Bismillah,
Di penghujung umur, saya merenung tentang sejumlah sikap, budaya, cipta, karsa dan adat kebiasaan saya. Saya berasal dari sebuah dusun yang banyak sungai. Setiap hari melintasi sungai-sungai apakah mauke kebun, ke sawah atau bahkan ke kalangan (pasar tradisional).Â
Bahkan jika mau pergi merantau ke sekolah di kota terdekat seperti kota Manna atau kota yang jauh seperti ke Palembang mesti melewati banyak sungai. Tulisan ini mengupas tentang sejumlah kebiasaan, prilaku, cipta dan karsa yang dilatarbelakangi kebiasaan masa kecil.
Rumah dekat lubuk
Penulis rumahnya dekat lubuk langkap sekarang jadi pemandian, jadi bendungan irigasi.
Jadilah di depan rumah ada kolam ikan dengan rancangan  untuk menampung air hujan maupun air dari dapur dan halaman.Â
Sayang istri tidak mengizinkan untuk membiarkan overflow dari semua WC dan kamar mandi masuk ke sana. Jijik katanya. Â Alhamdulillah ternyata lebih baik tidak dimasukkan ke kolam.Â
Suka menanam
Dari latar belakang keluarga yang suka menanam sejumlah tanaman di kebun maupun di halaman menular pada prilaku penulis. Penulis menanam sejumlah tanaman yang biasa ada di kebun ayah ibunya meliputi durian, mangga, pisang, srikaya, pokad, jambu air, jambu biji, rambutan, sukun, jeruk, nangka, labu kayu, pepaya, lengkeng, asam jawa, jambu bol dll.
Dari sejumlah tanaman itu ada yang menjadi lalapan penulis ketika makan. Daun tanaman yang jadi lalapan itu adalah daun pokad, daun lengkeng, daun jambu bol, jantung pisang, daun pepaya, daun mangga. Masih untung penulis tidak memakan daun pintu hehe.
Hobi mancing dan menjala
Di waktu senggang penulis hobi memancing ikan di kolam ikan di depan rumah itu. Mancing bisa dwngan joran atau menggunakan mata pancing tali atom dan botol aqua.Â
Setelah diberi umpan dari daging ayam, buah pisang, kelapa muda atau lainnya, penulis melempar pancing itu ke kolam. Pernah dapat ikan gurami yang besar kesayangan sang istri. Lalu dia membujuk penulis untuk mengembalikan ikan gede tersebut ke dalam kolam.
Selalu panen
Di antara tanaman buah yang terus-terusan dipanen adalah pokad, jambu air, pisang dan nangka. Pokad setiap bulan selalu mengirim buah yang banyak. Tidak pernah dijual karena penulis dan istri ada gaji walau bukan milyarder. Â Tetapi cukuplah untuk hidup pas pasan. Pas perlu pas ada.
Anak-anak sudah ada yang kirim uang ke rekening kami setiap bulan. Â Alhamdulillah.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H