Lima bulan kemudian stlh selesai tugas penelitiannya, dia kembali ke kota asalnya utk penyelesaian studinya. Â Tapi dlm perjalanan dia ketemu dg tetangga dekat Arni, yaitu *Yanto*, adik *Yanti* teman Arni. Â Yanto menceritakan, bhw Arni memang pernah mau di lamar, tetapi Arni tdk meresponnya. Â Skrg ini banyak yg berdatangan kpd-nya, tetapi juga tdk diresponnya, ditanggapinya biasa2 saja. Â Akhirnya terungkap kpd Yanti, bhw Arni seperti kehilangan layang2, yg putus sejak 5 bulan yg lalu. Â Mendengar cerita itu, Eman titip surat yg isinya mengabarkan bhw "Dia kembali ke kota tempat kuliahnya utk menyelesaikan tugas akhirnya. Â Dikatakannya bhw dlm perjalanan dia ketemu Yanto adik Yanti yg sdh banyak cerita tentang keadaan Arni selama 6 bln terakhir ini".
Singkat cerita, hubungan surat menyurat maupun pertemuan2 berlanjut sampai Eman selesai studinya & bekerja sebagai calon PNS. Â Tapi sampai sejauh itu, hubungan mereka yg sdh hampir 2 th, sepertinya begitu2 saja. Â "Entah ada apa dg Eman". Â Dia tak pernah berkata sekalipun tentang rasa cintanya kpd Arni yg jelita, meskipun sikap & perilakunya melebihi seorang kekasih yg setia. Â Tetapi Arni tetap saja ragu bila tak ada kata2 pengikat rasa; karena takut terperdaya oleh sikap saja. Â Rupanya Eman pun pernah trauma; takut tertipu oleh kata hati yg terucap, yg bisa mengecewakan & mempermalukan perasaannya.
Akhirnya dlm suatu surat menyurat; terungkaplah perasaan mereka sebenarnya masing2 ...
*Arni :* "... Sdh hampir 2 th hubungan kita bang; tapi aku tak tahu persis apa artinya. Â Apakah kita hanya seperti saudara atau teman biasa atau yg lainnya. Â Bagiku yg terlihat hanya remang2 meskipun mata hatiku kadang2 dpt melihat dg terang. Â Namun sikap abang yg sepertinya serius & tulus, membuat aku terkurung tak berpagar; yg berdatangan pun hanya kusambut dg lambayan tangan lemah & gemetar dari kejauhan".
*Eman* bergetar hatinya, marah pada dirinya sendiri. *Tak terasa* menetes air mata dipipinya, seakan dihadapannya berdiri Arni. *Dia pun* menjawab dg tulisannya, yg benar2 mengalir dari lubuk hati : .......
"Ma'afkan abang yg hampir kehilangan nyali selama ini Arni. Â Memang banyak kumbang yg mendengungkan suara2 rayuan *cinta* nya. Â Tapi diantara seribu *kata itu*, satu pun takkan pernah meluncur dari lidah abang yg pengecut ini; karena *kata yg tak ternilai itu* layak disimpan dg baik di dalam hati, dan *sepotong kata tsb* adalah perasaan yg murni. Â ... Sebenarnya tanpa setahu-mu, setiap hari abang memeluk hatimu dalam setiap renunganku; dan yg membayang diantara kita dlm renungan itu, ... adalah anak2 & cucu2.
*Salam rindu* dari Kekasihmu, yg bersama ayah bundaku akan menemuimu dan menemui ayah bundamu.
(Bersambung ke Bag 7, terakhir)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H