Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Masa Depan Eman Remang-remang (Bagian 4 dan 5)

23 Oktober 2023   17:45 Diperbarui: 23 Oktober 2023   17:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

*MASA DEPAN EMAN YG REMANG2 (Bag 4 dari 6: "Lebaran Kelabu").*


Pd umur sekitar 5,5 th, Eman beserta kakak & ayuk iparnya pulang lebaran ke dusun.  Pd siang hari yg cerah ketika orang2 masak ketupat, Eman & anak perempuan tetangga main masak2an.  Eman men-cencang2 sayur di atas bangku & temannya terus menambahkan sayurnya di bangku tsb.  Malangnya pisau besar di tangan Eman mengenai ujung jari telunjuk temannya & luka parah.  Temannya memekik nangis keras, & Eman kebingungan.


Ayuk2 temannya itu semua turun dari rumah & memekik histeris melihat darah berceceran.  Org2 pada kumpul; Eman jadi bulan2an kemarahan org banyak, termasuk ayuk2nya sendiri ikut memarahi.  Hanya ayah yg tenang mengurus luka temannya.  Tiba2 ada suara keras seorang perempuan: "Awas, kami adukan ke polisi biar kau ditangkap".  Eman semakin ketakutan.  Tak lama kemudian datang kakaknya yg langsung memukul adiknya itu; tapi Eman tak merasakannya lagi, dia hanya menangis lirih, yg memenuhi benaknya kini adalah bahwa "dia mungkin akan ditangkap polisi".


Sampai malam takbiran, Eman tak berkata sedikitpun, dia masih sangat ketakutan meskipun kemarahan org2 sdh mereda stlh mendapat penjelasan temannya yg sebenarnya.  Tapi Eman tdk mengerti perubahan situasi itu.  Tidurnya pun tak nyenyak pd malam itu; yg terpikir adalah "dia akan ditangkap polisi & setiap org akan terus marah & benci padanya karena akan tetap menyalahkannya atas kejadian yg tak disengaja, termasuk kakak tempat perlindungannya ".  Di pagi Lebaran yg Kelabu dia menyendiri sambil berurai air mata & merintih: "Ibuu ... , aku tidak salah Buu... , tolong aku Buu; aku akan ditangkap polisi ... ".


Selama 1 minggu stlh lebaran hingga besoknya akan kembali ke Kotabatu, Eman selalu menyendiri.  Pd waktu org sibuk ber-kemas2 utk keberangkatan, dia duduk saja di sudut sambil memandang kakak & ayuk iparnya berpakaian utk siap2 berangkat.  Eman berfikir bahwa dia takkan diajak lagi ke Kotabatu; & di dusunnya ini dia akan ditangkap polisi.  "Kini tak ada lagi bumi tempat berpijak; langit pun tak lagi biru karena terhalang oleh air matanya".


Ketika dia sedang mengusap usap air matanya sendirian, dia dikagetkan tangan memegang bahunya sambil berkata: "Ayo cepatlah pakai baju ini, kita sdh mau berangkat" ; rupanya kakaknya.  Harapan "hidup" muncul lagi & perasaan akan ditangkap polisi jadi sirna.
Eman cepat2 memakai baju dg senangnya, karena masih diajak kembali ke Kotabatu yg selama ini dia kurang suka.  Perasaan kini berbalik; biasanya dia kegirangan kalau akan pulang ke dusun.  Dia berfikir: "Masih ada tanah tempat berpijak, & warna langit tak difikirkannya lagi sa'at itu".  Langkah jalannya saja kelihatan bergegas menuju stasiun; tak seperti biasanya agak gontai apabila mau kembali ke Kotabatu.  "Kasihan anak kecil yg diam dlm ketakutan, karena merasa terus dipersalahkan, tanpa bisa menyampaikan pembelaan".
(Bersambung ke Bag. 5).

*Bag 5 dari 7: "Binar mata disaput airnya").*
Pd umur hampir 7 th, Eman hrs kembali pulang ke dusun karena kata ayahnya "sudah sa'atnya sekolah".  Di Kotabatu sendiri, kakak si Eman ditawari oleh Kepala SR Xaverius agar Eman sekolah di situ saja; "gratis".  Eman mau saja, tapi ayah keberatan.  Katanya kalau Eman pulang, teman2nya pun senang kalau bisa sekolah barang; & ayuk2nya sdh kangen karena Eman sdh lama tdk pulang.  ... Perasaan Bahagia kini menjelang, bisa senang bermain dg teman di dusun pagi & petang, tak ingat lagi dg kawan2 di tanah orang.


Namun stlh 3 th berselang; lahir adik lanang, & Eman pun ikut senang; tapi kasih ayah kepadanya mulai berkurang; sering terdiam kalau ayahnya berang.  Perasaan kembali lagi seperti baru dirantau orang.  Kasih ibu yg remang2 kembali terbayang, matanya kembali sering berlinang, melihat masa depan kembali meremang.  Inilah sosok anak yg masih haus kasih sayang.


Setahun kemudian nampaknya kabut embun mulai terkuak, prestasi belajar semakin menanjak.  Pernah sebagai pemimpin baris-berbaris yg berhasil merebut piala perak; teman & guru yg mengenal Eman pun semakin banyak.  Prestasi Eman pun bikin bangga sang kakak, & mengajak Eman berlibur ke Kotabatu yg sdh 4 th tdk di-injak.
Menurut cerita ayuk2, selagi ibu masih hidup; pernah dia meredakan tangis Eman karena menginginkan tas kakaknya yg baru dibeli.  Si ibu berkata: "Diamlah ya Man, nanti kamu sekolah Mikul tas" ; maksudnya Fakultas barangkali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun