Bismillah,
 "Anak kecil di rantau mencari kasih yg baru hilang").*
Eman adlh seorang anak laki2 berumur tiga setengah tahilun yang baru saja ditinggal ibunya yang sangat menyayanginya. Â Stlh pernikahan kakaknya yang berumur 20 tahun dan disusul dengan meninggalnya ibu, ayah si Eman "bangkrut".
Untuk alasan takut kurang terurus dan utk menemani ayuk ipar yang baru menikah, Eman ikut dg kakak yg bekerja di suatu jawatan yang ditempatkan di suatu kota kecil (Kotabatu) sekitar 120 km dari kota kelahirannya (Kotaraja).
Homesick atau rindu kampung halaman membuat Eman seorang ngelamun bahkan tidak jarang jatuh sakit. Â Anak yang srorang dimanja oleh ibunya mengalami kekosongan kasih sayang secara drastis. Â Dia sebenarnya tdk ingat kalau ibunya sudah tiada. Â Tapi meski remang2 dlm ingatan, diamerasakan ada yg hilang, yg kadang2 muncul sosok ibunya dalam lamunannya; lalu ber tanya2 "kenapa dia dipisahkan dari wanita yg mengasihinya?".
Pernah suatu hari dia bermain di belakang rumah sewaan yg tak jauh di depannya ada rel Kereta Api. Â Pernah dikasih tau oleh kakaknya, bahwa rel ini tidak putus sampai ke dusunnya (Kotaraja). Â Dia ngelamun memandang jalan KA tsb sambil berfikir: "Andai aku meniti rel ini sampai jauuh ... , pastilah aku sampai ke dusunku, bertemu dg org yg sangat menyayangiku. Â Lalu Eman mengusap matanya yg membasah sambil berbisik, "Ibuu ... aku mau pulang buu," ... seiring dg lewatnya Kereta Api Snel, Â menambah ungkapan perasaan rindu pada ibu. (Bersambung ke Bag. 3).
