Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masa Depan Eman Remang-remang (Bagian 6)

24 Oktober 2023   08:15 Diperbarui: 24 Oktober 2023   08:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Lima bulan kemudian stlh selesai tugas penelitiannya, dia kembali ke kota asalnya utk penyelesaian studinya.  Tapi dlm perjalanan dia ketemu dg tetangga dekat Arni, yaitu *Yanto*, adik *Yanti* teman Arni.  Yanto menceritakan, bhw Arni memang pernah mau di lamar, tetapi Arni tdk meresponnya.  Skrg ini banyak yg berdatangan kpd-nya, tetapi juga tdk diresponnya, ditanggapinya biasa2 saja.  Akhirnya terungkap kpd Yanti, bhw Arni seperti kehilangan layang2, yg putus sejak 5 bulan yg lalu.  Mendengar cerita itu, Eman titip surat yg isinya mengabarkan bhw "Dia kembali ke kota tempat kuliahnya utk menyelesaikan tugas akhirnya.  Dikatakannya bhw dlm perjalanan dia ketemu Yanto adik Yanti yg sdh banyak cerita tentang keadaan Arni selama 6 bln terakhir ini".


Singkat cerita, hubungan surat menyurat maupun pertemuan2 berlanjut sampai Eman selesai studinya & bekerja sebagai calon PNS.  Tapi sampai sejauh itu, hubungan mereka yg sdh hampir 2 th, sepertinya begitu2 saja.  "Entah ada apa dg Eman".  Dia tak pernah berkata sekalipun tentang rasa cintanya kpd Arni yg jelita, meskipun sikap & perilakunya melebihi seorang kekasih yg setia.  Tetapi Arni tetap saja ragu bila tak ada kata2 pengikat rasa; karena takut terperdaya oleh sikap saja.  Rupanya Eman pun pernah trauma; takut tertipu oleh kata hati yg terucap, yg bisa mengecewakan & mempermalukan perasaannya.


Akhirnya dlm suatu surat menyurat; terungkaplah perasaan mereka sebenarnya masing2 ...
*Arni :* "... Sdh hampir 2 th hubungan kita bang; tapi aku tak tahu persis apa artinya.  Apakah kita hanya seperti saudara atau teman biasa atau yg lainnya.  Bagiku yg terlihat hanya remang2 meskipun mata hatiku kadang2 dpt melihat dg terang.  Namun sikap abang yg sepertinya serius & tulus, membuat aku terkurung tak berpagar; yg berdatangan pun hanya kusambut dg lambayan tangan lemah & gemetar dari kejauhan".


*Eman* bergetar hatinya, marah pada dirinya sendiri. *Tak terasa* menetes air mata dipipinya, seakan dihadapannya berdiri Arni. *Dia pun* menjawab dg tulisannya, yg benar2 mengalir dari lubuk hati : .......


"Ma'afkan abang yg hampir kehilangan nyali selama ini Arni.  Memang banyak kumbang yg mendengungkan suara2 rayuan *cinta* nya.  Tapi diantara seribu *kata itu*, satu pun takkan pernah meluncur dari lidah abang yg pengecut ini; karena *kata yg tak ternilai itu* layak disimpan dg baik di dalam hati, dan *sepotong kata tsb* adalah perasaan yg murni.  ... Sebenarnya tanpa setahu-mu, setiap hari abang memeluk hatimu dalam setiap renunganku; dan yg membayang diantara kita dlm renungan itu, ... adalah anak2 & cucu2.


*Salam rindu* dari Kekasihmu, yg bersama ayah bundaku akan menemuimu dan menemui ayah bundamu.
(Bersambung ke Bag 7, terakhir)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun