Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat-saat Terakhir dengan Kakanda dr Rusdi Damiri, SpOG

9 Februari 2021   11:38 Diperbarui: 9 Februari 2021   11:53 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Hari itu Kamis 28 Februari 2021 saya digerakkan Allah untuk menelpon abangku yang akan berangkat ke rumah sakit. Di musim pandemi ini tidak mudah bagi seorang calon pasien untuk memperoleh tempat untuk rawat inap. Setelah melalui IGD sebuah rumah sakit di Jakarta Pusat, kakanda dr Rusdi memperoleh peluang untuk dirawat di gedung A RSCM. Sungguh suatu hal yang pantas disyukuri karena tidak mudah memperoleh kamar untuk pasien rawat inap. Tulisan ini membahas tentang pembicaraan terakhir saya dengan dr Rusdi.

Pamit dek, kakak mau ke RS

Tidak bisa dibendung saya dan istri menangis sambil memberi motivasi kepada kak Rusdi yang "notabene" adalah seorang dokter yang pada masanya adalah dokter spesialis kebidanan yang cukup diperhitungan di Palembang.

Saya mendengarkan dengan sesama apa yang sedang dibicarakan oleh dr Rusdi saat itu. Tapi terbayang kepada saya bahwa perginya kak Rusdi kali ini di rumah sakit adalah karena kondisi tubuhnya sudah lemah dan semakin lemah. Pada hal sepanjang yang saya tahu tentang dr yang ganteng ini tidak pernah sakit, tidak pernah dirawat di RS dan punya tubuh yang gagah walau tidak sombong dan bahkan bicaranya "down to earth). 

Bang berobatlah ya, kata saya. Abang banyak berjasa pada keluarga saya. Abang  adalah orang baik, orang soleh. Saya dan beliau sama-sama menangis.

dokpri
dokpri
Hari terakhir bersama

Saya dan istri mengontak istri alm dr Rusdi Damiri, dr Yurnelis Sofyan. Beliau bilang bahwa kakakmu mungkin ingin perpisahan dengan saudara-saudaranya. Sejak itu perasaan jadi tidak enak. Semua saya minta siap-siap untuk berangkat. Ada dua pilihan yakni via pesawat terbang dan yang lain via kendaraan darat.

Istri saya masih membujuk saya agar ditunda dulu jika tidak begitu sehat. Saya bilang kalian siap-siap. Sehabis zuhur kita berangkat. Saya masih ada tugas "jadi mandor" sebentar. Alhamdulillah sekitar pukul 11.25 wib tugas sebagai mandor selesai.

Sesampai di rumah istri dan anak nomor 3 sudah siap. Kendaraan saya isi minyak di SPBU depan komplek perumahan kami tinggal. Ada satu lagi pesanan dari kak Hidayati di Jakarta yakni duku. Alhamdulillah pas azan zuhur masih cari duku san dapat.

Berangkat ke RSCM

Setelah menginap di rumah kak Hidayati, paginya kami meluncur ke RSCM. Tapi sebelumnya saya ke bengkel terdekat cari tempat ganti oli mesin mobil. Alhamdulillah ada. Pulang dari bengkel kami meluncur ke RS. Di RS ada keponakan, dr Angga menjemput kami di teras blok A. Tidak bisa masuk jika tidak ada "orang dalam". Angga adalah dokter yang bertugas di RSCM. 

Setibanya di ruang perawatan bang Rusdi, saya dan istri masih berusaha tegar. Tetapi ketika saya mencoba membangunkan beliau dengan agak berteriak, "bang, ini hari jumaat,  ayo kita ke masjid Agung. Maksudnya masjid Agung Palembang. Ada banyak kali kami solat bersama di Masjid Agung sewaktu beliau ada tugas di Palembang. Karena bang Rusdi sudah pindah ke Jakarta sejak 5 tahun terakhir. Bahkan beliau beli rumah sudah sejak 12 tahun yang lalu.

Pada saat saya memanggil bang Rusdi seperti itu, mata saya berair. Membayangkan cepatnya waktu berubah. Beliau yang gagah, ganteng, sehat, kini terbaring. Bang bangunlah kata saya.

Membicarakan hal penting kepada anak-anaknya

Dr Rusdi ada tiga orang putri yang sudah mapan kehidupannya. Semua sudah punya suami, punya anak, punya karir bagus. Dua putrinya adalah dokter spesialis dan bersuamikan dokter juga. Putri ketiganya adalah calon doktor yang bekerja di Universitas Telekom Bandung.

Saya mulai pembicaraan kepada anak-anak dan istri bang Rusdi, kak Yurnelis. Maaf kak, dan anak-anakku. Adik atau pamanmu ada hal yabg perlu dibicarakan menyangkut keikhlasan kalian terhadap ayahmu ini. Mereka menjawab ya om. Kami ikhlas.  Pembicaraan berlangsung lancar tetapi mereka pada menangis semua dan saya ikut menangis. Mereka bilang kami ikhlas paman, tetapi kami minta tempo untuk meminta kakak sulung kami hadir.

Setelah kakak tertua datang  suasana menjadi semakin sedih ketika saya sebagai paman keminta mereka agar mengikhlaskan kepergian ayah mereka. Menurut teori, kematian seseorang itu sangat terkait dengan sejumlah indikator antara lain tekanan darah dan indikator lainnya. 

Doa dan baca yaasin Fadhilah

Pada pagi hari itu kami secara bergiliran membimbing Bang Rusdi untuk membaca kalimat toyibah. Alhamdulillah beliau dalam keadaan bisa berkomunikasi. Hanya saja badan sudah lemah. Sesudah ramai-ramai kami membaca yaasin fadhilah dengan izin Allah beliau bangun dan pamit ingin mendirikan shalat. 

Pada sore hari menjelang malam saya  istri dan anak serta kak Hidayati pulang ke rumah beliau di Slipi. Saya pesan kepada kak Yurnelis dan anak-anak untuk memberi tahu kami jika bang Rusdi kenapa-kenapa.

Malam itu setelah pulas tertidur saya terbangun dan menulis tentang bang Rusdi . di sini. Saya terbayang-bayang selalu dengan bang Rusdi.  Betapa terkejutnya kami ketika pada pukul 08.00 wib pagi kak Yurnelis memposting gambar monitroing di grup WA beroyot Yayi Damiri bahwa bang Rusdi sudah pergi. Kami menangis bersama sambil menyiapkan segala sesuatunya. 

Kami diminta ke RS. Dalam perjalanan ke RS kami diberi tahu bahwa alm akan langsung dibawa ke rumah di Perumahan Qorya Thoyibah. Terus kami menuju ke sana. Sesampai di sana kami kemai ke Slipi dengan kak Hidayati untuk mengambil kain panjang dan mengambil pesanan nasi yang akan dibawa ke rumah sakit.

Selamat jalan bang Rusdi, namamu terukir dalam sanubari kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun