Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Surat Terbuka untuk Pak Prabowo dan Mas Gibran Rakabuming Raka

18 Februari 2024   20:21 Diperbarui: 14 Maret 2024   01:22 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismilah,

Penulis pada masanya adalah pendukung berat Prabowo-Hatta dan Prabowo-Sandi pada pilpres 2014 dan 2019. Pada masa itu penulis dan kawan-kawan ingin sekali mendapatkan pemimpin Indonesia yang kuat, yang lebih baik dan yang lebih gagah. Sayang jagoan kami selalu belum beruntung. Kali ini kami sangat percaya diri ingin mempunyai calon pemimpin yang ingin membawa bangsa Indonesia yang mengajsk bangsa dan rakyatnya kepada perubahab yang mendasar agar NKRI menjadi negara yang mengalami perubahan dari segala segi kehidupan bernegara.

Semangat perubahan

Lihatlah di seluruh Indonesia dilakukan kampanye terbuka oleh Anies Rasyid Baswedan dan ketika terbentuk jadi paslon no 1 Amin masyarakat tumpah ruah tanpa dounsang, tanpa dibayar dan tanpa disiapkan kendaraan, tumpangan. Mereka sangat antusias ingin ketemu calon pemimpin mereka pada 5 tahun ke depan. Mereka ingin mendengar apa saja rekam gagasan, rekam karya pak Anies yang memang mereka inginkan terjadi di seluruh Indonesia. 

Mereka ingin pemimpin yang tegas, taat beragama, kepemimpinannya diakui dunia dan karya-karyanya ditunggu oleh masyarakat. Banyak penghargaan dari penjuru dunia telah pak Anies peroleh.

Surat terbuka

Surat terbuka ini penulis kirimkan kepada pak Jokowi, Prabowo dan Gibran. Intik dari surat ini adalah menghimbau kepada bapak bertiga agar mendengar aspirasi masyarakat Indonesia kebanyakan. Kebanyakan masyarakat perguruan tinggi, masyarakat pensiunan perwira tinggi TNI san POLRI, masyakat umum menginginkan agat pak Jokowi dimakzulkan dan paslon pilpres no 2 Prabowo dan Gibran didiskualifikasi.

Mengapa masyakat umum menginginkan dimakzulkannya pak Jokowi karena banyak sekali alasan logik dan ilmiah. Pertama, pak Jokowi telah banyak sekali melanggar sumpah presiden dan UU yang berlaku. Presiden Jokowi dilaporkan krpada KPL karrna melakukan politik dinasti dan melakukan politisasi Bansos. Kedua, paslon no 2 yakni Prabowo dan anaknya pak Jokowi telah banyak melakukan kesalahan baiak sewaktu sebelum kampanye, sewaktu kampanye, sewaktu pencoblosan dan sesudah pencoblosan.

Keprihatinan para rektor dan guru besar dari sejumlah perguruan tinggi besar di pulau Jawa telah mereka ekspresikan dalam bentuk orasi keprihatinan terhadap ketiadaan etika dan moral dalam penetepan Gibran sebagai calon wakil presiden. Mengapa? Karena itu adalah bentuk Nepotisme yang mestinya tidak lagi dilakukan karena ini meripakan amanat gerakan reformasi tahun 1998 yang menyebabkan lengsernya presiden Soeharto.

Tidak memenuhi syarat umur untuk jadi calon wakil presiden telah dilanggar secara membabi buta oleh partai politik pengusung Prabowo-Gibran berkat memperoleh jalan oleh MK yang ketuanya saat itu adalah paman Gibran  sendiri. Banyak pihak menyayangkan tindakan ini. Bahkan saat ini masih terus dilakukan demonstrasi anti kecurangan pemilu dan KKN ala Jokowi. 

Bukan benci

Surat ini bukan ujaran kebencian kepada pak Jokowi dan keluarga atau kepada pak Prabowo. Ini surat adalah untuk mengingatkan kepada sesama saudara, sebangsa dan setanah air. Karena demokrasi yang telah ditunjukkan oleh pak Jokowi dan keluarga serta pak Prabowo dan timnya telah hancur berantakan. Demokrasi itu tidak boleh ada tekanan, tidak boleh ada sogok menyogok, tidak boleh mengubah Undang-undang, tidak boleh curang. Hidup di dunia ini hanya sementara. Yang mesti kita ingat adalah bahwa Allah Maha keras siksanya. Siksa Allah jika kita melanggar peraturan dunia apalagi peraturan tuhan sangat pedih. Kapan itu terjadi? Saksikan dan yakini bahwa hukuman itu akan Allah tunjukkan pada waktu di akhir hidup kita, di dalam kubur dan sewaktu di hari kiamat. Dunia ini hanyalah tipuan. Janganlah menipu, jangan juga minta tipu.

Jayalah negeriku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun