Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masa Depan Eman yang Remang-remang (Bagian 2)

22 Oktober 2023   08:36 Diperbarui: 22 Oktober 2023   09:01 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

 "Anak kecil di rantau mencari kasih yg baru hilang").*
Eman adlh seorang anak laki2 berumur tiga setengah tahilun yang baru saja ditinggal ibunya yang sangat menyayanginya.  Stlh pernikahan kakaknya yang berumur 20 tahun dan disusul dengan meninggalnya ibu, ayah si Eman "bangkrut".


Untuk alasan takut kurang terurus dan utk menemani ayuk ipar yang baru menikah, Eman ikut dg kakak yg bekerja di suatu jawatan yang ditempatkan di suatu kota kecil (Kotabatu) sekitar 120 km dari kota kelahirannya (Kotaraja).


Homesick atau rindu kampung halaman membuat Eman seorang ngelamun bahkan tidak jarang jatuh sakit.  Anak yang srorang dimanja oleh ibunya mengalami kekosongan kasih sayang secara drastis.  Dia sebenarnya tdk ingat kalau ibunya sudah tiada.  Tapi meski remang2 dlm ingatan, diamerasakan ada yg hilang, yg kadang2 muncul sosok ibunya dalam lamunannya; lalu ber tanya2 "kenapa dia dipisahkan dari wanita yg mengasihinya?".


Pernah suatu hari dia bermain di belakang rumah sewaan yg tak jauh di depannya ada rel Kereta Api.  Pernah dikasih tau oleh kakaknya, bahwa rel ini tidak putus sampai ke dusunnya (Kotaraja).  Dia ngelamun memandang jalan KA tsb sambil berfikir: "Andai aku meniti rel ini sampai jauuh ... , pastilah aku sampai ke dusunku, bertemu dg org yg sangat menyayangiku.  Lalu Eman mengusap matanya yg membasah sambil berbisik, "Ibuu ... aku mau pulang buu," ... seiring dg lewatnya Kereta Api Snel,  menambah ungkapan perasaan rindu pada ibu. (Bersambung ke Bag. 3).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun