Bismillah,
Banyak sekali kejadian di sekitar kita yang Allah kirim sebagai pelajaran berharga. Sebut saja pohon pepaya. Ada sebatang pohon pepaya yang tanpa sengaja atau tidak  sengaja ditebar di halaman rumah penulis. Penulis mempunyai kebiasaan jika sudah memakan buah pepaya dari pohon tanaman sendiri atau dari beli di pasar bijinya dihamburkan di halaman. Sejumlah bibit pepaya muncul dan membesar. Tetapi terkadang ada bibit pepaya yang dirawat tetapi tidak sedikit yang tidak dirawat. Ada satu pohon pepaya yang tumbuh di pinggir tembok. Pohon inilah yang menginspirasi penulisan artikel ini.
Tidak diperdulikan
Pepaya yang berada di pinggir pagar aliss tembok rumah penulis awalnya luput dari perhatian keluarga penulis. Mengapa? Karena ia tidak terlalu "wanted" alias unwanted. Karena itu tak disiram, tidak dipupuk. Walau demikian pohon pepaya ini tetap berupaya tumbuh membesar dan berbuah.
Setelah berbuah lebat penulis dan keluarga memuji dan menyayangi pohon pepaya itu karena rasanya manis. Dagimg buahnya merah. Ternyata itu pepaya kalifornia. Tak berbeda dengan penampilan buah prpaya di pasar buah atau kedai buah yang banyak menjual pepaya kalifornia.
Penulis dan keluarga memberi pupul, mwmberi atensi, memuji dan merawatnya denggan baik. Penulis dan keluarga membanggakan pepaya itu yang telah banyak memberi amal jjariyah unttuk keluarga penulis kkareena  diseedeeekkahkan kee sana kemarir,  ke tetangga, ke teman, ke kabtoe tempat  penulis bekerja. Itu berlangsung lama.Â
Pelajaran dari pohon pepaya
Begitulah kita mungkin orang tak peduli kita sewaktu  masih sekolah, masih kuliah, dan di tempat kerja. Maka jangan berkecil hati. Bekerjalah dengan baik. Beribadahlah dengan rajin. Jangan malas. Sampai suatu saat orang mulai memperhatikan kita. Ikhlaslah dalam beramal. Yakin Allah akan mengangkat derajay orang yang beriman dan beramal soleh.Â
Belajarlah dari pohon pepaya tadi. Ia tak peduli dengan sepinya perhatian orang, ia tak peduli dengan cueknya manusia. Yang ia fokus adalah bagaimana agar ia bermanfaat bagi manusia. Kita mesti meyakini bbahwa ada Allah yang memeraatikan  kita, membalas kuita. Allahlah yang akan menaikkan derajat kita. Sebaliknya Allah juuga yang akan meneegur  kita jjika kkita berada di jalann yang tidaak baik. Kkarena itu koreksii diiri selalu. Hati kita, amal-amal kita .Â
Palembang, awal juni 2024
Penulis,
Supli  Effendi Rahim, tepian Musi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H