Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Diary

Teringat Berburu Rusa dengan Pamanda Djalim

2 Maret 2024   09:02 Diperbarui: 3 Maret 2024   17:53 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Berburu rusa pada zaman paman penulis masig kecil adalah pekerjaan yang tidak melawan hukum. Mengapa? Karena masa itu rusa masih banyak populasinya. Itu terjadi pada tahun 1970 dan 1980 an di daerah Bengkulu Selatan tepatnya di kecamatan Air Nipis Bengkulu Selatan. Lebih khusus di desa Lubuk Langkap Tanjung Tengah dan Datar Kepahyang. Kini tinggal kenangan.

Pamanda Djalim

Penulis punya paman yang bernama Djalim.Hamzah. Dia adalah adik ayah penulis yang paling kecil. Saat ini sudah sepuh. Penulis terpaut umur dengan beliau belasan tagun. Ketika beliau sudah menyelesaikan sekolah pendidikan guru SMP penulis masih bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tanjung Baru kala itu Marga Seginim Bengkulu Selatan. 

Suatu hal yang penulis yang tidak pernah kepada beliau adalah bahwa kami berdua menunggu rumah kakek nenek penulis yang kelak menjadi rumah ayah ibu penulis. Ayah penulis yang merupakan abang dari pamanda Djalim adalah Abdur Rahim dan ibu penulis adala Rahina. Ibu meninggal dunia ketika akan wukuf di Atofah tahun 1445 H atau bertepatan dengan 25 Juni 2023. 

Paman Djalim ini punya keahlian menembak rusa sehingga banya tentara aktif di Kodim Bengkulu Selatan kala itu menyambangi pamanda Djalim untuk menembak rusa yang populasinya belum dilarang seperti sekarang ini. Tempat mereka mencari rusa adalah di kebun baru dibuka di perkebunan Datar kepahyang. Lokasi ini berada 7 km sebelah utara Lubuk Labgkap atau Tanjung baru Air Nopis Bengkulu Selatan atau 10 km di hulu desa Palak Bengkerung, desa paman Djalim.

Kakek Pulang ke desa

Penulis beberapa kali ikut berburu rusa. Itu dilakukan pada malam hari. Pamanda berada di barisan depan dan sebagai penunjuk jalan adalah kakek penulis Merinsan yang kuburannya di Kandang Kawat Bukit Lama Ilir Barat I Palembang. Belum pernah penulis beruntung di mana pamanda dapat berburu rusa. Herannya pas penulis tidak ikut pamanda Djalim atau penembak lain mereka sering dapat rusa yang besar.

Ketika itu kakek dengan wadah yang fidukung dibelakang yang ditali diikatkan ke kepada atau dusebut bakau membawa pulang daging rusa ke desa. Keluarga ayah bergembira dengan pembagian daging rusa yang banyak itu. Kenapa kakek diberi banyak? Jawabnya karena kakek selalu.menjadi tempat mereka para pemburu bermalam dan menumpang makan pada saat mereka di Datar Kepahyang. Biasanya makan malam dengan lauknya ikan yang disiapkan oleh kakek dan nenek penulis. Kakek penulis itu bernama Merinsan semwntara nenek penulis yang tuli sejak lama akibat kerja berat adalah Muntianan.

Anaknya jadi Tentara

Tidak aneh jika anak itu pasti mengagumi orangtua. Orangtua juga punya keinginan san doa agar anak-anaknya jauh lebih baik dari mereka. Tak terkecuali orangtua penulis ingun sekali anak-anaknya jadi pegawai negara pegawai negeri. Wal hasil anak ayah penulis banyak yang jadi PNS, polisi, guru dan. Sementara cucu ayah penulis banyak yang jadi dokter, dosen, polisi, pegawai dan bekerja di luar negeri. Demikian juga anak pamanda Djalim ada yang jadi perwira TNI Angkatan Udara, guru dan pegawai. 

Swmoga berbahagialah mereka semua fi alam sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun