Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mencari Lauk Makan Tatkala di Desa Lubuk Langkap Bengkulu Selatan

6 Mei 2024   07:12 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:37 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bismillah,

Fase kehidupan manusia yang susah dilupakan adalah ketika kecil tinggal di desa. Tak terkecuali penulis. Penulis lahir dan dibesarkan di desa Suka Maju Air Nipis Bengkulu Selatan. Desa ini meliputi dusun Lubuk Langkap, Tanjung Tengah dan Suka Maju. Ketiga dusun ini terbilang paling hulu di kecamatan Air Nipis Bengkulu Selatan. Salah satu yang tak terlupakan adalah mencari lauk untuk makan ketika di desa.

Anak tertua

Penulis adalah anak tertua dari 8 bersaudara dari keluarga ayahnda A Rahim bin Hamzah dan ibu Rahina Merinsan. Ibu penulis dimakamkan di Mekkah ketika akan menunaikan haji tahun 1445 H. Alfatiha untuk ayah, ibu, kakek, nenek, mertua dan semua  kaum muslimin di seluruh dunia.

Sebagai anak tertua ada kewajiban dan dididik ayah bunda untuk membantu mencari lauk pauk selain ayam dan bebek. Kedua jenis yang disebutkan terakhir dibuat dalam hitungan minggu atau bulan. Sedangkan daging rusa jadi makanan keluarga ketika ada paman Djalim dkk yang mengajak kakek menembak rusa di kebun Datar Kepahyang.

Ketika  libur maka satu hari pertama di desa, bertugas mencari lauk pauk di sungai dengan cara menjala ikan. Biasanya sesudah solat subuh di pagi-pagi buta penulis membawa jalan dan "kambu" lalu menjala di hulu mandian. Kini mandian kampung penulis menjadi mandian umum alias sebagai objek wisata mandian Lubuk Langkap.

Biasanya penulis diberi rezeki oleh Allah berupa ikan palau, mungkus, nggaring atau anak semah, sepedak dan beringit. Jika tidak memperoleh ikan maka penulis akan mengambil daun pakis atau paku dalam bahasa daerah. Ikan atau pakis yang penhkis dapatkan dibawa pulang ke rumah yang siap dimasak oleh ibu atau adik penulis. Mereka sudah memasak nasi dan kuah yang sudah siap ditambah ikan atau sayur paku.

Di kebun

Setelah satu hati di dusun, penulis dihantar ayah atau ibu ke kebun kopi milik keluarga ayah dan ibu. Di sana ada kakek dan nenek penulis. Menjelang siang setelah bekerja penulis menenami kakek menjala ikan untuk lauk makan siang. Nenek Muntianan biasanya sudah memasak nasi dan merebus sayur buah atau daun tetapi belum ada laik ikan. Penulis dan kakek biasanya memperoleh ikan yang memadai untuk makan siang, sore dan sarapan besok harinya.

Begitulah fase kehidupan penulis sejak umur SMP sampai tamat kuliah. Indahnya mengenang kehidupan di desa. Ya Allah terima kasih sudah memperjalankan hamba dan keluarga dalam ruang dan waktu yang luas dan lama.

Sabar dan tabah

Semua perbuatan baik yang dibiasakan akqn menjafi kebiasaan baik dan selanjutnya menjadi budaya baik. Buah dari itu semua adalah berubahnya akhlak dan keyakinan. Penulis jadi sabar dan tabah. Keyakinan penulis makin mantap tentang siapa yang paling mencintai kita, siapa yang paling tahu dan siapa yang paling bisa menyelesaikan masalah kita. Tiga pertanyaan itu jawabnya satu yakni Allah. Bantulah orang lain Allah akan bant7 kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun