Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Termasuk Orang yang Bersyukurkah Kita?

10 November 2020   07:59 Diperbarui: 10 November 2020   08:00 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat, selalu senang berbagi. Berbagi kepada mereka yang membutuhkan akan memberi rasa bahagia tersendiri, terlebih-lebih itu adalah perintah Allah di banyak ayat dalam alquran. Memberi makan orang miskin, tidak menghardik anak yatim, memberi barang yang berguna adalah ciri bukan pendusta agama. 

Dia meyakini bahwa banyak memberi akan lebih banyak lagi menerima. Karena berbuat baik kepada sesama,  apalagi kepada mereka yang memerlukan, sama dengan berbuat baik kepada dirinya sendiri. Berbuat baik kepada sesama sama dengab berdagang kepada Allah, tak pernah rugi.

Kelima, semakin sering beribadah. Orang bersyukur akan semakin rajin beribadah. Kenapa? Karena dia ingin semakin dekat kepada Allah, zat yang maha baik kepadanya. 

Baginya bersyukur itu bukan beban tetapi kebutuhan. Baginya beribadah itu adalah kenikmatan bukan kesusahan. Maka orang yang bersyukur itu akan selalu menikmati kedekatan, ketaatan dan kekhusukan beribadah kepada rabb mereka.

Keenam, mengabarkan kebaikan yang diterima dari tuhannya. Orang yang bersyukur selalu ingin mempromosikan bahwa Allah itu baik padanya, pada hambaNya, pada makhlukNya. 

Maka orang yang bersyukur akan berbangga kepada rabbnya, berterima kasih, dan berbahagia dengan pemberian Allah. Dia akan lebih berbangga lagi dari hadiah dari presiden. Karena pemberian Allah jauh lebih barokah.

Ketujuh, di dalam hatinya tidak ada rasa memiliki. Orang yang bersyukur tidak mempunyai rasa memiliki. Harta, ilmu dan apa saja bukan miliknya tetapi milik Allah. Dia menyayangi harta tetapi tidak masuk ke falam hatinya. Karena itu dia tak akan berubah. Tak akan pelit karenanya.

Kedelapan, tidak mudah iri dan sombong. Orang yang bersyukur tidak sibuk menghitung nikmat Allah pada orang lain karena dia sendiri merasa memiliki nikmat yang lebih banyak dari orang lain. Dia sendiri belum mampu mensyukuri semuanya. Malu sekali jika menyombongkan diri pada orang lain. Karena sombong itu adalah pakaian orang yang tak tahu diri dab tahu balas budi.

Kesembilan, sabar dalam menghadapi musibah. Musibah adalah nikmat dari Allah yang mesti disyukuri. Jika kakinya patah maka dia takkan putus asa karena kakinya telah dia nikmati dalam wamtu yang lama. 

Jika badannya sakit maka dia akan syukuri karena selama ini banyaklah sehat dibanding sakit. Jika matanya kabur atau buta maka tetap dia akan bersyukur karena matanya selama ini telah dia nikmati dengan tanpa kesyukuran yang memadai. 

Jayalah kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun