Mungkin berkah dari keberkahan membaca alquran surat itulah, keluarga ayah saya dengan tanpa kesulitan keluar dari jeratan kemiskinan baik, miskin harta maupu  miskin iman.
Ayah Menyekolahkan anak-anak
Ayah dan ibu saya bertekad untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan dari jalur SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Pada saat memasuki SMPN 1 Bengkulu Selatan di kota Manna, ayah membelikan saya sepeda Raleigh buatan Inggeris sebagai hadiah pada saya karena bersekolah di SMP negeri.
Setelah itu saya di suruh masuk ke SMA dan kuliah di Universitas Sriwijaya. Walaupun saya ingin kuliah di pulau Jawa. Tetapi ayah membujuk saya agar kuliah di Palembang saja, karena bisa dijenguk dan mudah untuk pulang kampung.
Menapaki jadi dosen
Saya sejak diwisuda tidak pernah atau belum berfikir untuk jadi dosen karena mau mengabdi di di desa memberikan penyuluhan kepada petani. Tetapi saya punya calon istri yang masih kuliaj di Fakultas tempat saya berkuliah. Di samping itu ada adik-adik yang ingin kuliah di kota.
Untuk itu dengan "bismillah" saya menapaki karir sebagai dosen. Awalnya ada pihak yang menghalangi saya jadi dosen karena alasan tertentu. Tetapi dengan pertolongan Allah semua menjadi mungkin.
Menikah dan Sekolah di LN
Saya lagi-lagi sangat beruntung karena sepanjang jalan hidup saya selalu ditunjuki oleh pencipta saya jalan untuk ditapaki. Masuk keluarga mertua yang taat beragama dan menjalani hidup dengan hijrah ke kota, menjadikan saya tertarik untuk meniru keluarga mertua yakni mengajak keluarga ayah merantau ke kota.
Waktu saya menyatakan keinginan kepada kakek Merinsan, ayah dan ibu serta adik-adik, ternyata kakek  Merinsanlah yang memotivasi saya untuk tidak mengurungkan niat saya pindah ke kota. Jadilah kami sekeluarga pindah ke kota dengan modal nekad. Orang kampung kala itu "under estimate" gagasan bedol rumah itu.
Alhamdulillah, jalan kehidupan orangtua menjadi terbuka dengan dibelinya kebun di sebelah timur kota Palembang. Ayah, ibu, kakek, dan adik-adik selanjutnya merelakan saya, istri dan seorang anak melanjutkan sekolah ke Inggeris. Pertama, mereka ragu dengan kepergian saya merantau yang sangat jauh itu. Setelah saya beri pengertian baru mereka rela melepas saya. Tak urung aaya pun sedih karena harus berpisah lama dengan ayah, ibu, kakek, istri dan anak.