Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembicaraan Melalui Vidcall Itu Pertanda Perpisahan Dengan Abangku

27 Februari 2021   08:12 Diperbarui: 27 Februari 2021   08:14 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Tertanggal 27 Januari 2021, hampir sebulan yang lalu, saya menelpon melalui video call dengan abang iparku dr Rusdi Damiri, SpOG. 

Alasan menelpon abangku itu adalah karena pada hari itu dia akan dibawa ke rumah sakit karena kondisi kesehatannya menurun. Tulisan ini memaparkan pembicaraan kami yang terakhir kalinya.

Hubungan kami sangat baik

Sejak menjadi bagian dari keluarga ayah mertuaku yakni Haji Damiri H Rais saya dan abang-abang ipar yang berjumlah dua orang orang yakni H Rusdi dan H Eddyson berjapan sangat baik. Hampir tidak pernah kami ada persoalan yang berarti antara keluarga kami. Terkhusus dengan abang dr Rusdi Damiri.

Jika bertemu atau jika saling menelpon kami menceritakan banyak hal. Jika bertemu kami sering makan berdua. Banyak pilihan kami makan berdua mulai dari nasi briyani di depab masjid Agung, makan Mie Celor atau makan pempek.

Kalau makan berdua kami bercerita tentang banyak hal. Cerita keluarga, cerita karir, cerita membangun rumah sakit kami lakukan secara berkala dan asyik sekali mendengarkannya. Jika abang sudah cerita saya menganggukkan kepala aatau bertanya kepada abang. Abangpun semangat bercerita.

Tidak jarang juga kami cerita tentang perkembangan agama islam di belahan bumi lain seperti Eropah, Amerika dan lain-lain

Abang cerita prinsip Hidup

Abangku mendahulukan etika kepada orangtua, guru dan keluarga. Kepada orangtua abangku sangat hormat. Kepada sanak famili dari ayah dan ibunya dia utamakan untuk menjalin silaturahim. Alasannya itu diutamakan karena sunnah nani Mihammad, katanya.

Abangku memberi tahu saya bahwa dia sering bertandang kepada guru, teman akrab pada masa SMA, kuliah dan krluarga ayah atau ibu. Ini merupakan kenikmatan tersendiri, kata beliau menceritakan kebiasaannya itu.

Beliau banyak doswn waktu kuliah yang beliau datangi secara berkala dengan memberi oleh-oleh berupa makanan. Ikan besar misalnya. Doswn-dosen beliau sangat senang dengan prilaku mahasiswanya yang begitu. Bagi abang saya tidak ada mantan guru atau mantan dosen karena mereka berjasa dalam hidup kita, katanya suatu hari.

Ini terminal stage saya

Dalam pembicaraan melalui video call Whatsup itu kami berdua menangis bersama tak urung juga adik beliau Hj Nurhayati, istri saya. Istri saya juga ikut menangis.

Bang, sabar ya. Abang orang baik. Semoga Allah menolong abang di manapun. Dalam pembicaraan itu dia memberi tahu kami bahwa dia sudah memasuki tahap "terminal stage". Kok ngomong seperti itu bang?, kata saya. Ya dek, abang sudah dapat firasat karena rumah abang di Betung Banyuasin sudah terjual kemaren dek. Itulah yang Abang tunggu. Kami menangis lagi. Bang jangan ngomong begitu bang. Abang umur panjang, saya bilang.

Pagi ini abang akan ke rumah sakit dek. Mungkin tidak kembali lagi. . Pembicaraan berakhir karena beliau akan segera ke RS. Beliau untuk terakhir kali dirawat di RS Cipto Mangun Kusomo yang kebetulan ada mantunya, dr Angga bertugas di situ. Di Jakarta memang semua RS kebanyakan penuh karena merawat pasien covid 19 yang banyak.

Pada kamis 4 Februari 2021 saya, istri, anak yang jo 3 berangkat ke Jakarta pada pukul 13 WIB dwngan mengendarai mobil pribadi. Perjalanan itu memang penuh haru karena kata kakak Yurnelia bahwa abang Rusdi tinggal menunggu saudara-saudaranya saja baru "pergi".

Walau capek kami sangat tegar mengendarai :gerobak Jepang" berwarna putih. Perjalanan yang penuh dengan air mata itu berjalan lancar. Kami tiba di rumah kakak di Jakarta Barat pada pukul 23.30 Wib berarti 10,5 jam di perjalanan.

Antara Palembang Bakauheni perlu waktu 4 jam. Di Pelabuahan Bakauheni menunggu dan di kapal perlu waktu 4 jam. Antara Merak Jakarta 2,5 jam.

Malam itu kami istirahat. Besok paginya kami berangkat ke rumah sakit. Setelah membaca yasin dan doa bersama. Abang kami yang terbarinh sakit itu sepertinya bisa mendengar kami dan beliau terlihat menangis. Kami rela abang pergi vang, kami ikhlas. Keluarga menangis semua. Beliau belum.pergi hari itu. Tapi tepat pagi hari Sabtu 6 Februari 2021 pukul 08.00 WIB beliau pergi dengan tenang di hadapan istri, anak terkahir dan mantu beliau. Innalillahi. Selamat jalan bang. Kau pasti senang di alam sana karena Kau adalah orang baik.

Kami iri padamu. Betul kami kehilanganmu tapi kami banyak belajar darimu bang. Sekali lagi Allah sayang padamu bang.

Doa kami selalu menyertaimu bang.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun