Bismillah,
Siapa ibu penulis? Benarkah dia hanyalah orang biasa? Tidak. Ibu penulis orang yang luar biasa. Pekerja keras, dari rahimnya lahir 8 orang anak. Cucunya sudah 28 orang. Cicitnya lebih selusin. Dia lahir di Masat Ulu Manna Ulu hampir satu abad lalu. Dia membesar di dusun Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Selatan.
Tak teringat lagi
Ibu dan ayah penulis sudah umroh ramadhan pada tahun 2005. Mereka senang luar biasa karena saat itu berangkat umroh dengan biaya dari anak sulungnya meski keadaan ekonomi belum begitu baik karena beliau juga baru saja menamatkan anak-anak mereka yang kuliah. Penulis dan istri tahun sebelumnya menunaikan ibadah haji. Belum mampu menghajikan ayah dan ibu. Tapi alhamdulillah ayah dan ibu penhlis senang berangkat umroh ramadhan bersama teman-teman penulis yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran UNSRI. Ada sejumlah dosen FK Â Unsri bersama keluarganya kala itu melakukan umroh bersama ayah dan bunda.
Umroh bersama ibu, anak dan cucu
Kala itu tahun 2014 sebelum menikahkan abak penulis no 2 di Sungai Petani Malaysia, penulis, istri, 5 anak, 1 mantu, 2 cucu dan ibunda Rahina berangkat ke tanah suci. Berangkat di akhir Desember 2013 pulang bulan Januari 2014. Kala itu ibu sudah puas dan tak ingin berangkat haji. Ibu takut jika harus berangkat sendirian. Kala itu adik-adik penulis sudah membantu ongkos umroh bagi ibu.
Daftar Haji
Tahun 2012 ibu didaftarkan haji oleh istri penulis karena ada peluang untuk berangkat haji cepat dan berangkat tahun itu juga. Ternyata tidak jadi. Sejak itu impian ibunda mau pergi haji sirna. Kata bunda sudahlah nak. Cukup ibu sudah 2 kali kalian umrohkan.Â
Istri penulis dapat WA
Tahun ini istri penulis Prof Dr Nurhayati Damiri dapat WA dari ketua RT 79 Bukit Lama potongan daftar peserta haji dari kecamatan Ilir Barat I kota Palembang. Isi WA itu memuat nama ibunda Rahina Merinsan yang beralamat di rumah penulis Bukit Sejahtera blok DM 01 RT 79 RW 23 Bukit Lama IB I kota Palembang. Lalu penulis memberitahu ibunda dan adik-adik.
Bunda  senang tapiÂ
Bunda Rahina senang mau pergi haji tapi dia ingin jika anaknya yang menemani beliau. Penulis dan adik-adik ingin sekali berangkat menemani beliau. Tatapi Allah semua kunci segalanya. Walau penulis sudah berusaha tetapi semua terserah Allah. Penulis batal berangkat.
Ibunda sempat tak mau berangkat karena dirawat di RS selama beberapa hari. Beliau janji dengan penulis bahwa dia tak usah berangkat karena susah bernapas. Iya kata penulis gak usah berangkat. Tapi setelah dirawat di RS ada cucu ibunda di Tangerang yang ransfer uang untuk tambahan ibunda berangkat haji. Penulis memastikan bahwa bunda berangkat jika sudah sebat. Dengan senang hati bunda mengatakan "Iya" dia akan berangkat.
Ya Allah terima kasih. Semoga bunda selamat pergi, selama di sana dan pulang ke tanah air dan mendapat haji mabruroh.
Aamin yra. Ya Allah titip ibunda padaMu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H