Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Diri Kita Bisa Jadi Sumber Malapetaka

11 November 2020   06:32 Diperbarui: 11 November 2020   06:36 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Alhamdulillah, Allahumma shaliala muhammad. Saya mengajak untuk merenung sebentar bahwa kita adalah sumber malapateka bagi kita sendiri jika tidak hati-hati. 

Sering kita memberi nasehat tetapi belum tentu kita bisa menerima nasehat orang lain. Sering kita meminta orang lain mendengarkan kita tetapi belum tentu kita bisa mendengarkan orang lain. Jangan sampai kita celaka. Tulisan ini membahas tentang banyak hal yang perlu kita takuti dari diri kita.

Bahaya memberi nasehat

Memberi nasehat itu sangat dianjurkan bahkan wajib. Kenapa? Karena memberi nasehat itu banyak manfaatbya. Kita akan memperoleh keuntungan ganda. Nasehat itu akan sampai pada kita terlebih dahulu sebelum sampai kepada orang lain. 

Pahala memberi nasehat juga besar di sisi Allah. Hanya kita mesti takut akan bahaya memberi nasehat yakni mengeraskan hati kita. Kita pandai memberi nasehat tetapi tidak bisa menerima nasehat orang lain. Istighfarlah kita banyak-banyak.   

Merasa benar sendiri

Ini juga mengerikan jika terjadi pada saya dan pembaca. Kita akan merendahkan kebenaran orang lain jika kita dapat penyakit ini. Dalam banyak hal kebenaran itu bersifat relatif. Kebenaran Allahlah yang mutlak benar. Tetapi janganlah kita merasa benar sendiri sehingga tidak mau mendengarkan kebenaran dari orang lain. 

Merasa paling baik

Ada juga yang perlu kita khawatirkan pada diri kita bahwa mungkin ego makin tinggi sehingga kita merasa paling baik.  Ini berbahaya sekali. Kita mesti muhasabah diri bahwa kita tidak mungkinlah paling baik. 

Kita penuh dengan keburikan, penih dengan kekurangan. Kita mesti memahami bahwa makhluk tuhan bernama manusia penuh dengan salah dan silap. Tidak mungkin paling baik sendiri.

Potensial untuk jadi sombong

Manusia berpotensi sombong karena kelebihan ilmu yang Allah anugerahkan kepada kita. Pada hal ilmu yang Allah anugerahkan kepada manusia seluruhnya sangat sedikit  apalagi ilmu yang kita miliki secata perseorangan. 

Setiap kita diberi ilmu yang sedikit. Itupun hanya "copy paste". Setiap kita tahu sesuatu. Kita mesti mudah melupakanya. Maka janganlah pernah sombong karena kita tidak berhak untuk itu. Yang wajib itu adalah Allah subhanawatala saja. Manusia sekaliber penulis tidak ada ilmu apa-apa. Karena itu wajib tidak  boleh sombong.

Pandai mengritik

Penulis sangat pandai mengritik orang lain tetapi dia tidak pandai mengritik dirinya sendiri. Dan itu terjadi pada semua kita termasuk pembaca juga sering punya kepribadian dan sikap sedemikian. 

Pandai berdakwah

Kita sering pandai berdakwah tetapi lemah dalam pengamalannya. Allah swt sangat marah kepada orang yang suka atau pandai berdakwah tetapi tidak melakukan apa-apa yang dia katakan.

Lidah lancar membicarakan aib orang lain

Hal lain yang sering menjadi malapetaka  bagi kita sendiri adalah punya lidah yang lancar membicarakan aib orang lain tetapi aib dirinya sendiri sangat banyak. Neraka wil lah bagi pengumpat dan pencelah adalah ayat pertama dalam surat Al-Humazah. Mungkin tidak permah membekas pada diri kita.

Sibuk Berprasangka buruk pada orang lain

Sifat lain yang membahayakan penulis dan anda adalah sibuk berburuk sangka pada orang lain tetapi lupa becermin pada diri sendiri.  Penulis banyak sifat yang buruk sehingga tak pantas berburuk sangka pada orang lain. Penulis tak pantas menganggap dirinya palinh bersih, paling  taat dan paling baik.

Benci dosa orang lain

Penulis dan pembaca mungkin punya dosa yang banyak tetapi kita terutama penulis sibuk membuat daftar orang lain tetapi tidak ingat dosa-dosa sendiri. 

Dosa penulis banyak sekali. Dosa karena kurang bersyukur adalah dosa terbanyak. Dosa sebagai pengumpat dan pencela, dosa ingkar janji,menipu orang dan sebagainya. Pendek kata jika Allah tidak mengampuni penulis maka celakalah dia. Ya rabb ampuni beta. 

Banyak Istighfar dan bersyahadat

Menyadari dengan banyak hal yang penulis takuti pada dirinya sendiri maka penulis mengajak kita semua untuk selalu istighfar dan selalu membaca syahadat. Beristighfar membersihkan karat di hati kita, dosa itu mirip karat pada besi. 

Dengan selalu berostighfar hati kita akan bersih. Membaca "laihaillallah" akan menambah timbangan pahala kita. Kalimat ini juga adalah kunci masuk surga. 

Jayalah kita semua


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun