Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asdin Ganal Hanya Sekolah SD tapi Anak Mantunya Semua Sarjana

16 November 2020   01:40 Diperbarui: 16 November 2020   05:44 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad. Saya beruntung berasal dari keluarga ayah yang besar. Saudara ayah saya ada 12 orang. Dari keluarga ayah itu saya mempunyai banyak saudara sepupu. Banyak pelajaran berharga yang dapat kami ambil dan menarik diungkapkan di sini. Tulisan ini memaparkan seorang Asdin Ganal, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi dengan modal nekad.

Siapa Asdin?

Asdin tidak jelas sekolah di mana dan hingga kelas berapa. Asdin diyakini tidak tamat SD tapi dia sangat gaul.  FB dan WA dia punya dan sudah sangat  piawai. Penampilan Asdin tak jauh dengan seorang Sarjana. Kenapa? Karena memang dia adalah bapak dari banyak sarjana.

Asdin sejak remaja ikut pamannya M Djalim yang dia panggil "bak kecik". Keluarga Djalim sudah ada anak dua atau tiga orang kala itu. Asdin remaja yang putus sekolah itu ikut keluarga Djalim, pamannya itu untuk menyambung hidup. Hari-hari dia membantu pamannya itu atau cari upahan dengan keluarga lain. Dapat dimaklumi karena keluarga Djalim juga kala itu kondisi ekonominya juga susah.

Setelah beberapa tahun ikut pamannya, Asdin dapat jodoh tepatnya dengan seorang gadis di Desa seberang sungai yakni desa Suka Negeri, Jahini namanya. Sebelum menikah Asdin diajak membuka lahan untuk berkebun kopi di Dataran Kepahyang, 12 km di sebelah utara desa Suka Negeri. Kebun itu berdekatan dengan kebun pamannya M Djalim Hamzah, bibinya Siti Khodijah Hamzah dan paman yang lain yakni A Rahim Hamzah.

Pindah ke Sukaraja Seluma

Sekitar 10 tahun setelah menikah, kehidupan Asdin masih biasa-biasa saja. Karena itu ada dorongan kuat dia dan istrinya untuk mengubah nasib di tempat lain. Asdin memilih Sukaraja Seluma, km 25 sebelah selatan kota Bengkulu. Asdin resmi pindah ke daerah itu pada tahun 1987.  Jarak kepindahan Asdin ke Sukaraja sekitar 120 km lebih dari desa Sukanegeri Air Nipis Bengkulu Selatan.

Semua anak dan mantunya sarjana

Ketika penulis menyelidiki tahapan bagaimana dia menyekolahkan anak-anaknya. Asdin yang piawai bertukang kayu, batu dan baja ringan itu punya strategi yang mencengangkan. Anak tertuanya bernama Migiyanti dia kuliahkan jadi guru. Anaknya yang lain dia sekolahkan hingga jenjang SMK atau SMA. Tentu saja dengan modal ijazah SMK atau SMA sudah memadai untuk bekal hidup.

Dalam perjalanan Migi hampir tamat, adiknya Afen memperoleh beasiswa  untuk jenjang D3 di UNP Padang.  Alfen sukses sekolah dengan biaya tambahannya sendiri karena dia pandai melakukan servis barang elektronik.

Tahun-berikutnya Sumit dan Gasman merantau ke Jakarta berbekal ijazah SMA. Mereka sukses cari kerja dan juga cari istri. Setelah bekerja, Sumit dan Gasman kuliah sendiri hingga keduanya tamat.

Asdin bahagia di hari tua

Tinggal di kawasan Hibrida 15, Asdin kini hidup bahagia berdua dengan istrinya. Setelah 20 tahun mengelola kebun karet PIR di Sukaraja, Asdin bersepakat dengan istrinya untuk membeli rumah di kota Bengkulu. 

Dua tahun lalu Asdin dibiayai oleh anak-anaknya untuk melaksanakan umroh ke kota suci Mekkah dan ziarah ke masjid Nabawi. Pada tahun itu penulis memotivasi Asdin untuk berangkat umroh secepatnya. Tak lama saya mengirim Asdin uang ke rekeningnya, Asdin mengabarkan kepada penulis bahwa dia akan berangkat umroh tahun itu juga. Sungguh mengejutkan saya karena tanpa ada pembicaraan ssbelumnya anaknya Sumit suami istri telah menyiapkan dana untuk Asdin dan istrinya berangkat umroh.

Anak-anaknya yang lain juga ikut gotong royong memberangkatkan ayah mereka menunaikan ibadah umroh ke tanah suci. Namun sponsor utamanya adalah Fendi smith. Dibantu oleh kakak dan adik-adik Sumit. 

Asdin nekad hijrah

Semua serba tidak masuk akal. Asdin ikut-ikutan kakak dan teman-temannya untuk pindah ke tempat lain. Pada awal kepindahan Asdin nekad jual rumah di desa mertuanya. Lima tahun berkebun kopi, Asdin harus rela meninggalkan lokasi yang mereka garap karena termasuk kawasan lindung.

Asdin pandai Tari Andun

Walau sekolah hanya di SD saja, Asdin pandai menari tari andun.  Pada video berikut bukti Asdin menari tari andun, tarian pada malam pesta seorang pasangan calon penganten. Itu juga penyebab kenapa dia tampak awet muda. Asdin kini berusia 63 tahun.


Menurut anaknya Sumit yang kini bertugas di Sistem pelayanan Terpadu pemprov DKI, ayahnya Asdin dan ibunya Jahini adalah pekerja keras, pantang menyerah dan tidak mudah putus asa selalu berpikir kedepan untuk keberhasilan anak-anak nya.

Menurut Afen anaknya yang Samsat Seluma, Asdin mudah emosional difahami dengan baik oleh anak-anaknya. Ibunya Jahoni seorang penyabar dan selalu mendoakan anak-anaknya. Baik Sumit, Afen dan anak-mantunya bangga menjadi anak-anak dari seorang Asdin dan Jahini. 

Sebelum pandemi Covid 19, Asdin dan Jahini biasa berkeliling ke tempat anak-anak mereka di Bengkulu dan Jakarta. 

Lengkaplah kebahagiaan seorang Asdin dan istrinya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun