Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Kisah di Kebun Kopi Datar Kepahyang Air Nipis Bengkulu Selatan

18 November 2023   04:08 Diperbarui: 18 November 2023   13:39 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Ketika melihat gambar pohon kopi di manapun di media sosial, di website, di buku maka itu langsung menggamit memori penulis.

Mengapa? Karena puluhan tahun dari hidup penulis ada di kebun kopi Datar Kepahyang Air Nipis Bengkulu Selatan. Sejak tamat SD penulis secara berkala jika libut sekolah akan langsung bermalam di kebun bersama kakek nenek.

Masa-masa itu terasa indah bersama kakek nenek. Hidup penulis meskipun keras karena harus bekerja membantinh tulang tetapi bahagia. Makan masak sendiri. Mencari ikan sendiri. Menikmati majan siang dan makan malam bersama kakek nenek yang penuh kasih sayang.

Kebun kopi

Kakek dan ayah penulis dari dasa warsa satu ke dasa warsa berikutnya memiliki komitmen dan kebiasaan jika membuka hutan untuk persawahan atau untuk kebun buah selalu memulai penanaman awal demgan tanaman sayur lalu ditanam kopi dan pohon buah. Karena itu  tidak mengherankan jika pada awal pembukaan kebun mereka memanen sayur berupa cabe, terong, kacang panjang, kecipir, labu parang dsb. Di samping dijual ke pekan atau pasar mingguan juga digunakan untuk menu harian sebagai lauk pauk. Sementara nasi diperoleh dari bertanam padi di sawah yang diushakan 1 kali setahun. Kakek dan ayah jago dalam mencari ikan apalagi ayah A Rahim hobby menyirat jala untuk dijual atau pakai sendiri. Tanaman kopi yang berumur 3 tahun akan menghasilkan panenan kopi terbanyak alias mukul agung. Namun demikian kebun kopi akan tetap menghasilkan sampai umur puluhan tahun. Di kebun kopi datar kepahyang atau 7 km sebelah utara desa Tanjung baru Air Nipis Bengkulu Selatan sangat terkesan karena menjadi tempat berkumpulnya pars penembak rusa yakni paman penulis sendiri. A Djalim namanya. Dia sering berburu rusa dan kakek penulis Merinsan sering diberi daging rusa oleh paman Djalim. Daging rusa enak sekali rasanya.

Merantau ke kota Palembang

Setelah tamat SMAN 1 Manna penulis diantar oleh ayah ke Palembang untuk melanjutkan studi di Universitas Sriwijaya Paembang. Di sana penulis dimasukkan ke Fakultas Pertanian. Dengan senang hati walau awalnya penulis ingin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran Unsri. Tetapi penulis sadar diri karena pendidikan kedokteran kala itu tidaklah sedikit. Dengan tekun dan tabah penulis menjalani pendidikan bersama 150 teman mahasiswa. Penulis memilih jurusan Ilmu Tanah. Bermodalkan ilmu tanah dan survei tanah, penulis diterima di perusahaan yang bergerak dalam bidang  survei tanah untuk pemukiman transmigrasi di Sumatera Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun