itu saya memakai kaos bertuliskan slogan, "I Believe The Withe Magic." Saya percaya akan kepiawaian pelatih timnas saat itu, Peter Withe yang asal Inggris. Toh kita gagal. Padahal, sebelum melatih timnas kita Peter Withe berjaya melatih tim Thailand.

Kalau dia mampu sukses hebat melatih tim Gajah Putih, mengapa dirinya gagal total ketika melatih tim Indonesia ? Pertanyaan itu dan ucapan Peter Velappan atau pun Freek Colombijn, terus saja berdengung di telinga saya bila timnas berlaga di ajang internasional. Sampai saat ini. Mungkin akan kembali mengeras bila nanti Alfred Riedl gagal membuahkan keajaiban di Senayan, Rabu Malam, 29 Desember 2010."

Apa pendapat Anda ?
 

Wonogiri, 29 Desember 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun