Bismillah,
Adalah hal umum dan biasa jika orang Indonesia tinggal di pedesaan yang akrab dengan sawah, gunung dan sungai. Tanpa terkecuali penulis yanh berasal dari pelosok desa tepatnya dusun Lubuk Langkap desa Air Nipis Bengkulu Selatan provinsi Bengkulu. Tulisan ini mengungkap sisi-sisi budaya dan pengalaman penulis sebagai fondasi hadapi masa depan.
Adalah Abdul Djalil, senior penduduk desa Lubuk Langkap yang sering posting sejumlah foto dan video yang menggambarkan suasana desa permai. Posting seperti itu selalu "menggamit memori" penulis yang memang asal dan latar bepakangnya adalah semua tentang desa.
Dalam benak dan ingatan penulis selalu ada gabungan lengkap tentang sungai, hutan, sawah, kebun, belukar, jalan setapak, bukit dan gunung. Jadi ke mana saja dan di mana saja penulis berafa akan sangat tergamit memorinya jika cerita trntang desa permai, melihat dari dekat suasana desa dan sebagainya.
Melukis desa permai
Ketika di SD, SMP dan SMA tepatnya ketika di SMPN Manna dan SMAN Manna kala itu sangat gemar melukis desa permai itu. Pada buku gambar dengan ukuran kertas A4 dan atau double folio, penulis sangat sering melukis dengan cat air warna warni tentang desa permai itu.
Setelah menapaki kuliah di Universitas Sriwijaya tepatnya di Fakultas Pertanian penulis sering terpapar dengan suasana pedesaan. Bagian dari kehidupan penulis sebagai mahasiswa yang sangat kental mempengaruhi kehidupan.penulis adalah ketika praktek lepangan, ketika kuliah lapangan, ketika menjadi anggota Ikatan Mahasiswa pencinta alam (IMPALM) penulis menjadi semakin akrab dengan desa pernai.
Latar Belakang vs Masa Depan
Berlatar belakang sebagai penduduk pedesaan yang jauh dari keramaian perkotaa , penulis tak mungkin melupakan suasana pedesaanya g telah berurat dan berakar di dalam jiwa penulis. Karena itu adalah bagian dari kehidupan penulis. Karena itu ketika sudah menapaki usia dewasa, penulis mengajak keluarga terutama istri  dan anak untuk tinggal dalam suasana pedesaan. Alhamdulillah hari-hari  ada sungai, "hutan" dan bahkan di halaman rumah penulis ada pohon labu kayu yang banyak buahnya. Pohon inimenggambarkan keadaan desa pwrmai penulis di mana pohob labu kayu banyak ditanam penduduk di pinggir sawah, di pinggir desa.
 Ada kebesaran Allah