Bismillah
Tak pernah lupa dan lekang dalam ingatan penulis sebagai warga kelahiram desa Tanjung Baru alias Lubuk Langkap tentang banyak kebiasaan di sana waktu kecil. Salah satunya adalah mandi pagi. Kenapa sangat khusus? Karena mandi pagi di desa kami itu bisa dimulai dengan duduk pakai sarung di atas batu  atau terlebih dahulu mencari ikan pakai jala, pakai pancing, dsb.
Duduk di atas batu
Banyak batu besar tempat duduk duduk sebelum mandi. Mengapa duduk-duduk? Pertama, melihat ada yang mencuci. Kedua, ngobrol dengan teman, keluarga dan tamu. Ketiga, menunggu agak berkurang dinginnya pagi hari. Terkadang mulut kami mengeluarkan asap tanda dinginnya udara, terutama pada musim lemarau.
Gambar lubuk langkap dari youtube
Menjala dan cari sayur
Ibu penulis terkadang memberi tugas untuk mencari ikan atau sayuran pinggir sungai air nipis untuk makan keluarga. Pagi sekali sesudah solat subuh penulis membawa jala untuk menjala ikan di hulu mandian. Terkadang penulis memancing ikan kapiat di Lubuk Lanhkap jika tersedia umpan berupa laron yang malam harinya beterbangan di rumah penulis.
Jika tidak dapat ikan maka penulis mengambil sayur pakis di pinggir sawah tetangga atau pinggir sungai. Biasanya ibu dan adik penulis sudah menyiapkan kuah untuk dimasak bersama ikan atau sayur pakis yang dibawa penulis. Ini terjadi jika penulis lagi libur dari kota. Waktu itu 6 tahun di kota Manna waktu SMP dan SMA. 5 tahun di kota selama kuliah di perguruan tinggi.
Setelah itu penulis mandi bersama teman dan tetua di kampung di tempat khusus laki-laki. Untuk perempuan ada tempat khusus. Begitulah kisah mandi pagi di desa Lubuk Langkap puluhan tahun yang lalu.
Kini jadi wisata mandian