Bismillah,
Alhamdulillah, Allahumma shaliala muhammad. Saya mengajak kita selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa apa jua keadaan kita. Mari kita selalu mengirim selawat dan salam kepada nabi agung nabi Muhammad saw karena asbab pengorbanan beliau semua umat akhir zaman melek huruf. Kok begitu?
Iya ada mukjizat terbesar dikirim kepada beliau yakni, alquran. Ayat pertama yang dikirim kepada beliau adalah perintah membaca, iqra, teliti, telaahlah, dengan nama tuhan yang menciptakan. Tulisan ini mengupas seorang Asmu Mursuma yang hanya tamat SMA tetapi bergaji Sarjana plus.
Siapa Asmu Mursuma?
Asmu kecil setamat SMP di desa Masat Bengkulu Selatan diajak oleh kakaknya yang gutu SMA di Belitang Sumatera Selatan. Selama di Belitang Asmu banyak melihat bagaimana penduduk belitang berkebun sawit, berkebun karet. Selama di Belitang beliau banyak belajar menata hati, melalui bersyukur kepada Allah, tidak tinggal shalat 5 waktu.
Setamat SMA Asmu tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Tentu dengan sejumlah pertimbangan. Pertama, dia ingin kerja. Kedua, masih banyak saudara yang lain yang juga ingin swkolah dan kuliah. Dia pilih untuk tidak melanjutkan kuliah. Singkat cerita Asmu melamar kerja ke sana dan kemari, tetapi hasilnya tidak memperoleh lowongan kerja untuk jadi pegawai.
Kembali ke desa
Asmu bersepakat untuk kemai ke desa. Dia menikah dengan gadis Tais Seluma. Di desa Masat Asmu memilih untuk menggarap sawah yang luasnya 0,5 hektar dan kebun sawit 5 hektar. Asmu menekuni pekerjaannya sebagai pekebun sawit dan petani padi. Dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun dia jalani karir sebagai petani dengan baik.
Dia punya dua anak yang dia didik dan arahkan. Anak yang pertama perempuan, dia sekolahkan jadi Sarjana Farmasi dan selanjutnya jadi apoteker. Â Anak kedua laki-laki masih sekolah di SMA. Tinggal di jalan raya Masat menhuntungkan bagi Asmu untuk membuat usaha sampingan.
Membangun Apotek
Anak pertama Asmu yang bernama Deny Astutiany, S Farm, apoteker itu bersepakat dengan Asmu dan istri untuk membangun apotek fi rumahnya yang besar di jalan raya Masat. Tentu saja dengan merekrut karyawan. Asmu dan istrinya juga membantu. Asmu setiap 2 minggu sekali panen sawit dan juga rajin ke sawah.
Ketika ditanya berapa pendapatan per bulan dari kebunnya dan sawahnya, Asmu hanya tersenyum. Tetapi orang bisa menebak dari kondisi rumah yang besar dan mewah, punya apotik. Anaknya bekerja sebagai PNS di Rumah Sakit Seginim.
Tetapi berdsarkan bocoran tentang berapa gaji Asmu per bulan maka penulis dan pembaca mengajak kita merenung dan menghitung sendiri. Asmu panen sawit setiap 2 minggu sekali. Dari kebuj sawitnya itu dia panen sekitar 4 ton lebih. Saat ini panen sawitnya setiap 2 minggu kurang sedikit dari 4 ton.
Kita hitung saja 1 ton bersih Rp 1,5 juta maka satu bulan gaji Asmu adalah 8 x Rp 1,5 juta atau sekitar Rp 12 juta. Penulis mengatakan kepada Asmu bahwa gajimu itu lebih dari gaji sarjana yang penulis singkat menjadi sarjana plus. Asmu bertanya kok begitu? Iya. Karena gaji sarjana yang baru jadi PNS adalah 3 juta kurang.
Ketika disinggung berapa penghasilan dari apotek, Asmu mengelak bahwa itu apotek anaknya. Pada hal yang benar adalah bahwa apotek itu adalah milik dia dan istrinya. Anaknya yang jadi apoteker dari apoteknya itu.
Demikian wawancara singkat dengan Amu Mursuma dari pemilik kebun dan apotek di jalan raya Masat Bengkulu Selatan. Kesan penulis adalah Asmu adalah seorang yang sedikit bicara tapi banyak kerja.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H