Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhammad Sumin Eksan dan Muhammad Sidi Hartono Kepala SMKN 4 dan SMAN 22 Palembang

29 Agustus 2024   15:25 Diperbarui: 29 Agustus 2024   16:54 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Tepat 11 hari yang lalu di grup keluarga penulis dikejutkan oleh posting saudara kami yang kini kepala SMKN 4 Palembang Muhammad Sumin Eksan, S.Pd, MM bin Abdurrahim Hamzah bahwa abangnya Muhammad Sidi Harrono, S.Si bin Hamzah dilantik sebagai kepada SMAN 22 Palembang. Kalau Sumin sendiri sudah biasa menjadi kepada SMAN sebelum menjadi kepala SMKN 4 Palembang. Tulisan ini wujud kesyukuran kepada tuhan YME bahwa dua bersaudara ini dibawa penulis ke Palembang sewaktu kelas 4 SD dan tamat SD empat puluh tahun yang lalu. 

Pindah ke kota

Sumin dan Sidi adalah adik penulis no 5 dan 6 dari 8 bersaudara dari ayah alm H Abdurrahim Hamzah dan Hj Rahinah Merinsan. Ayah meninggal tahun 20q0 di Kota Bengkulu, ibu tahun 2023 di kota Mekkah Arab Saudi. Keluarga ayah berangsur pindah sejak tahun 1983 ketika anak sulungnya (penulis) bekerja sebagai dosen honor di Fakultas Pertanian Unsri. Penulis membawa Sidi Hartono kecil waktu itu tamat SD dan masuk di SMPN 18 Palembang. Itu berkah jasa H Rohimi bapak angkat penulis yg kala itu kepala sekolah  SMPN tersebut.

Sumin dan Sidi terpaut 3 tahun. Nasib berkata lain bahwa Sumin telah menjadi kepala SMA sejak lama antara lain kepala SMAN 11, SMAN 5 dan SMAN 22 Palembang dan kini kepala SMKN 4 Palembang. Sewaktu Sumin jadi kepala SMAN 22 inilah Sumin mengangkat Sidi sebagai wakil kepala sekolah. Atas dasar pengalaman inilah sehingga Sidi memenuhi syarat untuk diusulkan sebagai kepala sekolah SMAN 22 Palembang. Sidi memang merupakan guru senior di sekolah tersebut.

Beda Keberuntungan

Keluarga penulis pantas bersyukur kepada tuhan karena tujuh bersaudara punya pembagian keberkahan yang berbeda. Yang sulung adalah penulis diberi jalur pengabdian sebagai dosen di perguruan tinggi. Anak-anaknya jadi dokter dan dosen. Yang nomor dua anak-anaknya jadi guru. Yang nomor 3 keluarganya kebanyakan bayangkari dan pengusaha. Yang nomor 4 jadi pegawai negeri bidang kesehatan. Yang no 5, 6 dan 7 jadi guru SMA dan SMK. Yang no 8 meninggal masih bayi.

Ayah ibu gembira

Jika ayah ibu masih hidup betapa bahagianya mereka karena anak-anaknya sudah mapan dan punya fungsi yang membanggakan di masyarakat. Dua anak ayah dan ibu kini memegang tampuk sebagai pemimpin sekolah menengah atas dan kejuruan.  Kepada mereka penulis dan kakak-kakaknya selalu berpesan agar menjadi kepala sekolah yang amanah. Jangan melakukan korupsi anggaran biaya sekolah  apapun alasannya. Jika salah melangkah kalian memalukan keluarga.  Ayah ibu juga malu. Semoga selamatlah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun